Setelah mengenyangkan perut masing-masing dengan semangkuk baso, Aluna dan Kevin pun melanjutkan perjalanan menuju ke rumah. Sesekali mereka tertawa bersama sambil melompat kegirangan. Aluna merasa beban terbesarnya menyembuhkan sang adik musnah sudah. Kini yang ada hanya asa yang melambung tinggi di cakrawala.
Aluna dan Kevin masih berjalan sambil bergandengan tangan. Senyum tercetak jelas di wajah Aluna dan Kevin seiring sapaan para tetangga yang kebetulan berpapasan dengan mereka.
"Ya Allah. Kamu udah bisa jalan lagi Nak!" sapa Mimin tetangga di samping rumah Aluna.
"Alhamdulillah, iya Bu. Ini karena kak Luna yang sabar ngelatih aku jalan tiap hari," sahut Kevin senang.
"Masya Allah. Ibu bangga sama kalian yang sabar dan kompak. Kalian berdua bisa bertahan hidup tanpa orangtua. Andai aja Ibu punya cukup uang, Ibu pasti mau nanggung hidup kalian berdua," kata Mimin penuh haru.
"Jangan ngomong gitu dong Bu. Walau Ibu ga bisa menanggung biaya hidup kami, tapi Ibu kan udah nasehatin kami kalo kami salah. Itu udah lebih dari cukup untuk kami yang tinggal tanpa pengawasan orangtua," kata Aluna sambil tersenyum tulus.
"Gimana kalo malem ini Kalian makan di rumah Ibu ?" tanya Mimin sesaat kemudian.
"Emang ada acara apa sampe ngajak mereka makan di rumah Bu?" sela suami Mimin tiba-tiba.
"Duh Bapak nih gimana sih. Emangnya Bapak ga liat kalo Kevin udah bisa berdiri dan jalan lagi sekarang?" tanya Mimin sambil melirik kearah Kevin.
Asep pun mengikuti arah tatapan sang istri lalu melonjak kaget.
"Masya Allah. Apa saya ga salah liat nih?!" kata Asep lantang.
"Ga salah Pak. Kevin emang udah bisa jalan lagi sekarang," sahut Aluna sambil tersenyum.
"Wah, itu artinya kamu udah bisa ikutan main bola dong sama Bapak," gurau Asep.
"Iya Pak. Tapi Saya jadi cadangan dulu ya," pinta Kevin malu-malu.
"Gampang lah itu, bisa diatur nanti," sahut Asep sambil merangkul pundak Kevin.
Aluna tertawa melihat interaksi Kevin dan Asep. Dalam hati Aluna bersyukur memiliki tetangga sebaik Asep dan Mimin.
Asep adalah seorang pelatih sepak bola yang juga merupakan karyawan di perusahaan swasta. Sedangkan Mimin adalah ibu rumah tangga biasa yang membantu suaminya dengan berjualan gorengan. Mereka juga mengenal orangtua Aluna dan prihatin dengan nasib yang menimpa keluarga Aluna.
\=\=\=\=\=
Hari itu Aluna mengantar Kevin ke sebuah klinik kesehatan. Aluna ingin memastikan kondisi sang adik pada dokter spesialis tulang.
Hati Aluna dan Kevin bahagia tak terkira saat mendengar Kevin dinyatakan sembuh dan sehat oleh dokter di klinik itu.
"Tapi Kevin masih harus bersabar sedikit lagi. Kalo mau jago lari dan melakukan aktifitas lain secara mandiri, Kevin harus rajin berlatih biar otot-otot yang selama ini tidur bisa bangun dan kembali melakukan fungsinya," kata dokter.
"Iya dok," sahut Kevin.
"Berapa lama Kevin harus berlatih dok ?" tanya Aluna.
"Setiap hari sampe Kevin sanggup untuk berlari dan melakukan kegiatan berat lainnya secara mandiri. Tapi lakukan secara bertahap ya. Ga usah buru-buru karena itu bisa membuat otot cidera," sahut dokter sambil menulis resep.
"Baik dok," sahut Aluna dan Kevin sambil tersenyum.
Setelah keluar dari klinik, Aluna membawa Kevin ke sebuah lembaga pendidikan.
Usia Kevin sekarang tiga belas tahun, itu artinya masa sekolah SD sudah hampir lewat. Supaya Kevin semangat belajar dan tak malu karena harus mengulang dari awal, Aluna mendaftarkan Kevin sekolah kejar Paket A di sore hari.
"Jadi aku didaftarin sekolah Kak?" tanya Kevin dengan mata berbinar.
"Iya. Kakak yakin kamu malu kalo harus mengulang kelas di SD. Makanya kakak daftarin kamu sekolah di sini aja. Nanti lulus dari sini kamu bisa langsung lanjut SMP kaya teman-teman kamu. Gimana, mau ga?" tanya Aluna.
"Iya. Aku mau banget. Makasih ya Kak," sahut Kevin sambil memeluk Aluna.
"Sama-sama. Yuk, kita masuk," ajak Aluna sambil menggamit tangan Kevin.
\=\=\=\=\=
Sejak terdaftar sebagai peserta didik kejar Paket A, Kevin terlihat semangat. Bahkan Aluna sering mendapati sang adik belajar hingga larut malam.
"Udah malam Kev. Tidur dulu," tegur Aluna.
"Iya sebentar lagi Kak. Nanggung banget nih," sahut Kevin tanpa menoleh.
"Besok kan bisa. Jangan sampe kamu sakit gara-gara begadang ya Kev," kata Aluna.
Kevin menghentikan kegiatannya lalu menoleh kearah Aluna.
"Aku emang ga sabar untuk lulus Kak. Aku pengen bantuin Kakak cari uang biar kita bisa hidup lebih baik. Selama ini Kakak udah ngurusin aku, sekarang giliran aku yang kerja karena aku kan laki-laki," kata Kevin sungguh-sungguh.
Ucapan Kevin membuat Aluna terharu. Dia pun menghampiri Kevin lalu memeluknya dengan erat.
"Tapi badan kita juga perlu istirahat Kev. Kalo kamu sakit, yang ada kamu malah ngerepotin Kakak lho," kata Aluna mengingatkan.
Ucapan Aluna membuat Kevin sadar jika apa yang ia lakukan bukan lah hal yang baik. Kevin pun mengurai pelukan lalu bergegas membereskan meja belajarnya.
"Dua bulan lagi naik-naikan kelas dan bulan depannya mulai semester baru. Nah, kamu bisa siap-siap untuk daftar masuk SMP Kev," kata Aluna.
"Aku didaftarin di SMP mana Kak?" tanya Kevin.
"Maunya sih SMP Negeri. Tapi kalo ga bisa, terpaksa SMP Swasta," sahut Aluna santai.
"SMP Swasta kan mahal Kak," kata Kevin.
"Iya, kakak tau. Kamu tenang aja. Kakak bisa cari kerja tambahan supaya bisa biayain sekolah kamu. Tugas kamu cuma satu, sekolah yang bener, jangan main mulu. Biar ga ngerugiin kakak. Masa udah capek-capek dibiayain malah ga lulus," kata Aluna sambil mendelik kesal namun justru membuat Kevin tertawa.
"Ga usah Kak. Aku juga bisa nyari duit buat biaya sekolah aku," kata Kevin di sela tawanya.
"Jadi kamu beneran mau kerja. Kerja apaan Kev?" tanya Aluna.
Bukannya menjawab pertanyaan Aluna, Kevin justru pura-pura menguap lalu melangkah ke kamar meninggalkan Aluna begitu saja.
\=\=\=\=\=
Sore itu Aluna menemani Kevin menuju tempat diselenggarakan ujian persamaan. Aluna sengaja minta ijin pulang lebih awal dari toko agar bisa menemani sang adik. Aluna ingin memberi suport kepada Kevin agar semangat mengerjakan soal-soal ujian nanti.
"Semangat ya Kev. Jangan lupa berdoa. Jangan fokus sama satu soal yang sulit. Coba kerjain yang gampang dulu, yang susah belakangan aja. Ntar kalo masih ada waktu baru kerjain yang susah tadi. Kakak yakin kamu pasti bisa," pesan Aluna sambil menepuk punggung Kevin.
"Iya Kak," sahut Kevin lalu masuk ke dalam kelas.
Aluna pun menghela nafas panjang lalu melangkah menuju kursi dan duduk menunggu di sana. Selama tiga hari berturut-turut Aluna melakukan hal itu hingga keberadannya menarik perhatian salah satu pengajar di sana.
"Siapa gadis yang berdiri di sana itu?" tanya Wuri, staf pengajar dimana Kevin menimba ilmu.
"Oh itu Kakaknya Kevin, Bu," sahut pengajar lain yang bernama Sri.
"Keliatannya sayang banget sama adiknya, sampe mau nungguin di luar ruang ujian tiap hari," kata Wuri sambil tersenyum.
"Mereka emang kompak Bu. Maklum, mereka kan cuma tinggal berdua aja di rumahnya karena orangtua mereka udah ga tinggal sama mereka lagi," kata Sri.
"Jadi mereka yatim piatu?" tanya Wuri prihatin.
"Bukan. Kedua orangtua mereka bercerai dan meninggalkan mereka gitu aja. Yah, bisa dibilang mereka anak broken home gitu Bu," sahut Sri lalu melangkah keluar ruangan.
"Kasihan," gumam Wuri.
Wuri masih memandangi Aluna dengan perasaan tak menentu. Dia melihat ketegaran di mata gadis cantik itu. Wuri pun ikut tersenyum saat Kevin keluar dari ruangan dan langsung memeluk sang kakak.
"Alhamdulillah selesai. Aku bisa ngerjain semuanya Kak!" seru Kevin sambil memeluk Aluna.
"Alhamdullilah. Kamu emang hebat. Semoga nilai kamu bagus dan layak untuk masuk SMP negeri ya Kev," kata Aluna penuh harap.
"Aamiin," sahut Kevin sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Kemudian Aluna dan Kevin melangkah meninggalkan tempat itu. Masih terdengar celotehan keduanya yang saling bersahutan.
Di tempatnya Wuri nampak memandangi tubuh kedua kakak beradik itu hingga keduanya melewati gerbang.
"Kenapa Ri?" tanya Sri.
"Mereka ... " sahut Wuri sambil menunjuk Aluna dan Kevin dengan ujung dagunya.
"Kamu masih ngeliatin anak-anak itu?" tanya Sri tak percaya.
"Iya. Abis aku masih penasaran," sahut Wuri dengan mimik lucu.
"Kamu tuh. Anak kamu kan udah dua. Masa masih mau ngadopsi mereka juga?" tanya Sri tak percaya.
"Aku ga keberatan kok," sahut Wuri santai.
"Diomongin dulu lah sama suamimu. Jangan sampe niat baikmu malah jadi bumerang buat kamu," kata Sri datar.
"Maksud kamu apa sih Sri?" tanya Wuri tak mengerti.
"Kamu liat sendiri kan kalo kakaknya Kevin itu cantik. Apa suami kamu yang jelalatan itu sanggup menahan hasratnya. Apa kamu ga kawatir dia bakal manfaatin keadaan lalu melecehkan gadis itu nanti?" tanya Sri to the point.
Wuri tersentak. Ingatan Wuri kembali ke masa beberapa tahun lalu. Masa dimana dia dan Galih hampir bercerai karena ulah Galih yang hampir menodai keponakan perempuan Wuri.
Saat itu keponakan Wuri memang menginap di rumah Wuri untuk mengisi liburan. Wuri sempat meninggalkan keponakannya yang berusia remaja itu untuk belanja di mini market sebentar. Saat Wuri kembali ke rumah, ia melihat motor Galih terparkir di teras. Mengetahui sang suami kembali, Wuri bergegas masuk ke dalam rumah. Wuri terkejut mendapati rumah dalam kondisi sepi, tapi terdengar suara aneh di kamar keponakannya.
Khawatir dengan keponakannya, Wuri pun bergegas mendobrak pintu. Wuri terkejut menyaksikan Galih tengah menind*ih tubuh keponakannya yang nyaris telan*ang dengan tangan yang membekap mulut gadis remaja itu.
Melihat kehadiran Wuri, Galih terkejut lalu refleks melepaskan cekalan tangannya. Kesempatan itu dimanfaatkan dengan baik oleh keponakan Wuri. Gadis itu menjerit lalu lari keluar rumah sambil menangis.
Saat itu Wuri hanya bisa mematung tak percaya. Andai dia terlambat datang, mungkin kesucian keponakannya sudah terenggut.
Mengetahui suaminya hampir menodai keponakannya Wuri pun murka Ialu melayangkan gugatan cerai. Namun entah mengapa mereka batal bercerai. Bahkan Wuri bersedia kembali rujuk dengan beberapa syarat yang disetujui Galih.
Rujuknya Wuri dengan Galih membuat keluarga besar Wuri marah dan memusuhinya. Hampir tiga tahun mereka tak saling menyapa. Di acara keluarga besar pun Wuri tak pernah dilibatkan. Tapi akhirnya keluarga mereka berdamai dan menerima Wuri kembali. Hanya Wuri, tanpa Galih karena keluarga Wuri tak bisa memaafkan Galih.
Meski pun Wuri memaafkannya, tapi Galih tak bisa menghentikan kebiasaan buruknya itu. Beberapa kali Galih tertangkap basah selingkuh oleh Wuri, namun lagi-lagi dengan mudah Wuri memaafkan sang suami. Kejadian yang terus berulang itu membuat keluarga Wuri kesal dan menduga Galih melakukan ritual sesat untuk menaklukkan Wuri.
Kemudian Wuri dan Galih memutuskan mengadopsi anak untuk melengkapi rumah tangga mereka. Mengingat sifat 'buaya' Galih yang akut membuat Wuri memutuskan mengadopsi dua anak laki-laki sekaligus agar kejadian buruk itu tak terulang.
Tapi saat melihat Aluna, keinginan Wuri untuk memiliki anak perempuan kembali bangkit. Beruntung Wuri segera sadar dirinya hanya akan menghancurkan masa depan Aluna jika membawa gadis itu tinggal bersamanya nanti.
Lamunan Wuri pun buyar saat angin menghempas pintu. Dengan berat hati Wuri harus merelakan impiannya kandas begitu saja karena teringat sifat buruk suaminya.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Marni Yulis Marni
bagus cerita thor
2021-08-24
1
May Yadi
kok kelewat ini novel, 🤔🤔🤔 u
2021-08-24
0