Kini usia Kenzo sudah masuk usia setahun. Bayi laki-laki itu terlihat lucu dan menggemaskan. Aluna sering membawanya keluar jika Anita dan Kevin sibuk dengan pekerjaan mereka.
Seperti sore itu. Sambil menggendong Kenzo, Aluna membawanya ke taman tak jauh dari bengkel. Saat sedang asyik mengamati anak-anak yang bermain di taman, tiba-tiba Aluna dikejutkan dengan suara cempreng seorang wanita yang memanggil namanya.
"Aluna ... !" panggil wanita itu.
Aluna menoleh dan terkejut melihat Monik teman sekolahnya dulu sedang berlari kecil kearahnya. Monik terlihat lebih berisi, namun Aluna masih bisa mengenali wajahnya. Di belakang Monik terlihat seorang pria mengejarnya dengan cemas.
"Monik, lo di sini?!" tanya Aluna takjub.
"Iya Lun, apa kabar. Gue kangen banget sama lo," sahut Monik sambil menghambur memeluk Aluna erat.
Saking eratnya pelukan Monik membuat Kenzo yang ada dalam gendongan Aluna pun menangis. Mendengar Kenzo menangis Monik pun panik.
"Ya Allah, maafin tante ya Sayang. Cup ... cup, anak pinter ...," kata Monik sambil mengusap kepala Kenzo dengan lembut.
Aluna tersenyum sambil ikut menenangkan Kenzo. Tak lama kemudian pria yang mengejar Monik pun tiba. Aluna terkejut saat mengenali pria itu. Dia adalah Riko, ketua kelasnya dulu.
"Riko?!" panggil Aluna tak percaya.
"Eh, Aluna. Ga nyangka bisa ketemu di sini. Apa kabar Lun?" sapa Riko ramah.
"Alhamdulillah baik. Kalian berdua ... menikah?" tanya Aluna ragu.
"Iya," sahut Monik dan Riko bersamaan.
"Masya Allah, selamat ya. Eh, ngomong-ngomong siapa yang ngelamar nih. Pasti lo ya Nik?" gurau Aluna.
"Sia*an, ya ga lah. Dia dong yang ngelamar Gue," sahut Monik sambil mengerucutkan bibirnya hingga membuat Aluna tertawa.
"Gue kirain lo yang ngelamar Riko. Secara lo kan lebih cowok ketimbang cowok aslinya," kata Aluna disambut tawa Riko dan Monik.
"Ternyata Monik tetep cewek tulen Lun, dia tersipu malu juga waktu gue lamar," sahut Riko sambil merengkuh bahu istrinya.
Wajah Monik pun merona. Dia nampak menepuk lengan suaminya karena malu.
"Iya, gue percaya. Buktinya lo udah bisa bikin dia hamil kaya gitu," gurau Aluna sambil melirik kearah perut Monik yang membuncit.
Monik dan Riko kembali tertawa. Namun tawa mereka terhenti saat melihat bayi dalam gendongan Aluna.
"Anak lo lucu banget Lun. Mana Papanya?" tanya Riko sambil mencubit pipi Kenzo dengan gemas.
"Ini keponakan gue, anaknya Kevin. Kalo gue masih single alias jomblo Rik," sahut Aluna santai.
"Maaf Lun, gue ga tau," kata Riko tak enak hati.
"Santai aja Rik. Ngomong-ngomong kalian tinggal di sini juga atau lagi liburan?" tanya Aluna mengganti topik pembicaraan.
"Liburan. Kalo lo sendiri, pindah ke sini ya Lun. Gue nyariin lo kemana-mana di Jakarta, tapi ga ada," kata Monik.
"Iya. Gue sama adik hijrah ke sini. Eh, ga taunya adik gue malah dapat jodoh orang sini," sahut Aluna sambil tersenyum.
Tiba-tiba ponsel Riko berdering, ada panggilan masuk untuknya. Riko bergegas menerima panggilan itu.
"Iya sorry. Gue ngejar Monik dulu tadi. Monik maen lari aja tanpa nengok kanan kiri, gue kan jadi kawatir," kata Riko sambil mengusap kepala Monik dengan sayang.
"Siapa?" tanya Monik.
"Farhat. Gara-gara kamu, aku jadi lupa kalo si Farhat masih nunggu kita," sahut Riko sambil mencubit pipi Monik dengan gemas hingga membuat sang istri tersenyum.
"Sekarang Farhat udah pulang ya?" tanya Monik sedikit kecewa.
"Ga, mau nyusul ke sini katanya," sahut Riko lalu menoleh dan melambaikan tangan kearah seorang pria.
Monik pun tersenyum melihat pria berbadan tegap, berkulit coklat dan berambut keriting itu datang mendekat.
"Oh iya, kenalin Lun, ini sepupu gue. Namanya Farhat," kata Riko sesaat kemudian.
Aluna dan Farhat sama-sama mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Farhat mengamati Aluna sejenak dan nampak tertarik padanya. Namun saat melihat Kenzo di dekapan Aluna, Farhat pun membuang jauh rasa tertariknya itu.
Kemudian keempatnya terlibat pembicaraan santai. Namun sayang pembicaraan mereka harus berakhir karena Riko dan Farhat masih memiliki janji dengan teman mereka.
"Kalo ada waktu, mampirlah ke bengkel dan laundry gue yang ada di seberang taman ini," pinta Aluna.
"Iya, insya Allah kami mampir sebelum kembali ke Jakarta nanti," sahut Monik.
Aluna pun mengangguk lalu melepas kepergian mereka dengan senyum. Sesaat kemudian Kenzo menangis hingga mengejutkan Aluna yang segera membawa Kenzo pulang.
Dari jauh Aluna melihat Anita berdiri di depan pagar bengkel sambil tersenyum.
"Kok anak Ibu nangis sih. Capek ya abis main sama mama," sapa Anita sambil meraih Kenzo dari dekapan Aluna.
Aluna pun tersenyum lalu mengekori Anita yang duduk untuk memberi ASI pada bayinya.
"Mimik lagi?" tanya Kevin tiba-tiba.
"Iya, Kenzo kan haus Ayah ...," sahut Anita sambil mengecup kepala bayinya.
"Oh haus ya. Enak banget abis main langsung mimik susu. Ntar kalo udah besar ga boleh kaya gini ya. Bantuin Ayah dulu baru boleh mimik susu," gurau Kevin sambil menepuk kaki sang anak.
Aluna dan Anita tertawa melihat ekspresi Kenzo yang lucu saat Kevin memarahinya tadi.
\=\=\=\=\=
Seminggu setelah pertemuan mereka di taman, Riko, Monik dan Farhat pun mampir ke bengkel milik Kevin.
Saat turun dari mobil, Monik nampak menatap ke sekelilingnya dengan takjub. Dia tersenyum melihat bengkel Kevin yang tak terlalu besar tapi terlihat ramai karena ada bebepa motor dan dua mobil yang terparkir di halaman bengkel.
Melihat Monik yang hamil besar membuat karyawan bengkel menawarkan kursi untuknya.
"Makasih. Maaf, apa di sini ada yang kenal bu Aluna?" tanya Monik.
"Oh, itu bos kami Bu ...," sahut Romi.
"Oh ya. Bisa saya ketemu sama bu Aluna?" tanya Monik antusias.
"Mari Saya antar, biasanya jam segini Bu Aluna lagi di dalam laundry Bu," sahut
Romi.
Monik dan Riko mengikuti Romi yang pergi ke laundry di samping bengkel. Sedangkan Farhat sengaja menunggu di bengkel karena ingin ganti oli mobil.
Sambil duduk Farhat mengamati Anita yang sedang menimang Kenzo. Saat melihat Kenzo dalam pelukan Anita, sontak membuat rasa ingin tahu di hati Farhat membuncah. Ia memberanikan diri bertanya pada karyawan bengkel.
"Bayi dalam gendongan perempuan itu, bukannya bayinya bu Aluna ya Mas?" tanya Farhat.
"Oh, bukan Pak. Bu Aluna itu tantenya si bayi. Nah, kalo yang gendong sekarang baru ibunya si bayi," sahut Tono.
"Oh ... gitu. Kalo Suaminya bu Aluna yang mana?" tanya Farhat lagi.
"Bu Aluna belom menikah Pak, masih gadis," sahut Tono setengah berbisik.
Mendengar jawaban Tono membuat hati Farhat berbunga-bunga.
"Wah, berarti ada peluang nih buat deketin dia," batin Farhat senang.
Tak lama kemudian Farhat pun bergegas menyusul Monik dan Riko yang sedang berbincang dengan Aluna di kios laundry.
Melihat kedatangan Farhat, Aluna pun terkejut. Apalagi Farhat terus menatapnya dengan intens hingga membuatnya tak nyaman. Tapi Aluna berusaha tetap ramah mengingat persahabatannya dengan Riko dan Monik.
"Apa saya boleh ke sini lagi tanpa Monik dan Riko?" tanya Farhat saat mereka berpamitan.
"Maaf, emangnya ada perlu apa Bang Farhat ke sini?" tanya Aluna tak mengerti.
"Ya, mau laundry pakaian lah. Maklum bujangan, belom ada yang ngurusin," sahut Farhat.
Jawaban Farhat membuat Aluna tersenyum. Dia tahu Farhat sedang berusaha menjelaskan statusnya yang single itu.
"Silakan, saya justru senang dapat pelanggan baru," sahut Aluna sesaat kemudian.
"Makasih ...," kata Farhat sambil tersenyum.
"Sama-sama ...," sahut Aluna dengan santun.
Setelahnya Farhat bergegas masuk ke dalam mobil dan melajukannya perlahan. Wajah Farhat nampak berbinar usai mendapat lampu hijau dari Aluna.
"Aku ga hanya akan jadi pelanggan laundry kamu tapi juga akan jadi pendamping hidup kamu nanti Aluna," gumam Farhat sambil tersenyum.
\=\=\=\=\=
Sesuai janjinya, Farhat selalu datang ke kios laundry milik Aluna dengan membawa beberapa stel pakaian kotor. Dari pakaiannya Aluna tahu jika Farhat adalah seorang pegawai negeri.
Kedekatan mereka semakin intens. Bahkan Farhat kerap mengajak Aluna keluar untuk sekedar makan atau jalan-jalan. Dan setelah tiga bulan berusaha mendekati Aluna, Farhat pun memberanikan diri mengungkapkan perasaannya.
"Kita udah lumayan dekat, boleh ga kalo aku berharap kita bisa punya hubungan yang lebih dari sekedar teman?" tanya Farhat.
"Mmm ... maksud Bang Farhat gimana ya?" tanya Aluna dengan jantung yang berdebar.
"Aku suka dan sayang sama kamu Aluna. Apa kamu bersedia jadi Istriku?" tanya Farhat hati-hati.
Aluna terdiam. Ia sudah menduga suatu saat pasti akan menghadapi hal semacam ini. Melihat Aluna yang membisu, Farhat mulai cemas. Dia khawatir ditolak. Apalagi Aluna hanya menunduk seolah enggan menatap wajahnya.
"Apa permintaanku menyulitkanmu Aluna?" tanya Farhat sesaat kemudian.
"Maaf Bang. Tapi tolong beri aku waktu sedikit lagi untuk berpikir," sahut Aluna lirih.
Farhat menghela nafas panjang lalu mengangguk setuju.
"Ok, gapapa. Kamu bisa berpikir sepuas kamu. Katakan apa pun jawabannya ya Lun. Jangan takut, aku ga akan marah atau memusuhi jamu nanti," kata Farhat sambil tersenyum.
Melihat senyum Farhat, Aluna pun ikut tersenyum.
Kemudian Farhat mengantar Aluna pulang. Saat tiba di depan rumah, Aluna turun tanpa mempersilakan Farhat untuk mampir seperti biasanya. Farhat pun maklum lalu melajukan mobilnya setelah memastikan Aluna masuk ke dalam rumah.
Kevin dan Anita yang menunggu kepulangan Aluna pun mengerti jika telah terjadi sesuatu.
"Keliatannya bang Farhat serius sama Kak Luna. Apa dugaanku benar Kak?" tanya Kevin saat Aluna duduk di ruang tengah.
"Iya Kev," sahut Aluna lesu.
"Kok lesu. Apa dia ngajak kakak nikah makanya kakak keliatan bingung ?" tanya Anita sambil menimang anaknya.
"Iya, tapi kakak belom jawab Nit. Kakak kawatir dia sama aja kaya yang lain. Baik di awal tapi busuk di akhir. Atau pura-pura baik padahal punya motif lain," sahut Aluna.
"Ga semua cowok breng**k kaya si Gunawan lho Kak. Masih ada yang baik, contohnya ya Bang Farhat," kata Kevin menasehati sang kakak.
"Betul tuh Kak. Gunawan aja udah move on dan hidup enak sama pasangannya, tapi Kakak malah milih hidup terpuruk tanpa pasangan. Rugi lah Kakak habisin umur Kakak cuma buat ratapin cowok ga penting model dia," kata Anita kesal.
Aluna tersentak mendengar ucapan Kevin dan Anita.
"Kalian salah. Aku ga berniat ngabisin umurku buat mikirin Gunawan kok. Ini ga ada hubungannya sama sekali sama dia. Sebagai buktinya, mulai detik ini Aku bakal berubah, mulai membuka hati dan kasih kesempatan buat diriku sendiri untuk bahagia," kata Aluna antusias.
Kevin dan Anita pun tersenyum melihat semangat Aluna. Mereka bahagia karena akhirnya Aluna bersedia membuka hati. Mereka berharap Aluna bisa bahagia bersama siapa pun jodohnya kelak.
\=\=\=\=\=
Keesokan harinya Aluna bekerja seperti biasa. Ia berharap Farhat datang ke laundry untuk mengambil pakaian yang telah selesai dicuci dan disetrika seperti biasa. Tapi sayangnya Aluna harus menelan kecewa. Ternyata Farhat yang ditunggunya tak kunjung datang hingga beberapa hari kemudian.
Aluna merasa gamang, apalagi saat ia melihat pakaian Farhat yang tersimpan di rak.
"Masih ada beberapa pelanggan yang belum ngambil pakaian mereka Bu," lapor Wini yang merupakan karyawan laundry.
"Bisa dihubungi aja ga Win. Kalo lebih dari sebulan, Kita ga tanggung jawab ya kalo barang mereka hilang," sergah Aluna kesal.
"Baik. Yang punya Pak Farhat juga Bu?" tanya Wini.
"Iya dong," sahut Aluna cepat.
Wini menatap wajah Aluna sekilas dan melihat ada kekecewaan di sana. Wini mengerti jika Aluna tengah kesal karena lelah menunggu Farhat.
"Mudah-mudahan ga ada apa-apa dan mereka bisa segera menemukan jalan untuk bersatu," gumam Wini yang tahu bagaimana hubungan Aluna dan Farhat.
Wini memang menduga Aluna dan Farhat sedang bertengkar. Kini mereka menjauh untuk saling instrospeksi diri.
Sementara itu Aluna nampak terdiam sambil mengamati deretan angka di buku laporan keuangan.
Tanpa Aluna sadari hatinya perlahan menutup kembali, rapat seperti sebelumnya. Rupanya Aluna kecewa dengan sikap Farhat yang dinilainya hanya mempermainkan perasaannya.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments