Malam itu Aluna nampak duduk sambil memikirkan rencana masa depannya kelak setelah ia lulus dari SMU. Aluna juga menghitung berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk dia dan adiknya nanti.
"Uang ini buat daftarin Kevin Ke SMP. Kalo yang ini persiapan buat biaya kelulusan. Duh, biaya kelulusan masih kurang. Kayanya harus berhemat nih," gumam Aluna gusar.
Namun sesaat kemudian Aluna menghela nafas panjang seolah telah menemukan jalan keluar.
Keesokan paginya Aluna dan Kevin nampak berangkat ke tempat yang berbeda.
Aluna akan ke sekolah, sedangkan Kevin ke toko juragan Amri. Kevin memang mengisi waktu dua bulan menjelang pendaftaran masuk SMP dengan bekerja full time di toko juragan Amri dan Aluna akan menyusul ke toko setelah pulang sekolah.
"Hari ini kamu mulai kerja. Tolong jangan bikin ulah ya Kev," pinta Aluna.
"Siap Kak," sahut Kevin hingga membuat Aluna tersenyum.
Mereka pun mengayuh sepeda bersamaan lalu berpisah di ujung jalan sambil saling memberi semangat.
Aluna mengayuh sepeda bututnya lebih cepat agar bisa tiba di sekolah tepat waktu.
Sikap Aluna yang disiplin itu justru menjadi salah satu sebab mengapa dia dijauhi teman-temannya. Selain itu mereka enggan berteman dengannya karena Aluna juga kerap menolak bergabung dalam berbagai kegiatan siswa.
Aluna beralasan dia harus bekerja untuk membiayai kehidupannya dan Kevin. Itu lah sebabnya ia tak punya waktu untuk melakukan kegiatan seperti teman-temannya.
"Nah itu si Aluna. Cewek itu pasti ga ikut lagi," kata Lisa sinis.
Semua teman Aluna menoleh kearah Aluna lalu mengangguk mengiyakan ucapan Lisa. Seorang siswa laki-laki yang merupakan ketua kelas pun menyambut Aluna.
"Aluna!" panggil Riko.
"Iya. Kenapa Rik?" tanya Aluna sambil meletakkan tasnya di atas meja.
"Lo ikutan acara kemping ga?" tanya Riko.
"Maaf, gue ga ikut Rik," sahut Aluna.
"Kenapa, kan pas liburan sekolah. Kita bisa sekalian refreshing lho," kata Riko.
"Itu kan buat Lo dan yang lain. Walau libur sekolah, gue tetep harus kerja Rik. Adik gue butuh biaya banyak buat masuk SMP. Jadi, daripada uangnya buat senang-senang begitu, lebih baik buat biaya adik Gue daftar sekolah," sahut Aluna jujur.
Riko terhenyak. Ia seperti melempar bola besi ke dinding, tapi memantul lagi dan mengenai dirinya sendiri. Terasa sangat menyesakkan. Riko merasa malu karena Aluna bisa berpikir sejauh itu, bekerja untuk menghasilkan uang demi membiayai sekolah adiknya. Hal yang tak bisa Ricko lakukan karena selama ini ia hanya bisa meminta uang dari orangtuanya.
"Oh gapapa Lun. kalo gitu gue ke sana dulu ya, mau ngabsen anak-anak yang mau ikut liburan," kata Riko yang diangguki Aluna.
Aluna terus memandangi tubuh Riko yang menjauh. Ada kecewa yang dirasakan Aluna karena tak bisa bergabung dengan teman-temannya. Tapi saat teringat Kevin, kekecewaan Aluna pun sirna. Bagi Aluna masa depan Kevin adalah yang terpenting sekarang.
\=\=\=\=\=
Sepulang sekolah, Aluna mengayuh sepedanya dengan cepat menuju toko juragan Amri. Tiba di depan toko, Aluna bergegas memarkirkan sepedanya lalu berlari menuju pintu toko. Karena kurang hati-hati Aluna menabrak Gunawan yang juga baru tiba di toko itu.
"Hei gadis sint*ng. Ga liat ada orang di sini ya, maen tabrak aja!" jerit Gunawan marah hingga memekakkan telinga Aluna.
"Maaf Mas, ga sengaja. Saya buru-buru tadi," sahut Aluna dengan tubuh gemetar ketakutan.
"Untung cewek Lo, kalo cowok pasti udah gue hajar dari tadi," kata Gunawan sambil mengacungkan tinjunya di depan wajah Aluna.
Aluna refleks menutupi wajahnya dengan kedua lengannya karena takut Gunawan menghajarnya.
"Kakak ... !" panggil Kevin tiba-tiba.
Aluna dan Gunawan pun menoleh bersamaan kearah Kevin. Gunawan pun menurunkan tangannya lalu masuk ke dalam toko setelah sengaja menabrak pundak Kevin yang berdiri di ambang pintu. Kevin pun meringis kesakitan sambil memegangi pundaknya. Setelahnya dia menghampiri Aluna.
"Apa Mas Gunawan mukul Kakak?" tanya Kevin sambil mengamati Aluna dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Ga Kev. Ini emang salah Kakak. Mas Gunawan marah gara-gara Kakak ga sengaja nabrak dia tadi," sahut Aluna.
"Emangnya abis ketabrak sama Kakak kulitnya lecet. Kok teriak-teriak kaya orang gila gitu?" tanya Kevin kesal namun justru membuat Aluna tertawa.
"Udah ga usah dibahas lagi. Ntar kalo Mas Gunawan denger bisa tambah ngamuk lho," kata Aluna sambil merengkuh pundak Kevin lalu membawanya masuk ke dalam toko.
Setelah mengganti pakaiannya dengan kaos, Aluna ikut merapikan toko dan melayani pembeli. Sikap ramah Aluna tak luput dari perhatian Gunawan.
Rupanya setelah kejadian 'pencurian' yang dilakukan Gunawan tempo hari, juragan Amri menghukum Gunawan bekerja di toko selama sebulan.
"Gara-gara kamu ayah jadi salah sangka sama Aluna. Kasian kan dia. Aluna itu cuma hidup berdua sama adiknya dan tanpa orangtua. Harusnya kamu bisa mencontoh apa yang dia lakukan. Di usianya yang masih belia dia rela kerja sambil sekolah karena ingin menyekolahkan adiknya. Apa Kamu ga malu ?. Aluna yang perempuan aja bisa kerja cari uang, tapi kamu malah ngabisin uang entah untuk apa!" kata juragan Amri kesal.
Ucapan ayahnya terus terngiang di telinga Gunawan dan itu membuatnya marah. Gunawan tak suka dibanding-bandingkan dengan Aluna dan mulai berpikir untuk memberi 'pelajaran' kepada gadis itu nanti.
"Ayah tau, kamu ga bakal mau minta maaf sama Aluna karena gengsi kamu terlalu tinggi. Tapi Ayah tetap menghukum kamu. Mulai besok, kamu harus mau membantu ayah di toko selama sebulan!" kata juragan Amri beberapa hari yang lalu.
"Tapi Yah, aku ga bisa. Aku kan kuliah, lagi midtest juga," sahut Gunawan.
"Baik. Setelah midtest selesai, kamu baru mulai di toko. Jangan membantah atau ayah ga mau biayain kuliah kamu lagi. Sekarang terserah kamu, berhenti kuliah atau jalanin hukuman kamu," kata juragan Amri.
"Iya. Aku bakal bantuin Ayah di toko. Tapi tolong jangan suruh aku berhenti kuliah ya Yah," pinta Gunawan.
Juragan Amri hanya melengos mendengar permintaan anak laki-lakinya itu. Dia terlalu kesal melihat sikap manja Gunawan.
Dan lamunan Gunawan buyar saat suara dering bel di toko berbunyi. Itu tandanya ada pembeli yang datang dan ingin membeli sesuatu di toko itu.
Aluna pun datang menyapa dan melayani pembeli itu dengan ramah. Kemudian Aluna memanggil Kevin untuk mengantarkan barang bawaan pembeli tersebut ke rumahnya.
Tanpa Aluna, Kevin dan Gunawan sadari, juragan Amri sedang mengawasi pekerjaan mereka melalui kamera CCTV. Sebagai anak pemilik toko, Gunawan tampak dominan mengatur, tapi Aluna dan Kevin tak mempermasalahkan hal itu. Tentu saja interaksi ketiganya membuat juragan Amri tersenyum.
\=\=\=\=\=
Setelah beberapa hari bekerja bersama di toko, penilaian Gunawan terhadap Aluna pun berubah. Perlahan Gunawan bisa bersikap lebih baik kepada Aluna dan Kevin. Nampaknya Gunawan sadar sikapnya selama ini telah melukai perasaan Aluna dan adiknya.
"Ngapain Kamu?" tanya Gunawan saat melihat Aluna menggelar buku tugasnya di meja kasir.
"Saya mau ngerjain PR Mas," sahut Aluna.
Gunawan pun berlalu dan membiarkan Aluna mengerjakan PRnya. Beberapa kali Aluna harus berhenti menulis untuk melayani pembeli yang datang. Hingga sejam kemudian Gunawan kembali menghampirinya.
"Masih ngerjain tugas, kok ga kelar-kelar juga daritadi?!" tanya Gunawan kesal.
"Ini ... saya ga ngerti Mas. Saya udah baca berkali-kali, tapi ga bisa juga," sahut Aluna sambil menunduk takut.
"Sini gue liat !" kata Gunawan sambil menadahkan telapak tangannya kearah Aluna.
Aluna memberikan buku yang dibacanya pada Gunawan.
"Ini mah gampang. Gini nih caranya," kata Gunawan sambil mulai memberi contoh.
Aluna nampak mengamati dengan intens lalu mencoba mengikuti cara Gunawan mengerjakan soal.
"Makasih Mas," kata Aluna sesaat kemudian.
"Hmmm," sahut Gunawan cuek.
Meski pun respon Gunawan datar saja, namun Aluna bahagia. Apalagi setelahnya Gunawan juga selalu membantunya mengerjakan PR.
Karena seringnya membantu Aluna mengerjakan PR membuat permusuhan yang sempat terjadi diantara keduanya pun memudar. Dan itu membuat perasaan Aluna berbunga-bunga. Rupanya Aluna masih berharap ada sedikit keajaiban dalam hubungannya dengan Gunawan.
Hingga suatu hari, Aluna harus kembali menerima kenyataan yang melukai hatinya.
"Aluna!" panggil Gunawan tiba-tiba.
" Iya Mas," sahut Aluna sambil menghampiri Gunawan.
"Coba kamu cek barang yang udah tipis stoknya, biar sekalian dibeli nanti," pinta Gunawan.
"Baik Mas," sahut Aluna lalu bergegas melangkah ke gudang.
Aluna mulai mengecek barang di gudang dengan teliti. Setelah hampir setengah jam, Aluna keluar dari gudang. Ia memberikan catatannya pada Gunawan.
Setelah mengucapkan terima kasih, Gunawan meminta Aluna mengerjakan PR.
Aluna pun mengangguk lalu mulai mengerjakan PRnya dibantu Gunawan.
Sesekali Aluna memperhatikan Gunawan yang nampak serius memberi contoh.
"Dia tuh emang ganteng banget ya. Pinter lagi. Mana senyumnya manis banget. Coba aja dia suka sama aku juga, pasti aku bakal jadi cewek paling bahagia di dunia ini," khayal Aluna.
Saat asyik mencuri pandang kearah Gunawan, tiba-tiba Hilda masuk tanpa permisi. Dengan kasar ia menggebrak meja tempat Aluna dan Gunawan mengerjakan PR.
"Brak!"
"Ooo ... jadi ini yang kamu lakuin di belakang aku ya?!" tanya Hilda lantang.
"Sayang, kamu kok di sini ?" tanya Gunawan.
"Iya. Kenapa, ga suka?!" tanya Hilda sambil menatap tajam kearah Gunawan.
"Bukan gitu. Biasanya kan ngabarin dulu kalo mau ke sini," sahut Gunawan santai.
"Aku sengaja ga ngasih tau karena mau liat langsung pacar tersayangku ini bermesraan sama karyawannya," sahut Hilda sambil melirik Aluna dengan sinis.
