Kehidupan rumah tangga Aluna dan Farhat berjalan harmonis. Farhat seolah menjawab rasa dahaga Aluna akan kasih sayang yang selama ini tak pernah ia dapatkan dari sang ayah. Farhat memberi cinta dan perhatian hingga membuat Aluna yang hampir tak punya harapan untuk bahagia itu pun nampak bersyukur bisa menikahi Farhat.
"Minta bantu sama aku dong Sayang. Ini kan berat," tegur Farhat saat melihat Aluna mengangkat pot besar berisi tanaman hias yang baru saja ia pindahkan.
"Ga perlu Sayang. Aku udah biasa kok ngangkat barang sendiri. Bahkan yang lebih berat dari ini juga aku sanggup," sahut Aluna sambil tersenyum.
"Itu kan dulu sebelum kamu ketemu sama aku dan nikah sama aku. Sekarang kamu istriku. Aku ga mau kamu sakit atau kelelahan karena mengerjakan pekerjaan yang ga seharusnya," kata Farhat sambil menggelengkan kepala.
"Pekerjaan ga seharusnya gimana sih maksud kamu?" tanya Aluna tak mengerti.
"Pekerjaan berkebun itu biasanya kan dikerjain sama laki-laki. Jarang lho aku liat tukang kebun atau pekerja taman yang perempuan. Itu karena pekerjaan kaya gini butuh tenaga yang besar Sayang," sahut Farhat dengan sabar.
"Tapi bagiku ini pekerjaan ringan Sayang," kata Aluna sambil menggelayut manja di lengan suaminya.
"Kalo kamu keras kepala gini, mending kita pake jasa tukang kebun aja buat beresin semuanya. Nanti kamu tinggal bilang sama dia konsep taman yang jamu mau. Aku rasa itu lebih baik daripada kamu kecapean," kata Farhat tak mau kalah.
Aluna tak bisa membantah ucapan suaminya. Aluna tahu Farhat melakukannya karena peduli padanya.
"Ok, aku setuju. Kalo bisa pake tukang kebun yang ngerjain rumahnya pak Adil aja Sayang. Aku liat kerjanya bagus dan cekatan tuh," kata Aluna kemudian.
"Tenaga free lance itu?" tanya Farhat.
"Iya. Kalo udah kebentuk tamannya, kita kan ga perlu dia lagi. Aku masih bisa nyiramin taman itu sendiri nanti," sahut Aluna.
"Betul juga. Ok deh, nanti Aku minta nomor tukang kebunnya pak Adil. Sekarang kita neduh di dalam yuk, panas banget di luar," kata Farhat sambil merengkuh bahu Aluna lalu membawanya masuk ke dalam rumah.
Aluna pun mengikuti langkah suaminya dengan senang hati. Setelah mencuci tangan Aluna kembali menemui Farhat sambil membawa sepiring buah yang sudah dipotong kecil-kecil.
Kemudian Aluna duduk di samping Farhat dan meletakkan piring buah di atas pangkuannya. Selanjutnya Aluna mulai menyuapi Farhat yang saat itu nampak fokus menatap layar lap topnya.
"Mangganya enak. Makasih Sayang ...," kata Farhat sambil mencium pipi sang istri dengan lembut.
"Sama-sama. Kalo Kamu suka, besok aku beli lagi di pasar," kata Aluna.
"Mau aku temenin ga?" tanya Farhat dengan mulut penuh.
"Ga usah. Aku kan mampir ke pasarnya sepulang dari laundry," sahut Aluna.
Farhat pun mengangguk tanda mengerti.
Setelah menyuapi Farhat hingga selesai, Aluna pun meletakkan piring itu di dapur. Kemudian Aluna mulai mencuci piring dan perabot memasak yang kotor usai dia memasak tadi.
Sambil mencuci piring Aluna pun bersenandung kecil. Farhat yang mendengarnya pun tampak tersenyum diam-diam. Sesekali dia melirik ke dapur dimana Aluna berada. Dia senang menyaksikan gerak-gerik sang istri yang sibuk di dapur.
Kini Aluna dan Farhat tinggal di rumah dinas yang diperuntukkan untuk karyawan. Rumah itu berukuran kecil dan cukup untuk pengantin baru seperti mereka. Dengan satu kamar tidur, ruang tamu, ruang tengah yang merangkap ruang makan, kamar mandi dan dapur. Ada tanah kosong di samping rumah yang dimanfaatkan sebagai tempat menjemur pakaian dan car port. Sisanya akan dijadikan taman kecil oleh Aluna.
Meski telah menikah, Aluna masih datang ke laundry setiap hari untuk mengerjakan tugasnya seperti biasa. Aluna akan kembali ke rumah sang suami saat sore hari. Kadang kala Farhat juga datang menjemput Aluna ke tempat laundry jika kebetulan pulang lebih awal dari kantor.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya Farhat pun bangkit lalu menghampiri Aluna di dapur.
"Perlu bantuan ga?" tanya Farhat sambil memeluk Aluna dari belakang.
"Terlambat. Aku baru aja selesai," sahut Aluna sambil tersenyum.
"Pas banget dong. Kalo gitu kita lakukan sesuatu yuk," ajak Farhat.
"Lakukan apa?" tanya Aluna sambil menoleh menatap sang suami.
"Kita nyicil bikin kuping si kecil ...," bisik Farhat sambil mulai mencumbu Aluna.
Aluna pun menggeliat dan berusaha melepaskan diri dari pelukan suaminya namun gagal. Nampaknya Farhat tak ingin melepaskan Aluna. Dan tak lama kemudian keduanya sudah berada di atas tempat tidur dengan posisi yang int*m.
"Apa kamu udah kunci pintu Sayang?" tanya Aluna tiba-tiba.
"Udah," sahut Farhat cepat.
"Yakin?. Ntar kaya tempo hari. Bilang udah, ga taunya belum. Untung belum buka semuanya, kalo iya kan malu," kata Aluna mengingatkan.
Ucapan Aluna membuat Farhat tertawa. Dia teringat dengan kejadian yang dimaksud sang istri tadi.
Beberapa hari yang lalu Aluna dan Farhat mengalami sebuah kejadian lucu. Karena tak kuasa menahan hasratnya, Farhat 'menyerang' Aluna dan lupa mengunci pintu. Akibatnya salah seorang anak tetangga yang berusia enam tahun menerobos masuk ke dalam rumah. Bahkan anak bernama Yasmine itu juga masuk ke dalam kamar lalu memanggil Aluna dan Farhat dengan suara lantang.
"Om ngapain Tante?. Lepasin Om, kasian Tante!" kata Yasmine lantang hingga mengejutkan Aluna dan Farhat.
Aluna dan Farhat pun menoleh dan terkejut melihat Yasmine berdiri di ambang pintu kamar sambil melotot marah.
Dengan sigap Farhat turun dari atas tubuh Aluna lalu pergi meninggalkan kamar begitu saja. Sedangkan Aluna yang salah tingkah mulai bicara banyak hal untuk mengalihkan perhatian Yasmine.
"Yasmine, sejak kapan kamu di sana. Kok bisa masuk ke sini?" tanya Aluna hati-hati.
"Aku panggil om sama Tante daritadi tapi ga ada yang nyaut. Karena pintu ga dikunci aku masuk deh. Pas masuk ke sini Aku kaget ngeliat om lagi nind*h*n Tante. Makanya aku jerit tadi," sahut Yasmine dengan polosnya.
Ucapan Yasmine membuat Aluna menghela nafas lega karena itu artinya Yasmine tak melihat sesuatu yang tak seharusnya. Aluna pun turun lalu mendekati Yasmine.
"Om ga nyakitin tante kok. Tadi kami lagi bercanda aja," kata Aluna.
"Bercandanya kok begitu. Pake gigit-gigit leher segala kaya vampir. Liat tuh, leher Tante jadi merah kan ...," kata Yasmine sambil menunjuk beberapa tanda kiss mark di leher Aluna.
"Beneran tante sama om cuma bercanda kok. Tolong jangan bilang sama siapa-siapa ya. Tante malu," pinta Aluna sungguh-sungguh.
Yasmine pun mengangguk lalu mengulurkan jari kelingkingnya sebagai bentuk kesepakatan. Aluna pun sigap menyambut karena tak ingin kejadian tadi sampai ke telinga orang lain terutama kedua orangtua Yasmine.
Ayah Yasmine adalah rekan Farhat. Sedangkan ibu Yasmine berprofesi sebagai guru yang lumayan sibuk. Hubungan Farhat dengan kedua orangtua Yasmine sangat dekat. Semakin dekat sejak Aluna diboyong ke rumah itu.
Aluna yang suka dengan anak kecil pun tertarik dengan Yasmine dan sering mengajaknya bermain. Itu lah sebabnya Yasmine dekat dengan mereka dan merasa jika rumah Farhat juga rumahnya.
Lamunan Farhat buyar saat Aluna menyentuh pipinya sambil memberi isyarat dengan matanya.
Farhat pun menghentikan aksinya lalu bergegas keluar dari kamar untuk mengecek pintu. Tak lama kemudian Farhat kembali sambil tersenyum lebar.
"Aman Sayang. Yuk Kita lanjut," kata Farhat lalu kembali menerkam Aluna.
Aluna pun menjerit tertahan lalu tertawa. Tak lama kemudian suasana hening menyelimuti kamar itu. Rupanya Aluna dan Farhat sama-sama hanyut dalam pergumulan panas di waktu menjelang siang itu. Matahari yang bersinar sangat terik juga membuat suasana di dalam kamar bertambah panas.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments