17. Mengikhlaskan

Farhat nampak melangkah menyusuri koridor Rumah Sakit dengan wajah tegang. Namun wajahnya sedikit mengendur saat melihat Kevin sedang berdiri di depan kamar.

"Kevin ... !" panggil Farhat sambil mempercepat langkahnya.

Kevin menoleh dan tersenyum melihat Farhat. Dia merasa senang mengetahui kakak iparnya itu begitu peduli pada Aluna. Kevin pun menyambut Farhat dengan jabat tangan dan pelukan hangat pertanda dia ikut prihatin dengan kejadian yang menimpa Aluna.

"Dimana istriku, gimana keadaannya sekarang?" tanya Farhat setelah Kevin mengurai pelukannya.

"Ada di dalam Bang. Baru aja tidur setelah dikasih obat penenang sama dokter," sahut Kevin.

"Kok pake dikasih obat penenang segala. Emangnya Aluna shock banget ya ?" tanya Farhat cemas.

"Begitu lah. Kakak emang ga ngamuk atau menjerit histeris kaya orang lain yang mengalami kejadian serupa. Kakak cuma duduk sambil nangis. Tapi terus menerus dan ga mau berhenti. Kakak juga terus menyalahkan dirinya sendiri dan menurut dokter itu ga baik. Makanya biar kakak bisa lebih tenang dan bisa tidur, dokter ngasih obat penenang melalui cairan infus," sahut Kevin gusar.

Farhat pun mengangguk tanda mengerti.

"Aku juga minta maaf Bang. Anita ... " ucapan Kevin terputus karena Farhat memotong cepat.

"Ini musibah Kev. Jangan minta maaf lagi dan jangan terus menyalahkan diri. Aku percaya Anita ga sengaja melakukannya. Intinya Allah lebih sayang sama anakku dan mengambilnya lebih dulu. Jadi tugas kita sekarang adalah menghibur istri kita masing-masing supaya bisa menerima semuanya dengan lapang dada," kata Farhat bijak.

Kevin pun tersenyum mendengar ucapan Farhat. Dalam hati dia bersyukur memiliki kakak ipar yang bijaksana seperti Farhat.

"Iya Bang," sahut Kevin.

"Kalo gitu aku masuk dulu ya," kata Farhat yang diangguki Kevin.

"Ok Bang. Kalo Abang di sini berarti aku bisa pulang ya," kata Kevin.

"Iya Kev, makasih. Salam buat Anita dan Kenzo yaa ...," kata Farhat sambil membuka pintu kamar rawat inap Aluna.

"Siap Bang," sahut Kevin sambil mengangguk.

Setelah memastikan Farhat masuk ke dalam kamar tempat Aluna dirawat, Kevin pun melangkah meninggalkan tempat itu.

\=\=\=\=\=

Farhat setia menemani istrinya selama dua hari dirawat di Rumah Sakit. Kondisi Aluna pun perlahan membaik. Dan kini Aluna sudah diperbolehkan pulang oleh dokter yang menanganinya.

"Kita pulang kemana Bang?" tanya Aluna karena ingat mereka sudah pindah dari rumah dinas Farhat.

"Ke rumah Kevin Sayang. Gapapa kan?" tanya Farhat.

"Gapapa, di sana kan juga rumahku. Sebelum Kevin menikah dan punya anak, aku dan Kevin membangunnya bersama termasuk laundry dan bengkel itu," sahut Aluna datar.

Mendengar jawaban Aluna membuat Farhat menoleh.

"Keliatannya kamu masih marah sama Anita. Apa tebakanku benar?" tanya Farhat sambil menatap Aluna lekat.

Aluna mengabaikan pertanyaan suaminya dan pura-pura sibuk mengemas pakaiannya.

"Sayang ...," panggil Farhat hingga membuat Aluna terpaksa menghentikan aktifitasnya laku menatap sang suami.

"Aku cuma kecewa sama Anita Bang. Gara-gara dia, aku kehilangan anakku. Andai dia mau dengerin aku dan mengurangi kecepatan motornya, pasti kami masih bersama sekarang," sahut Aluna dengan mata berkaca-kaca.

"Astaghfirullah aladziim, istighfar Sayang. Anita hanya berusaha melakukan yang terbaik. Bukannya kalian masih ada di jalan saat menjelang Maghrib?. Artinya kamu juga punya andil dalam kejadian itu karena kamu kan yang minta diantar keluar sore itu. Harusnya kamu juga sadar, kalo kamu bisa sedikit menahan keinginanmu, semua ini ga akan terjadi. Nah, kalo aku ngomong kaya gitu Kamu terima ga ?!" kata Farhat lantang hingga mengejutkan Aluna.

Farhat terpaksa mengatakan semuanya agar sang istri sadar jika semua terjadi juga karena ulahnya.

"Anak kita sudah berada di tempat terbaik karena Allah menjemputnya lebih dulu. Jadikan ini pelajaran supaya kita bisa lebih berhati-hati ke depannya. Ikhlaskan dan doakan dia karena dia adalah tabungan kita yang bisa meringankan dosa-dosa kita. Apa kamu paham Sayang ?" tanya Farhat kemudian.

Bukan perubahan suara Farhat yang membuat Aluna terkejut, tapi apa yang Farhat sampaikan telah membuatnya tertegun. Fupanya Aluna sadar telah terlena dalam kemarahannya dua hari ini.

"Astaghfirullah aladziim, iya Bang," sahut Aluna sambil mengusap wajahnya dengan kasar.

"Jangan kaya gini terus Sayang. Kasihanilah Anita dan dirimu sendiri. Berhenti menyalahkan Anita karena ini bukan seratus persen salahnya," kata Farhat mengingatkan sekali lagi.

"Iya Bang. Aku ... " ucapan Aluna terputus karena Farhat memotong cepat.

"Lupakan. Kita bahas itu nanti ya. Sekarang lebih baik kita cepet pergi dari sini lalu pulang. Aku yakin Anita dan Kevin pasti udah nyiapin sesuatu untuk menyambut kedatangan kita," kata Farhat sambil membantu Aluna duduk di atas kursi roda.

Aluna mengangguk cepat lalu duduk dengan hati-hati. Setelah memastikan istrinya duduk dengan baik, Farhat pun mendorong kursi roda itu menuju loby Rumah Sakit.

\=\=\=\=\=

Anita nampak mondar-mandir di dalam rumah. Sesekali dia berhenti untuk mematut diri di depan cermin yang ada di ruang tengah. Bahkan Anita juga beberapa kali mengecek meja makan untuk memastikan semuanya sudah tersedia dengan lengkap.

Tentu saja tingkah Anita membuat Kevin tersenyum. Dia pun menghampiri Anita lalu memeluknya dari belakang.

"Kenapa, cemas ya?" tanya Kevin sambil mendaratkan ciuman lembut di pipi Anita.

"Ga kok. Aku cuma ... " ucapan Anita terputus karena Kevin memotong cepat.

"Kamu udah cantik, masakanmu juga enak seperti biasa. Semua sempurna dan ga ada yang kurang sama sekali. Aku yakin kakak dan bang Farhat pasti seneng ngeliat apa yang kamu siapin," kata Kevin.

"Kita Bang, bukan cuma aku," sahut Anita sambil mengusap punggung tangan Kevin yang melingkari perutnya.

Kevin pun tersenyum lalu mendaratkan ciuman lembut di pundak sang istri.

"Iya Sayang. Aku yakin kakak pasti udah maafin kamu, jadi kamu juga harus maafin dirimu sendiri. Musibah itu ga bisa dihindari. Ambil hikmahnya biar ga terulang lagi di masa depan," kata Kevin bijak.

Anita menghela nafas panjang lalu menganggukkan kepala. Kemudian dia membalikkan tubuhnya agar bisa memeluk Kevin.

"Makasih Sayang ...," kata Anita sambil membenamkan wajahnya di dalam pelukan sang suami.

"Sama-sama. Masa makasih doang sih," goda Kevin hingga membuat Anita tersentak lalu mendongakkan wajahnya.

"Tapi sekarang masih siang Kak," kata Anita manja.

"Iya. Tapi kan ... " ucapan Kevin terputus karena Anita telah membungkam bibirnya dengan ciuman lembut.

Kevin tersenyum lalu membalas ciuman sang istri. Kevin juga mengeratkan pelukannya agar Anita tak lari seperti biasanya. Untuk sejenak Kevin dan Anita terlena dalam ciuman panjang yang memabukkan.

"Ehm. Pantesan Kenzo dititipin ke bengkel, ga taunya kalian lagi melakukan adegan panas di sini!" kata Farhat lantang.

Kevin dan Anita pun terkejut lalu menoleh ke ambang pintu. Perlahan mereka saling mengurai pelukan sambil tersenyum malu-malu. Keduanya pun nampak salah tingkah dan itu membuat Aluna tak kuasa menahan tawa.

"Ck, puas banget sih ketawanya Kak," kata Kevin sambil berdecak sebal.

"Oh tentu. Jarang-jarang kan bisa ngeliat kalian kaya gini. Soalnya biasanya kalian tuh jaim banget. Aku aja bingung, dengan sikap kalian yang kaya gitu kok bisa ada Kenzo ya di tengah kita," sahut Aluna di sela tawanya.

Ucapan Aluna membuat Kevin dan Anita saling menatap sejenak lalu ikut tertawa. Kemudian Anita menghambur memeluk Aluna.

"Selamat datang Kak, aku seneng ngeliat Kakak pulang. Maafin aku ya ...," bisik Anita dengan suara bergetar.

Aluna pun mengangguk sambil mengusap punggung Anita dengan lembut.

"Makasih Nit. Aku juga minta maaf ya karena udah nyalahin kamu kemarin. Aku sadar, ini bukan salah kamu. Kepergian anakku adalah takdir dan aku ikhlas sekarang," sahut Aluna sambil tersenyum.

"Alhamdulillah aku ikut seneng denger Kakak udah mengikhlaskan dia," kata Anita sambil mengurai pelukannya.

"Iya. Apalagi Allah memilih kita untuk jadi musabab kepergiannya. Pasti Allah punya rencana yang lebih baik untuk kita ke depannya. Iya kan Nit?" tanya Aluna.

"Betul Kak. Dan ... " ucapan Anita terputus karena Kevin memotong cepat.

"Dan sekarang waktunya kita makan. Aku dan bang Farhat udah laper nih. Kita bisa lanjutin ngobrolnya sambil makan ya Ibu-ibu," sela Kevin sambil merengkuh pinggang Anita lalu membawanya duduk di kursi.

Aksi Kevin membuat Aluna dan Farhat tertawa. Kemudian Farhat menuntun Aluna dan membantunya duduk di kursi tepat di samping Anita. Farhat tahu istrinya ingin bicara banyak dengan Anita setelah sempat memusuhi sang adik ipar kemarin.

Setelah Aluna duduk, giliran Kevin yang mendekat lalu memeluknya dengan erat. Farhat dan Anita pun tersenyum melihat interaksi kakak beradik yang selalu kompak itu.

"Sehat terus ya Kak. Jangan khawatir, Allah pasti kasih gantinya nanti," kata Kevin sambil mengecup kepala sang kakak.

"Aamiin, iya Kev. Makasih ...," sahut Aluna sambil tersenyum.

Tiba-tiba suara Kenzo terdengar membahana di luar rumah. Anita pun bergegas keluar untuk menjemput sang anak.

"Maaf Bu. Kayanya Kenzo ngantuk deh, soalnya mainannya dibuangin semua," kata Tono tak enak hati.

"Oh iya, ini emang udah waktunya Kenzo tidur. Makasih ya Mas Tono," kata Anita sambil meraih Kenzo dari gendongan Tono.

"Sama-sama Bu. Kalo gitu saya balik ke bengkel ya Bu," kata Tono.

"Makan sekalian yuk. Kebetulan kami baru mau mulai makan siang," ajak Anita.

"Nanti aja Bu, gantian sama Bapak. Saya makan bareng Romi kalo Bapak udah selesai. Sayang kalo bengkel ditutup, kan biasanya jam makan siang begini suka ada pelanggan yang datang buat servis ini itu," sahut Tono sambil beranjak meninggalkan Anita saat dilihatnya seorang pria bermotor mendatangi bengkel.

Anita pun mengangguk lalu membawa Kenzo masuk ke dalam rumah. Dan saat melihat Aluna, Kenzo merengek minta digendong. Namun sayang keinginannya harus tertunda karena Kevin melarang Aluna menggendong Kenzo untuk beberapa waktu ke depan.

Bisa ditebak bagaimana reaksi bocah dua tahun itu. Kenzo menangis keras hingga membuat Anita sedikit kewalahan. Dengan sigap Anita membawa Kenzo ke kamar mandi untuk membasuh wajah dan kakinya. Setelahnya Anita mengganti pakaian Kenzo lalu menidurkannya dengan cara menggendong sang anak menggunakan selendang.

"Kenzi tidur ya Bu?" tanya Kevin beberapa saat kemudian.

"Iya," sahut Anita.

"Ya udah sini. Aku suapin kamu ya biar kamu bisa makan sekalian," kata Kevin sambil menepuk kursi di sampingnya.

Anita pun mengangguk lalu duduk di samping Kevin. Aksi Kevin menyuapi Anita membuat Farhat dan Aluna tersenyum karena ternyata Farhat juga sedang melakukan hal yang sama kepada Aluna.

bersambung

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

mudah2an gantinya sekaligus 2 atau 3😁😁😁

2025-01-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!