Bukan Keluarga Impian
Cerita bermula dari sepasang suami istri.
Sang pria bernama Alex yang berasal dari keluarga berada. Tapi karena sifat malasnya, Alex pun dibuang oleh keluarganya. Apalagi setelah dia memilih menikahi Kania, seorang wanita yang berasal dari panti asuhan yang kemudian dibesarkan oleh keluarga sederhana.
Kania adalah seorang wanita mandiri dan pekerja keras. Kania berstatus karyawati di sebuah mall saat bertemu dengan Alex. Dia resign saat Alex menikahinya. Rupanya Kania tak tahan dengan sikap Alex yang pencemburu dan selalu marah saat dia berinteraksi dengan customer pria.
Alex dan Kania bertemu di sebuah lapangan olah raga. Saat itu Alex masih bekerja di perusahaan milik keluarga sebagai Manager keuangan, sedangkan Kania berstatus sebagai SPG di mall yang ada di bilangan Jakarta. Kegemaran Alex dan Kania berolah raga membuat keduanya makin dekat hingga kemudian menjalin kasih.
Kisah cinta mereka ditentang oleh keluarga Alex karena Kania hanya anak angkat pegawai negeri. Namun demi cinta, Alex memilih mempertahankan Kania dan rela menerima resiko yaitu dibuang oleh keluarganya yang kaya raya itu.
Alex dan Kania memilih kawin lari. Kania menerima Alex dengan seribu janjinya itu begitu saja tanpa memikirkan masa depan yang akan menyambut mereka nanti. Bahkan Kania rela meninggalkan orangtua angkat yang telah mengasuhnya sejak balita karena terbuai janji manis Alex.
"Percaya lah, kita pasti bahagia Kania. Asal bersamamu, aku yakin bisa melewati semua rintangan itu. Ayo kita menikah dan hadapi semuanya bersama," rayu Alex kala itu.
"Iya, aku setuju. Mari berjuang bersama dan buktikan sama keluargamu yang kaya itu kalo kita mampu berdiri di atas kaki Kita sendiri," sahut Kania antusias.
Alex pun terharu. Dia memeluk Kania dengan erat lalu mendaratkan ciuman lembut di bibirnya.
"Makasih Sayang," bisik Alex.
"Sama-sama ...," sahut Kania sambil membalas ciuman panjang Alex di bibirnya.
\=\=\=\=\=
Alex dan Kania akhirnya kawin lari. Setelah meresmikan pernikahan mereka, Alex mengajak Kania tinggal di sebuah rumah.
Rumah sederhana namun berukuran besar dan dilengkapi perabotan itu merupakan aset milik keluarga Alex yang tak diketahui Kania. Alex sengaja berbohong pada Kania dan mengatakan rumah itu milik rekannya.
"Berapa sewa yang dia minta per bulannya?" tanya Kania.
"Ga ada. Dia cuma nyuruh kita nempatin sekalian menjaga rumah ini," sahut Alex berbohong.
"Alhamdulillah. Ini udah lebih dari cukup untuk kita berteduh. Setidaknya kita bisa menghemat pengeluaran," kata Kania.
Alex mengangguk mengiyakan ucapan istrinya. Diam-diam dia tersenyum sambil mengamati Kania yang sedang meletakkan tas berisi pakaian mereka di kamar.
"Terus gimana sama biaya hidup kita ?. Kalo kamu ga kerja, uang tabungan kita lama-lama bisa habis lho," kata Kania mengingatkan.
"Kamu ga usah khawatir. Aku udah dapat kerjaan di bengkel temenku. Gajinya emang ga besar, tapi lumayan lah. Aku pikir cukup untuk biaya bulanan Kita berdua," sahut Alex sambil membaringkan tubuhnya di lantai.
Kania pun tersenyum. Dia bahagia karena Alex menepati janjinya untuk bertanggung jawab pada kehidupannya setelah mereka menikah.
\=\=\=\=\=
Kehidupan pernikahan Alex dan Kania awalnya dipenuhi madu dan kebahagiaan. Namun pernikahan mereka mulai menemui batu sandungan setelah setahun pernikahan, tepatnya setelah kelahiran anak pertama yang mereka beri nama Aluna.
Entah mengapa, sejak kelahiran Aluna perlahan Alex pun berubah. Alex yang saat itu bekerja di bengkel mobil mulai terpengaruh teman-temannya yang gemar minum minuman beralkohol dan berjudi. Bahkan Alex rela menghabiskan gajinya di meja judi daripada menafkahi anak istrinya.
Selanjutnya kehidupan rumah tangga Kania dan Alex mulai sering diwarnai pertengkaran. Masalah utamanya adalah keuangan yang morat marit karena kegemaran buruk Alex. Meskipun Kania sudah kembali bekerja untuk membantu Alex, namun sayang gajinya sebagai SPG tak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga kecil mereka.
Dan di saat keuangan keluarga sedang tak stabil, Kania hamil anak kedua.
Berbeda dengan kehamilan pertama yang dihujani cinta dan perhatian dari Alex. Di kehamilan Kania kali ini Alex justru tak peduli. Bahkan Alex mulai tega memukul Kania. Alex juga merampas uang gaji Kania untuk dia pertaruhkan di meja judi. Dan jika sudah seperti itu Kania hanya bisa menangis sambil memeluk Aluna.
Hingga beberapa bulan kemudian Kania melahirkan anak keduanya. Bayi berjenis kelamin laki-laki yang lahir prematur itu diberi nama Kevin. Meskipun lahir prematur, Kevin tumbuh menjadi anak yang sehat dan normal seperti anak seusianya.
Awalnya Kania berharap kehadiran Kevin bisa memotivasi Alex agar mau berubah. Tapi sayangnya harapan Kania berakhir sia-sia.
Suatu hari Kevin demam tinggi dan Kania tak memiliki uang untuk membeli obat penurun demam apalagi berobat ke klinik. Karena terlambat mendapat pertolongan, dokter mendiagnosa Kevin akan mengalami kelumpuhan permanen dan harus menggunakan kursi roda.
"Maaf Bu Kania. Dengan berat hati saya sampaikan, Kevin terlambat mendapat pertolongan. Meski pun nyawanya selamat, tapi ... " dokter sengaja menggantung ucapannya karena iba melihat Kania yang mulai menangis.
"Tapi apa dok?" tanya Kania tak sabar.
"Begini Bu. Karena Kevin tak mendapat asupan makanan yang layak juga vitamin yang diperlukan, maka tubuh Kevin melemah dan mengalami hambatan untuk tumbuh normal seperti anak lain seusianya. Dengan kata lain Kevin mengalami mal nutrisi. Kekurangan berat badannya masih bisa kita upayakan, tapi untuk kakinya rasanya sulit. Banyak zat yang diperlukan tulang untuk tumbuh dan berkembang tak ditemui di kaki Kevin. Jadi ... ke depannya Kevin harus menggunakan kursi roda untuk menunjang aktifitasnya," kata dokter dengan hati-hati.
"Maksud dokter Anak Saya cacat?" tanya Kania dengan suara tercekat.
"Betul Bu. Maaf kalo ini mengejutkan. Tapi saya harus bicara jujur supaya Bu Kania tak berharap terlalu banyak," sahut sang dokter tak enak hati.
Kania pun menangis histeris mengetahui anak laki-lakinya lumpuh. Kemudian Kania pulang dengan membawa kemarahan. Dia menyalahkan Alex atas derita yang menimpa dirinya dan kedua anaknya.
"Kau. Gara-gara keegoisanmu dan sifat malasmu, anakku sekarang cacat. Kau harus bertanggung jawab Alex!" jerit Kania marah.
"Mana mungkin dia cacat. Dia cuma telat makan aja kok," sahut Alex santai.
Ucapan Alex membuat Kania kesal. Kania pun meraih Kevin yang berbaring itu Ialu mendudukkannya dengan paksa. Kevin yang kaget dibangunkan paksa pun mulai menangis. Apalagi sang mama juga memaksanya berdiri dan berjalan.
Berkali-kali Kevin terjatuh dan itu membuat Kania ikut menangis. Aluna yang iba melihat Kevin menangis pun berusaha membantu.
"Kevin ... !" panggil Aluna.
"Kakak ... tolong Kak. Sakit ...," rintih Kevin sambil menangis.
Aluna pun menghampiri Kevin dan berusaha menenangkannya. Kemudian dia menoleh kearah sang mama.
"Cukup Ma!. Jangan paksa Kevin buat jalan lagi. Mama kan tau Kevin udah ga bisa berdiri apalagi jalan!" jerit Aluna marah sambil memeluk Kevin erat.
Ucapan Aluna membuat Alex terkejut. Untuk sejenak Alex hanya bisa membisu sambil menatap kedua anaknya.
Kania yang kesal pun merangsek maju untuk memukuli Alex. Karena tak tahan dengan amukan Kania, Alex pun memilih pergi dari rumah.
\=\=\=\=\=
Setelah beberapa tahun bertahan, akhirnya Kania menyerah. Dia memutuskan menggugat cerai suaminya. Saat itu usia Kania enam belas tahun, sedangkan Kevin dua belas tahun.
Setelah mendaftarkan gugatan perceraiannya, Kania pun pergi meninggalkan kedua anaknya tanpa pamit. Kania tak tahu bahwa kelak ini akan menjadi penyesalan terbesar dalam hidupnya.
Alex murka saat mengetahui dirinya dicerai dan ditinggalkan. Dia mengamuk dan menghancurkan semua benda yang ada di sekitarnya.
"Sia*an kau Kania. Kenapa kau pergi tanpa membawa anak-anak ini. Mereka hanya beban dan Aku ga mau dibebani!" kata Alex lantang.
Aluna dan Kevin terkejut mendengar ucapan sang papa. Setelah saling menatap sejenak, Aluna pun menjawab ucapan Alex dengan berani.
"Kalo Papa keberatan merawat aku dan Kevin, kami bisa pergi dari sini. Kami juga ga sudi tinggal sama orang yang bahkan ga bisa mengurus dirinya sendiri!" sahut Aluna tak kalah lantang.
Ucapan Aluna membuat Alex tersinggung. Setelah menendang pintu, Alex keluar dari rumah itu dan tak pernah kembali.
"Gimana nih Kak. Mama sama papa pergi. Terus kita sama siapa Kak?" tanya Kevin sambil menangis.
"Jangan khawatir Kev. Kakak yang bakal urus semuanya nanti. Tapi Kakak minta satu aja dari kamu. Jangan nangis lagi. Ngerti ga?!" tanya Aluna.
Kevin mengangguk lalu menghapus air matanya. Aluna pun tersenyum lalu memeluk Kevin dengan erat.
Dan sejak saat itu lah Aluna yang mengurus semuanya termasuk sang adik.
Untuk membiayai kehidupannya dan sang adik, Aluna bekerja paruh waktu sebagai penjaga toko kelontong.
Kevin ikut membantu dengan cara menemani Aluna saat menjaga toko. Untuk mengusir kejenuhan, biasanya Kevin membaca buku yang akan dijadikan pembungkus.
"Kak, buku yang itu belum aku baca. Yang ini aja yang buat bungkus!" seru Kevin sambil memberikan buku yang telah selesai dia baca.
"Kamu nih ada-ada aja Kev. Emangnya baca bisa bikin Kamu pinter ya?" tanya Aluna sambil meraih buku yang disodorkan Kevin.
"Bukan pinter Kak. Buku itu kan jendela dunia. Jadi membaca banyak buku bisa bikin kita tau lebih banyak," sahut Kevin hingga membuat Aluna tersenyum.
"Tapi kenapa kakak pusing ya kalo kelamaan baca kaya kamu. Kayanya, selesai SMU kakak mau lanjut kerja aja," kata Aluna.
"Sayang dong Kak. Kalo Kakak kuliah, pasti hidup kita bisa lebih baik," kata Kevin penuh harap.
"Kuliah ga menjamin hidup kita sukses Kev, tergantung usaha kita juga. Ada orang lulusan SD bisa jadi juragan besi dan kaya raya. Tapi ada juga yang lulusan Sarjana malah jadi OB bahkan jadi pengangguran kaya papa," sahut Aluna sambil mencibir.
Kevin pun membisu sambil memikirkan ucapan Aluna.
"Daripada buat kuliah, mending uangnya kakak pake buat biaya kamu sekolah dan berobat Kev," kata Aluna sesaat kemudian.
"Apa ada sekolah yang mau nerima orang cacat kaya Aku Kak?" tanya Kevin.
"Ada dong. Kakak janji bakal daftarin kamu ke sekolah yang tepat biar kamu ga minder. Yang penting kamu semangat dan jangan putus asa," sahut Aluna sambil menepuk punak Kevin.
Kevin mengangguk dengan wajah berbinar bahagia. Kevin yakin Aluna pasti bisa memenuhi janjinya itu nanti.
\=\=\=\=\=
Sore itu Aluna dan Kevin pergi ke lahan kosong yang mirip lapangan bola sepulang bekerja. Aluna mendorong kursi roda Kevin perlahan. Setelahnya Aluna pun membantu Kevin berdiri dan memintanya berlatih berjalan seperti yang selama ini mereka lakukan.
"Ayo, sekarang kamu jalan ke sana. Pelan-pelan aja ga usah cepet-cepet," kata Aluna.
"Iya Kak. Tapi Kakak jangan jauh-jauh ya," pinta Kevin.
"Tenang aja. Kakak jagain di sebelah sini ya Kev," sahut Aluna.
"Tapi kalo ntar aku jatoh terus nibanin Kakak, janji ga marah ya," pinta Kevin.
"Ya jangan sampe jatoh dong. Niat banget sih jatohnya," gerutu Aluna disambut tawa lebar Kevin.
Kemudian Kevin mulai bergerak selangkah demi selangkah. Aluna nampak tersenyum melihat kemampuan Kevin yang maju pesat. Walau beberapa kali hampir terjatuh, namun Kevin tak patah semangat.
Dan akhirnya Kevin berhasil menyelesaikan rute yang harus dilaluinya itu seorang diri. Dia tiba di sisi lain lapangan setelah mengikuti arahan Aluna.
"Alhamdulillah. Yeeey ... aku bisa Kak!" seru Kevin dari ujung lapangan.
Aluna pun berlari lalu menghambur memeluk sang adik. Keduanya nampak tertawa bahagia.
"Makasih ya Kak. Sekarang aku sembuh dan bisa jalan lagi," kata Kevin dengan suara bergetar.
"Sama-sama. Itu juga karena tekad kuat kamu untuk sembuh Kev," sahut Aluna sambil mengurai pelukannya.
"Aku janji ke depannya bakal bikin Kakak bahagia. Meskipun harus mengorbankan kebahagiaanku sendiri, aku ga peduli," kata Kevin sambil menatap Aluna lekat.
"Ga usah janji apa-apa Kev, pamali. Ngeliat kamu sembuh aja Kakak udah bahagia. Dan mulai sekarang kita bisa lanjutin mimpi kita," kata Aluna.
"Iya Kak," sahut Kevin cepat hingga membuat Aluna tersenyum.
"Sekarang pulang yuk. Tapi sebelum pulang kita mampir dulu makan baso di warungnya Pakde Sodiq," kata Aluna.
"Ok Kak!" sahut Kevin antusias hingga membuat Aluna tertawa.
Kemudian Kevin dan Aluna melangkah bersama sambil mendorong kursi roda yang tak terpakai itu.
Tanpa Aluna dan Kevin sadari, keduanya sedang diawasi oleh sepasang mata milik Danar, ayah Alex. Pria itu mengamati kedua cucunya dari dalam mobil dengan mata berkaca-kaca.
"Akhirnya kamu sembuh Kev. Semoga setelah ini, tak ada lagi yang menghalangimu untuk mengejar mimpimu," gumam Danar sambil tersenyum.
Tak lama kemudian Danar mengetuk kaca mobil untuk memberi isyarat kepada supir pribadinya agar segera melajukan mobil.
Tak lama kemudian mobil mulai melaju meninggalkan tempat itu.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣
Lanjut disini lagii🤣
2021-07-26
3