"Siapa yang bermesraan. Aku lagi bantuin Luna bikin PR aja kok," bantah Gunawan.
"Harus kamu ya yang bantuin dia ngerjain PR. Emangnya ga ada orang lain selain kamu?" tanya Hilda curiga.
"Jangan begini dong Sayang. Malu diliat orang," kata Gunawan sambil berusaha meraih tangan Hilda.
Hilda menepis tangan Gunawan dengan kasar lalu berbalik menatap Aluna dengan marah.
"Dan Lo, cewek udik. Jangan gangguin cowok Gue. Ngerti ga?!" bentak Hilda kasar.
Aluna nampak mengerjapkan matanya dengan bingung. Sejak tadi Aluna hanya jadi penonton karena tak berani melerai. Jadi saat Hilda membentaknya Aluna pun terkejut.
Kevin yang baru tiba usai mengantar pesanan pembeli pun bergegas masuk ke dalam toko lalu menarik Aluna.
"Jangan marahin Kakak aku. Dia ga salah!" kata Kevin lantang sambil menatap marah kearah Hilda dan Gunawan.
"Kakak Lo ini gangguin cowok gue, kok bisa dibilang ga salah!" sahut Hilda tak kalah lantang.
"Cukup Hilda!" kata Gunawan sambil menarik tangan Hilda ke gudang.
"Kamu ... " Hilda tak melanjutkan ucapannya karena Gunawan memotong cepat.
"Aku di sini untuk jalanin hukuman dari ayahku. Kalo ayahku tau ada keributan di sini, bisa-bisa aku diusir keluar dari rumah dan ga bisa lanjut kuliah lagi. Padahal sedikit lagi aku lulus dan jadi Sarjana. Kalo aku udah jadi Sarjana, aku bisa nyari kerja. Dan kalo suatu saat ayah ngusir aku, aku udah siap karena udah ada pegangan. Ngerti ga sih kamu?!" kata Gunawan gusar.
Hilda nampak salah tingkah mendengar penjelasan Gunawan.
"Tapi aku ga suka kamu deket-deket sama cewek kampungan itu," rengek Hilda.
"Aku ga punya perasaan apa-apa sama dia, ini cuma hubungan Bos sama karyawan. Jadi kamu ga usah cemburu," kata Gunawan.
"Tapi dia suka sama kamu. Jangan pura-pura ga tau deh," kata Hilda sambil melengos.
"Itu lah resiko cowok tampan dan pinter kaya aku. Tapi Kamu tenang aja. Biar pun banyak cewek yang suka sama aku, tapi aku kan cintanya cuma sama kamu. Dibanding kamu, Aluna tuh ga ada apa-apanya. Jadi mana mungkin aku milih dia buat jadi pacar aku," sahut Gunawan sambil tertawa mengejek.
"Jadi kamu ga tertarik sama dia. Padahal kan Aluna cantik," kata Hilda.
"Aku ga tertarik sama Aluna karena memang ga ada yang menarik dari dia," sahut Gunawan hingga membuat Hilda tersenyum.
Setelahnya Gunawan dan Hilda saling memeluk. Bahkan Gunawan juga mencium Hilda dengan rakus hingga membuat gadis itu mengerang.
Tanpa Gunawan dan Hilda sadari, pembicaraan mereka didengar oleh Aluna yang sedang melintas di depan gudang untuk mengambil barang yang dibutuhkan pembeli.
Aluna menggigit bibir sambil menahan tangis karena sakit hati mendengar ucapan Gunawan.
Sepanjang hari itu Aluna terdiam sambil terus memikirkan ucapan Gunawan. Dia tak menyangka pria yang dicintainya itu kembali menoreh luka di hatinya. Dan saat pulang ke rumah, pertahanan Aluna pun runtuh. Dia menangis diam-diam tanpa sepengetahuan Kevin.
"Aku pikir dia udah berubah, ternyata ga. Jadi kebaikannya selama ini palsu. Tapi gapapa, mulai sekarang aku janji, ga akan pernah menyukainya lagi. Sekarang dan sampe kapan pun. Laki-laki kaya dia ga berhak mendapatkan hatiku," gumam Aluna sambil menghapus air matanya.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments