Keesokan harinya Gunawan mulai bekerja di bengkel milik Kevin. Awalnya semua berjalan lancar. Gunawan bisa beradaptasi dan bisa menempatkan diri sebagai karyawan Kevin.
Namun setelah beberapa waktu bekerja sebagai karyawan Kevin, Gunawan mulai memperlihatkan sisi buruknya. Dia kerap memanfaatkan kesempatan bekerja untuk mendekati Aluna. Bahkan Gunawan sering kedapatan sedang curi-curi pandang kearah Aluna.
Sebenarnya Aluna merasa risih, ia sering menghindar dengan pergi ke ruangan Kevin melalui pintu penghubung yang hanya diketahui dia dan Kevin.
"Kenapa lagi Kak?" tanya Kevin pura-pura tak tahu.
"Aku lagi kesel Kev. Kamu tau ga kalo si Gunawan seringkali berdiri di dinding pembatas itu sambil ngintip ke dalam laundry. Aku merasa dia sedang ngawasin Aku," sahut Aluna.
"Aku tau sih Kak. Tapi cuekin aja ya. Kalo dia berani macam-macam bilang sama aku," kata Kevin yang mulai terganggu dengan keluhan kakaknya itu.
"Kenapa ga dipecat aja sih Kev?" tanya Aluna.
"Aku ga tega Kak. Dia punya anak dan istri yang harus dinafkahin. Ga adil rasanya kalo kita memutus rezeki orang cuma karena kita ga nyaman sama sikapnya. Mungkin dia begitu karena nyesel udah nyakitin Kakak dulu," sahut Kevin bijak hingga mengejutkan Aluna.
"Wah, adikku ini bijaksana sekali. Sekarang udah bisa nasehatin Kakaknya lho," kata Aluna sambil mencubit pipi Kevin dengan gemas.
"Apaan sih Kak," kata Kevin sambil melengos.
Aluna tertawa lalu memutuskan kembali ke kios laundry miliknya. Sejak saat itu Aluna memilih menuruti ucapan Kevin dan mengabaikan Gunawan.
\=\=\=\=\=
Siang itu Aluna sedang duduk bersama Kevin di depan bengkel sambil menikmati jam makan siang. Saat seperti itu biasanya karyawan akan bergantian pergi ke sebuah warung makan untuk makan siang. Kevin dan Aluna memang hanya memberi uang makan untuk karyawan mereka setiap hari. Aluna merasa kerepotan jika harus memasak makanan untuk mereka semua.
"Kak Aluna ... !" panggil seorang gadis bersepeda sambil melambaikan tangannya.
"Hai Anita, mau kemana?" tanya Aluna.
"Mau ke sini lah Kak. Ketemu sama Kakak, ada perlu sedikit," bisik Anita malu-malu.
"Sama aku atau sama Kevin?" tanya Aluna menggoda Anita.
"Ish, apaan sih Kakak. Aku serius mau ngomong penting sama Kakak," sahut Anita dengan wajah merona.
"Ya udah, yuk kita ngobrol di dalam aja," ajak Aluna sambil menggandeng tangan Anita.
Anita pun mengangguk lalu meninggalkan sepedanya begitu saja. Kevin yang melihat sepeda Anita terparkir di depan bengkelnya pun protes.
"Hei ... sepedanya jangan taro di tengah jalan dong. Menghalangi orang lewat nih. Ganggu pemandangan juga," kata Kevin.
Bukannya tersinggung, Anita justru tertawa sambil terus melangkah masuk ke dalam kios laundry milik Aluna.
Tiba di dalam, Anita langsung menyampaikan niatnya untuk menjalin kerja sama dengan Aluna.
"Gini Kak. Mama aku kan pinter masak, masakannya pun sedap. Gimana kalo makan siang Kakak dan semua karyawan Kakak pesan sama mama aku aja. Menunya Kakak yang tentuin juga boleh. Jadi Kakak ga pusing harus kasih uang makan sama karyawan Kakak tiap hari. Gimana Kak?" tanya Anita dengan mata berbinar.
"Wah, boleh juga tuh. Jadi kami ga harus keluar buat makan siang. Selain lebih hemat waktu, pelanggan bisa tetap terlayani dengan baik. Ide bagus Nit. Ok, Aku setuju," sahut Aluna cepat.
"Eh, Kakak kok cepet banget bilang setuju. Gimana sama bang Kevin. Ntar dia mau ga," kata Anita yang tahu betul jika Aluna dan Kevin selalu memutuskan segalanya bersama-sama.
"Kalo urusan makanan itu urusan perempuan. Dia mah ikut aja," sahut Aluna bangga.
Alhamdulillah. Jadi mulai besok atau Senin depan Kak?" tanya Anita kemudian.
"Kalo besok bisa ga?" tanya Aluna.
"Insya Allah bisa Kak. Dua dulu ya Kak buat uji coba," kata Anita sambil mengeluarkan buku catatannya.
"Ga usah. Langsung pesan juga buat karyawan di sini Nit. Jadi sembilan ya," kata Aluna.
"Ok Kak, makasih ya udah mau kerja sama sama mama aku. Kalo rasanya kurang enak, Kakak harus bilang. Biar aku sama mama aku bisa perbaiki nanti," pesan Anita sungguh-sungguh.
"Iya, jadi berapa semuanya?" tanya Aluna.
"Lima belas ribu per porsi Kak. Jadi semua seratus tiga puluh lima ribu," sahut Anita.
"Ok. Nih uangnya, kembaliannya buat kamu aja," kata Aluna sambil menyerahkan uang seratus lima puluh ribu rupiah kepada Anita.
"Wah ... jangan kaya gini Kak. Aku ga enak. Kan urusan makan siang kita bakal berlanjut. Kalo Kakak kaya gini, aku jadi manja dan ga profesional nanti. Biar aku kembaliin aja ya," kata Anita sambil menyerahkan uang kembali pada Aluna.
Aluna tertawa. Ia senang karena sikap Anita seperti mengingatkannya pada dirinya beberapa tahun lalu. Akhirnya Aluna menerima uang kembali yang disodorkan Anita padanya.
"Aku pergi ya dan makasih kerja samanya. I love you Kakak," kata Anita sambil berlari menghampiri sepedanya lalu mengayuhnya dengan cepat.
Tingkah Anita yang 'sradak-sruduk' itu membuat Kevin menggelengkan kepala.
"Dasar bocil. Ngapain sih dia ke sini Kak?" tanya Kevin kemudian.
"Dia nawarin catering buat makan siang kita dan karyawan di sini," sahut Aluna.
"Terus, Kakak terima?" tanya Kevin lagi.
"Iya. Lumayan lho. Kita dan karyawan ga perlu gantian keluar ninggalin tempat cuma untuk makan siang. Apalagi kadang warung nasi juga ngantri pas jam makan siang. Jadi selain bisa menghemat waktu, kita juga bisa menghemat tenaga. Lebih efisien lah," sahut Aluna.
"Iya juga sih. Eh, tapi masakannya enak ga?" tanya Kevin.
"Bukan Anita yang masak, tapi mamanya. Dijamin enak lah. Kalo ga enak, kita bisa komplain sama Anita, gitu katanya tadi," sahut Aluna sambil tersenyum.
Kevin pun terdiam. Dalam hati Kevin bahagia mendengar tanggapan positif Aluna. Di mata Kevin, Anita bukan sosok yang asing. Anita adalah wanita yang mandiri dan pekerja keras, persis seperti Aluna. Itu yang membuatnya menyukai Anita. Kevin berharap kerja sama mereka bisa membuatnya lebih mengenal Anita nanti.
\=\=\=\=\=
Hari berikutnya mulai lah Anita mengantarkan box berisi makan siang pesanan Aluna. Semua terlihat senang karena tak harus capek mengantri di warung nasi. Apalagi lauk yang disajikan juga cocok dengan lidah mereka.
Saat Aluna menanyakan pendapat mereka, semua menjawab setuju jika makan siang mereka berupa box seperti itu dilanjutkan. Dan hal itu membuat hati Anita membuncah bahagia.
"Makasih ya Kak, aku usahain besok ganti menu," kata Anita sambil memasukkan uang ke dalam tasnya.
"Harus lah, biar ga bosen," celetuk Kevin.
Anita nampak meringis mendengar ucapan Kevin.
"Yang masak siapa Nit?" tanya Kevin tiba-tiba.
"Mama aku Bang, aku bantuin juga sih tapi sedikit," sahut Anita sambil nyengir.
"Masakan mama kamu enak lho Nit," puji Aluna.
"Makasih lho Kak, bikin aku geer aja," kata Anita.
"Bisa request ga?" tanya Kevin.
"Request tuh makanan apaan Bang, baru denger aku," kata Anita lugu.
Kevin dan Aluna sontak tertawa saat mendengar jawaban Anita. Kevin bahkan hampir terjatuh dari kursi saking tak bisa menahan tawanya. Anita hanya cemberut melihat Kevin dan Aluna menertawainya.
"Iya, aku tau. Aku mah emang orang kampung. Jadi ga tau masakan orang Jakarta macam kalian," kata Anita sambil mendelik kesal.
"Salah Anita. Itu bukan jenis masakan. Kamu kan sekolah SMA, masa ga tau request artinya apa," kata Aluna setelah berhasil menghentikan tawanya.
"Oh request yang itu. Aku kirain jenis masakan. Soalnya mama aku belum bisa masak yang susah-susah kaya orang di Jakarta Kak. Kalo request menu sederhana aja sih bisa kok," sahut Anita.
"Usaha cari tau dong. Males banget sih," sela Kevin hingga mendapat cubitan dari Aluna.
"Cari tau gimana Bang. Nanya sama orang yang jualan gitu?" tanya Anita tak mengerti.
"Cari di internet dodol ... !" seru Kevin gemas.
"Oh iya ya. Ok, aku cari informasi di internet dulu deh. Ntar kalo ada masakan baru aku masakin terus kalian coba dan kasih komentar ya," kata Anita dengan mata berbinar.
"Enak aja. Emang lo pikir kita kelinci percobaan?. Kalo tuh makanan ga beracun sih gapapa, kalo beracun terus kita mati gimana dong. Lo mau tanggung jawab ga?!" kata Kevin sambil melotot.
"Ga bakalan mati juga lah Bang. Paling sakit perut doang," sahut Anita cuek.
"Itu artinya makanan lo ga layak makan. Kalo mau jualan tuh dirasain dulu baru ditawarin ke orang. Jangan malah jadiin orang kelinci percobaan!" kata Kevin lantang.
"Yang jadiin Abang kelinci percobaan tuh siapa. Lagian mana ada kelinci kok segede babon!" sahut Anita tak kalah lantang.
"Maksud Lo Gue gede kaya babon, gitu?!" tanya Kevin sambil berkacak pinggang.
"Emang iya. Kenapa, situ ga suka dibilang babon?!" tanya Anita sambil bangkit dari duduknya lalu ikut berkacak pinggang.
Melihat pertengkaran Kevin dan Anita membuat Aluna tertawa geli. Kevin dan Anita pun menoleh kearah Aluna dengan tatapan kesal.
"Kakak ... !" panggil Kevin dan Anita bersamaan.
"Maaf, abis kalian lucu banget sih. Kenapa ga nikah aja sekalian," kata Aluna sambil tertawa.
"Iiihh ... amit-amit!" sahut Anita sambil bergidik.
"Ogah, bukan type gue juga," kata Kevin sambil berlalu.
Mendengar jawaban Anita dan Kevin, Aluna kembali tertawa.
"Udah dong Kak. Gimana nih, mau request apa sih emangnya?" tanya Anita sambil terduduk lemas.
"Nanti lah kapan-kapan aja requestnya. Kakak kasih tau seminggu sebelomnya deh, biar Kamu punya kesempatan belajar masak dulu," sahut Aluna sambil tersenyum.
"Ok deh Kakak Aluna cantik. Kalo gitu aku pulang dulu ya," pamit Anita dengan gembira.
"Iya, hati-hati," kata Aluna sambil melambaikan tangannya.
\=\=\=\=\=
Kehadiran Anita di bengkel setiap hari lama kelamaan menumbuhkan rasa cinta di hati Anita dan Kevin. Walau awalnya saling bermusuhan, lama kelamaan keduanya justru terlihat nyaman saat berinteraksi.
Aluna yang mengerti jika adiknya sedang jatuh cinta pun memberi peluang agar Kevin mendekati Anita.
"Malam Minggu nih Kev," kata Aluna tiba-tiba.
"Udah tau Kak. Makanya bengkel tutup lebih awal," sahut Kevin cuek.
"Kamu ga mau ngapel Kev?" tanya Aluna.
"Ngapelin siapa. Aku kan ga punya pacar," sahut Kevin dengan wajah merona.
"Anita lah, siapa lagi emangnya," kata Aluna santai.
"Maksud Kakak?" Kevin sengaja menggantung ucapannya sambil menatap Aluna lekat.
"Ck. Aku tau kalo kamu naksir sama Anita. Keliatannya dia juga naksir sama kamu. Kejar sana, apelin, ajak ngedate. Ntar keburu disamber orang, nyesel deh," kata Aluna sambil tersenyum.
"Emang aku boleh pacaran sama Anita Kak?" tanya Kevin.
"Boleh, tapi jangan kebablasan. Inget dosa!" sahut Aluna galak.
Kevin pun tertawa mendengar ucapan sang kakak. Setelahnya dia bangkit lalu memluk Aluna erat.
"Ok deh Kakak Sayang. Kalo gitu, Aku siap-siap dulu ya," kata Kevin lalu bergegas mandi dan berganti pakaian.
Aluna nampak bahagia saat melihat sang adik tersenyum bahagia. Tak lama kemudian Kevin sudah siap dengan T shirt dan celana jeans birunya.
"Gimana Kak?" tanya Kevin sambil menatap Aluna lekat.
"Keren, cakep. Dah sana, jangan pulang malam-malam ya," kata Aluna sambil mendorong tubuh Kevin keluar dari rumah.
"Iya Kakak Sayang," sahut Kevin sambil menstarter motornya.
"Sebentar lagi bukan cuma Kakak yang dipanggil Sayang, pasti si Anita juga," kata Aluna sambil mendengus kesal.
Kevin pun tertawa lalu melajukan motornya menuju rumah Anita. Sepanjang jalan ia tersenyum membayangkan reaksi Anita melihat kedatangannya nanti.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments