3. Yang Terluka

Sore itu Kevin nampak berlari menghampiri sang kakak yang masih berada di toko juragan Amri. Kevin datang sambil membawa map berisi sertifikat kelulusannya.

"Kakak ... !" panggil Kevin lantang hingga mengejutkan Aluna.

"Ada apa Kev. Jangan lari, nanti kamu jatoh!" jerit Aluna khawatir.

"Aku gapapa Kak. Aku bawa ini, coba Kakak liat!" kata Kevin sambil menyodorkan map yang dibawanya.

Aluna meraih map yang disodorkan Kevin dan segera membukanya. Matanya membulat tak percaya melihat tulisan di kertas yang menyatakan Kevin lulus ujian Kejar Paket A dengan nilai memuaskan.

Aluna pun melonjak gembira sambil tertawa. Kevin ikut tertawa lalu memeluk sang kakak.

"Alhamdulillah Kevin lulus. Makasih ya Allah," kata Aluna sambil menitikkan air mata.

Tingkah Aluna dan Kevin tak lepas dari pengamatan Amri, pemilik toko tempat Aluna bekerja.

"Ehm. Ada apa Lun. Seneng banget nih kayanya, sampe lompat-lompat gitu," kata Amri sambil tertawa.

"Eh, Bapak. Maaf Pak, Saya lupa kalo masih di toko," sahut Aluna dengan wajah merona karena malu.

"Gapapa. Ada kabar apa sih yang bikin kamu girang begitu?" tanya juragan Amri lagi.

"Ini Pak. Adik saya lulus ujian Kejar Paket A. Nih nilainya Pak, bagus kan," sahut Aluna sambil memperlihatkan nilai Kevin dengan bangga.

"Wah, selamat ya Kevin," kata juragan Amri sambil mengusak rambut Kevin dengan lembut.

"Makasih Pak," sahut Aluna dan Kevin bersamaan.

"Terus rencana kalian apa setelah Kevin lulus kejar paket A?" tanya juragan Amri penasaran.

"Ehm, kata kakak, saya harus terus sekolah Pak. Kakak juga mau daftarin saya masuk SMP biar pinter," sahut Kevin sambil melirik kearah sang kakak.

"Bagus itu. Terus mau sekolah dimana ?" tanya juragan Amri.

"Maunya sekolah negeri aja Pak. Lebih murah. Sambil nunggu pendaftaran di buka dua bulan lagi, saya mau cari kerja dulu. Biar bisa nabung buat biaya sekolah. Jadi ga ngerepotin kakak banget," sahut Kevin tegas.

Juragan Amri tertegun mendengar jawaban polos bocah di hadapannya. Ia tak menyangka kedua kakak beradik itu bisa berpikir dewasa diusianya yang masih belia.

"Kamu mau kerja juga?. Gimana kalo bantu kakak kamu di toko ini. Tugas kamu belanja ke pasar dan kirim barang pake sepeda kalo ada pembeli yang minta barangnya di antar ke rumahnya. Gimana mau ga?" tanya juragan Amri.

Kevin dan Aluna saling bertatapan sejenak.

"Tenang aja, kamu dapet gaji terpisah dari kakak Kamu. Jadi masing-masing dapet gaji yang tentu jumlahnya berbeda. Gimana?" tanya juragan Amri lagi.

Kevin dan Aluna pun tersenyum lebar lalu mengangguk setuju dengan penawaran juragan Amri.

"Iya, saya mau Pak!" sahut Kevin antusias.

"Ya udah, kamu boleh mulai kerja besok ya," kata juragan Amri sambil menepuk pundak Kevin.

"Baik, makasih Pak," kata Aluna dan Kevin bersamaan.

"Sama-sama," sahut Amri sambil tersenyum.

Setelah juragan Amri meninggalkan toko, Aluna dan Kevin kembali melompat dan tertawa.

Juragan Amri yang melihat tingkah mereka pun tersenyum. Dalam hati dia merasa senang karena bisa membantu kedua kakak beradik itu. Sebenarnya juragan Amri pernah hampir mengadopsi Aluna dan Kevin menjadi anak angkat lalu mengajak mereka tinggal bersama di rumah besarnya. Tapi penolakan istrinya membuat juragan Amri mengurungkan niatnya mengadopsi Aluna dan Kevin.

\=\=\=\=\=

Sepulang bekerja di toko juragan Amri, Kevin dan Aluna mampir ke sebuah mall. Aluna berniat membeli sesuatu sebagai hadiah kelulusan Kevin.

"Ayo, kamu mau beli apa Kev. Tenang aja, kakak yang traktir kok," kata Aluna.

"Serius nih Kak ?" tanya Kevin tak percaya.

"Iya. Aku abis gajian nih," bisik Aluna sambil menaik turunkan alisnya.

"Ok. Aku mau baso, kepiting asam manis, cumi-cumi bakar dan juice alpukat," kata Kevin dengan cepat.

"Pletak ... !"

"Aww ... kenapa kepalaku dijitak Kak?!" tanya Kevin sambil mengusap kepalanya.

"Kamu jangan menghayal ya. Kita nih lagi di toko perlengkapan sekolah, bukan restoran. Ngapain juga kamu pesen kepiting sama cumi-cumi?!" kata Aluna sambil melotot.

"Masa Kakak ga paham juga. Itu kode dari aku Kak. Artinya Aku mau makan makanan restoran yang Aku sebut tadi," kata Kevin manja.

"Ya ampun ... Kevin. Bilang dong dari tadi. Kita kan ga usah mampir ke sini kalo Kamu mau makan!" kata Aluna kesal.

"Maaf Kak. Tapi Kakak tenang aja. Sekarang Kakak traktir Aku. Tapi bulan depan, pas aku gajian, gantian aku yang traktir," kata Kevin antusias.

"Ok deal," sahut Aluna sambil menjabat tangan sang adik yang terulur kearahnya.

Setelahnya Aluna dan Kevin bergegas masuk ke sebuah restoran sea food. Tak lama kemudian pesanan mereka berupa kepiting asam manis dan cumi-cumi bakar ditemani es teh manis pun tiba. Tanpa membuang waktu Aluna dan Kevin melahap hidangan di hadapannya itu dengan lahap.

Saat sedang asyik melahap makanannya, tiba-tiba Aluna melihat kedatangan Gunawan. Pria tampan itu adalah anak kandung juragan Amri. Gunawan nampak melenggang santai memasuki restoran tanpa menoleh kearah Aluna.

Saat itu Gunawan tak sendiri. Ia datang bersama seorang gadis cantik bernama Hilda yang diketahui sebagai pacarnya.

"Kenapa Kak?" tanya Kevin yang melihat tatapan Aluna tertuju lekat pada Gunawan dan pacarnya.

"Ehm, gapapa. Kalo kamu udah selesai, kita pulang yuk," ajak Aluna.

"Sebentar lagi ya Kak. Kita kan juga beli di sini, ga ngutang. Jadi ngapain takut. Kakak santai aja. Abisin semuanya jangan sampe bersisa, setelah itu baru kita pulang," kata Kevin dengan tenang.

Aluna pun mengangguk Ialu kembali menyantap hidangan di hadapannya. Sesekali Aluna nampak mencoba menghindari tatapan Gunawan dan pacarnya yang duduk di kursi tak jauh dari tempatnya duduk.

"Eh, Sayang. Itu bukannya karyawan toko papa kamu ya," kata Hilda tiba-tiba.

"Mana. Oh iya. Itu Aluna sama adiknya," sahut Gunawan.

"Kok kamu ga nyapa mereka sih ?" tanya Hilda.

"Ga lah, untuk apa. Kalo Aku nyapa mereka, yang ada mereka besar kepala nanti," sahut Gunawan ketus.

Hilda pun mengangguk seolah mengerti mengapa Gunawan bersikap seperti itu. Selanjutnya Hilda tak bertanya lagi karena sibuk membalas pesan yang masuk ke ponselnya.

Sambil menikmati hidangan, tak sengaja tatapan Gunawan bertemu dengan tatapan Aluna. Namun Aluna segera membuang pandangannya ke arah lain karena khawatir tak bisa mengendalikan hatinya. Rupanya Aluna menyukai Gunawan diam-diam tanpa sepengetahuan pria itu.

Sambil menemani Kevin makan, Aluna pun kembali teringat pada satu kejadian kecil yang membuatnya sadar jika dirinya tak layak mengharap cinta Gunawan.

Siang itu Aluna sedang menjaga toko seperti biasanya. Kevin tak ikut menemani Aluna hari itu karena harus membereskan kamarnya.

Saat sedang asyik merapikan barang-barang di toko, Gunawan masuk ke dalam toko. Sedangkan beberapa teman Gunawan menunggunya di luar toko.

Dari jauh Aluna melihat Gunawan mengambil beberapa botol minuman dingin dan beberapa bungkus snack, lalu menyerahkannya pada teman-temannya itu.

Gunawan melakukan itu tanpa permisi atau mengatakan sesuatu pada Aluna. Membuat Aluna bingung dan tak mengerti. Setelah mengambil minuman dan makanan ringan, Gunawan pun pergi begitu saja.

Selang beberapa jam kemudian juragan Amri masuk dan mulai melihat catatan Aluna. Dia nampak mengerutkan alisnya melihat isi laporan yang tak sesuai dengan faktanya.

Juragan Amri yang curiga pun bertanya pada Aluna.

Karena takut, Aluna hanya membisu dengan tubuh gemetar. Melihat keanehan itu, Amri pun berinisiatif melihat rekaman CCTV dan terkejut melihat perilaku Gunawan di toko itu.

"Kurang ajar. Aku bahkan sudah memarahi Aluna padahal bukan dia pelakunya," gumam juragan Amri geram.

Juragan Amri pun keluar dari ruangannya dan menghampiri Aluna yang sedang menangis diam-diam.

"Maafin saya karena udah salah sangka sama kamu Aluna," kata juragan Amri sambil menepuk pundak Aluna pelan.

Aluna hanya mengangguk pelan pertanda ia memaafkan Amri.

Setelahnya Amri bergegas pulang ke rumah dengan wajah merah padam. Aluna tak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Yang Aluna tahu, esoknya Gunawan datang dengan kemarahan yang memuncak.

"Jadi, Lo yang ngaduin sama bokap kalo gue ngambil makanan ringan di toko kemarin ya?!" tanya Gunawan lantang.

"Bukan Saya Mas. Bapak tau sendiri karena ngeliat rekaman CCTV," sahut Aluna dengan suara bergetar.

"Jangan alasan Lo. Gue tau kalo Lo suka sama gue dan berusaha nyari perhatian gue. Iya kan?!" tanya Gunawan dengan mimik wajah mengejek.

"Saya ... " ucapan Aluna terputus karena Gunawan memotong cepat.

"Ngaca dong, punya kaca kan di rumah?. Lo tuh cuma cewek bodoh, miskin, ga punya orangtua dan ga punya harga diri. Siapa juga yang mau sama cewek kaya Lo. Jangan mimpi Lo!" hardik Gunawan tanpa perasaan.

Aluna tersentak kaget mendengar ucapan Gunawan. Ia memang menyukai Gunawan, tapi apakah itu bisa dijadikan alasan untuk menghinanya. Tanpa Gunawan sadari, ucapan yang dia lontarkan tadi telah membuat Aluna sakit hati.

Diam-diam Aluna menitikkan air mata tanpa suara. Meski ingin, tapi Aluna tak kuasa membalas ucapan Gunawan.

"Dasar cewek kampungan. Kalo bukan bokap gue, ga bakal ada orang lain yang mau nolongin Lo dan adik Lo itu. Jadi ga usah belagu deh!" maki Gunawan lagi sambil membanting pintu.

Aluna melepas kepergian Gunawan dengan gelengan kepala dan tangan yang terkepal.

"Astaghfirullah ... kenapa dia kasar banget sama aku. Biarpun aku suka sama dia, tapi dia ga berhak ngatain aku kaya gitu," batin Aluna sambil mengusap sudut matanya yang basah.

Dan Aluna menghela nafas panjang saat ingatannya berakhir. Di saat yang sama Kevin juga telah menyudahi makannya.

Setelah membayar makanannya di kasir, Aluna dan Kevin bergegas keluar dari restoran. Mereka pergi begitu saja tanpa menyapa Gunawan yang sedang asyik bercanda dengan kekasihnya.

Setibanya di luar restoran, Kevin menggandeng tangan Aluna lalu membawanya pergi. Meski pun Kevin tak tahu soal perasaan Aluna yang sesungguhnya, tapi sebagai saudara sekandung Kevin cukup peka.

"Abaikan aja Kak. Mas Gunawan begitu karena dia masih salah paham sama kejadian itu," hibur Kevin.

"Tapi Kakak masih sakit hati sama ucapannya dulu Kev," kata Aluna lirih.

"Mas Gunawan begitu karena bangga sama kekayaannya bapaknya. Itu artinya kekayaan yang dia banggain bukan punya dia. Jadi kebanggaannya itu semu. Dan aku yakin suatu saat nanti dia pasti menyesal karena udah menolak Kakak cantikku ini," kata Kevin sambil menatap Aluna lekat.

"Ck, udah ah. Sejak kapan sih Kamu jadi pinter ngomong begini Kev ?" tanya Aluna dengan wajah merona.

" Sejak Kakak sekolahin Aku dong," sahut Kevin dengan mimik wajah lucu.

Jawaban Kevin tentu saja membuat Aluna tertawa. Kemudian keduanya bergegas meninggalkan tempat itu sambil bergandengan tangan.

Tawa Aluna juga sampai di telinga Gunawan. Pria itu mendengus kesal lalu berusaha mengabaikannya. Kepergian Aluna tadi membuatnya lega karena tak harus berada dalam ruangan yang sama dengan Aluna.

Gunawan memang membenci Aluna. Baginya Aluna adalah cewek tak tahu malu yang mengejar cintanya. Sialnya lagi, cewek itu adalah karyawan kebanggan ayahnya.

"Dasar cewek ga tau malu. Untung udah pergi. Kalo ga, pasti bikin ulah lagi yang bakal bikin malu gue seumur hidup," batin Gunawan sambil tersenyum sinis.

Tanpa Gunawan sadari, kebencian dan hinaannya kepada Aluna akan menjadi bumerang di masa depannya nanti.

Bukan kah nasib manusia ibarat roda yang berputar ?.

Jika hari ini kita sedang berada di putaran teratas, jangan sombong dan lupa diri. Karena suatu saat kita juga akan berada di bawah bahkan di titik yang terendah.

bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!