6. Mencari Tempat Baru

Enam tahun kemudian.

Aluna dan Kevin masih bersama menghadapi hidup yang keras. Setelah lulus sekolah Aluna menepati janjinya untuk keluar dari toko juragan Amri dan bekerja di tempat lain. Dia melamar pekerjaan di sebuah perusahaan swasta sebagai cleaning service.

Kevin yang saat itu masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan kelas sebelas pun mengikuti jejak sang kakak. Setelah berhenti bekerja di toko juragan Amri, Kevin bekerja paruh waktu di sebuah bengkel yang letaknya dekat dari rumah.

Aluna senang karena bisa lepas dari bantuan juragan Amri sekaligus lepas dari cinta butanya pada Gunawan. Hari-harinya dan Kevin pun berjalan sebagaimana mestinya.

Hingga suatu hari, saat pulang kerja Aluna melihat banyak mobil terparkir dekat gang masuk ke rumahnya. Aluna yang tak curiga pun dengan santai masuk ke dalam gang dan melangkah menuju ke rumahnya.

Tiba di depan rumahnya ia melihat banyak laki-laki berpakaian serba hitam berdiri berjajar di depan pintu sambil menatap lekat kearahnya.

"Maaf, ini ada apa ya. Kalian siapa?" tanya Aluna dengan santun.

Suara Aluna juga terdengar oleh Kevin yang berada di dalam rumah. Remaja laki-laki itu pun bergegas menemui sang kakak.

"Kakak ... !" panggil Kevin.

"Mereka siapa Kev?" tanya Aluna.

"Aku ga tau Kak," sahut Kevin sambil menggeleng.

Tiba-tiba seorang kakek berambut putih yang duduk di atas kursi roda datang dari belakang Aluna.

"Apa kabar Aluna, Kevin," sapa pria itu.

"Maaf, Kakek siapa?" tanya Aluna bingung.

"Perkenalkan saya Danar, ayah Alex. Saya kakek kalian sekaligus pemilik rumah ini," sahut Danar sambil tersenyum.

Untuk sesaat keheningan pun menyeruak. Aluna dan Kevin saling menatap dalam diam.

"Oh iya, saya inget papa pernah sebut nama kakek Danar dulu. Tapi maaf, kalo Kakek mau mengusir kami pergi, tolong beri waktu kami untuk membereskan pakaian kami dulu sebentar," kata Aluna kemudian.

Danar terpaku. Perkiraannya salah besar. Dia pikir setelah memberitahu jati dirinya pada Aluna dan Kevin, mereka akan lari menghambur padanya dan memeluknya dengan penuh cinta.

"Kalian ga kaget?" tanya Danar sambil menatap Aluna dan Kevin bergantian.

Aluna dan Kevin pun serempak menggeleng. Tentu saja itu membuat Danar kecewa.

"Ok gapapa. Tapi apa Kalian ga ingin memelukku?" tanya Danar penuh harap.

Aluna dan Kevin saling berpandangan lalu kembali menggeleng. Aluna bahkan membawa Kevin menjauh dari Danar.

"Jadi apa maksud Kakek ke sini?" tanya Aluna sesaat kemudian.

"Kakek datang ke sini karena mau menjemput kalian pulang ke rumah. Tinggal lah bersama kami. Di sana keluarga kita berkumpul. Ada nenek, om, tante juga sepupu kalian yang menunggu," kata Danar.

"Ga perlu. Kami udah nyaman tinggal di sini," sahut Aluna.

"Tapi ... " ucapan Danar terputus karena Aluna memotong cepat.

"Maaf kalo lancang. Sebaiknya Kakek bawa pengawal Kakek ini pergi jauh dari sini. Saya capek mau istirahat," kata Aluna dingin.

Ucapan Aluna membuat Danar terkejut. Namun nampaknya pria sepuh itu masih ingin mencoba peruntungan dengan bertanya pada Kevin.

"Bagaimana dengan kamu Kevin. Apa kamu masih mau tinggal di sini, serba kekurangan dan tanpa kasih sayang?" bujuk Danar.

"Saya hanya akan tinggal dimana kak Aluna tinggal. Kami memang kekurangan uang, tapi kami bahagia. Satu lagi, selama ini saya mendapat kasih sayang berlimpah dari kakak. Dan itu lebih dari cukup buat saya," sahut Kevin tegas sambil memeluk Aluna dengan erat.

Lagi-lagi jawaban Kevin membuat Danar terkejut. Setelah gagal membujuk kedua cucunya, Danar pun memberi isyarat pada anak buahnya untuk segera pergi dari tempat itu.

Setelah kepergian Danar, Kevin mengurai pelukannya lalu menatap Aluna yang nampak mengusap matanya beberapa kali.

"Kakak kenapa?" tanya Kevin cemas.

"Kakak sedih. Kenapa setelah kita berhasil melewati semua cobaan buruk, mereka baru datang menawarkan bantuan. Kemana saja mereka saat kita terpuruk dulu. Kalo mereka benar-benar sayang sama kita, harusnya dulu mereka jemput kita dan boyong kita ke rumahnya. Atau paling ga bantu kita dengan uang supaya kita ga kelaparan dan kesusahan," sahut Aluna.

"Betul. Dulu kita susah mereka ga mau tau. Tapi pas tau kita bisa bertahan dan bisa menghasilkan uang, eh mereka baru peduli. Aneh. Mau mereka apa sih sebenarnya?" tanya Kevin.

"Kakak juga ga tau. Tapi kakak yakin mereka pasti bakal balik lagi dan ngelakuin hal yang sama Kev. Kalo kaya gini ceritanya, gimana kalo kita pergi dari rumah ini. Kita mulai hidup baru di tempat yang baru. Jangan biarkan papa, mama atau keluarga mereka datang dan mengganggu kita. Gimana Kev?" tanya Aluna.

"Aku setuju. Setelah aku lulus, ayo kita pergi jauh dari sini Kak," sahut Kevin cepat.

"Ok. Sambil menunggu kamu selesai sekolah, kita bisa siap-siap cari tempat baru buat kita tempati nanti," kata Aluna lagi.

"Iya Kak. Sekolahku kan tinggal dua atau tiga bulan lagi. Jadi aku masih punya waktu buat ngumpulin uang. Lumayan lah buat nambahin bekal kita nanti," sahut Kevin.

Aluna mengangguk lalu masuk ke dalam kamar. Kevin tak mengganggu sang kakak karena dia tahu Aluna butuh ruang untuk berpikir dan menenangkan diri.

\=\=\=\=\=

Sejak kedatangan Danar, hidup Aluna dan Kevin pun berubah. Mereka jadi harus main kucing-kucingan untuk menghindari Danar dan anak buahnya.

Karena khawatir, Aluna meminta pengurus lingkungan mengawasi tempat tinggalnya agar anak buah Danar tak datang setiap waktu. Mengerti akan ketakutan Aluna, pengurus lingkungan pun bertindak dengan melarang Danar dan anak buahnya masuk ke dalam gang rumah Aluna.

Karena kesulitan menemui Aluna dan Kevin di rumah, Danar pun nekad mendatangi mereka di kantor dan sekolah. Tentu saja itu membuat Aluna dan Kevin tak nyaman. Mereka tahu tak akan bisa menghindar selamanya karena itu akan membuat orang-orang di sekitar mereka bertanya-tanya.

Dan saat Kevin dinyatakan lulus, maka hari itu juga Aluna dan Kevin pergi menuju kota lainnya yang jauh dari Jakarta. Bahkan mereka menyebrang pulau untuk mencari tempat tinggal yang baru.

"Kamu senang Kev?" tanya Aluna saat melihat Kevin duduk santai di geladak kapal.

"Banget. Ga nyangka bisa berpetualang ke luar pulau kaya gini. Ini mirip dongeng sebelum tidur yang pernah aku baca di tokonya pak Amri dulu Kak," sahut Kevin hingga membuat Aluna tertawa.

"Semoga kita nemuin ketenangan di tempat kita yang baru ya Kev," harap Aluna sambil memeluk Kevin.

"Aamiin ... !" sahut Kevin lantang.

Aluna pun tertawa lalu mengurai pelukannya. Setelahnya dia duduk di samping Kevin dan ikut menikmati pemandangan di hadapannya.

\=\=\=\=\=

Aluna dan Kevin tiba di pelabuhan kecil di bagian timur Indonesia yaitu pelabuhan Labuan Bajo yang terlihat ramai siang itu. Aluna sengaja memilih tempat itu untuk menepi karena jauh dari orang-orang di masa lalunya.

Di tempat yang baru Aluna membuka toko laundry dengan bekal uang pesangon yang ia dan Kevin miliki. Ia dan Kevin bekerja sama mengembangkan usaha itu hingga menjadi besar secara perlahan.

Kevin memilih kursus montir untuk menambah bekal di hidupnya kelak. Meski awalnya Aluna tak setuju, tapi Kevin tak peduli.

Aluna ingin sang adik punya gelar sarjana agar bisa sejajar dengan keluarga ayahnya di Jakarta. Tapi setelah Kevin memberi pengertian padanya, Aluna pun mengerti dan mendukung keputusan sang adik.

Setelah lulus kursus montir, Kevin memberanikan diri membuka bengkel khusus motor. Awalnya hanya kecil-kecilan dan menempati ruang di samping kios laundry milik Aluna. Tapi seiring waktu, bengkel Kevin berkembang pesat. Bahkan Kevin harus membangun ruangan yang lebih besar agar bisa menampung kendaraan yang masuk.

Kemajuan yang dialami Aluna dan Kevin tidak membuat keduanya sombong dan tinggi hati. Mereka tetap santun dan rendah hati. Dalam waktu singkat keduanya berhasil melupakan masa lalu yang buruk dan masuk ke masa depan yang bahagia.

\=\=\=\=\=

Siang itu Aluna duduk di hadapan seorang pria yang merupakan cinta pertamanya. Ya, pria itu adalah Gunawan. Orang yang dulu menghina dan mencaci makinya di hadapan semua orang.

"Apa kabar Lun?" sapa Gunawan ragu.

"Alhamdulillah baik Mas," sahut Aluna datar.

"Syukurlah. Aku senang dengernya. Aku ... Aku mau minta maaf atas semua kesalahanku di masa lalu Aluna," kata Gunawan sesaat kemudian.

"Lupain aja Mas. Saya ga mau inget itu lagi," sahut Aluna.

Gunawan mengangguk. Ia mencoba merangkai kata agar tak menyakiti Aluna. Namun bukan mendapat inspirasi, Gunawan justru terlihat bingung. Rupanya berhadapan dengan Aluna membuat semua kalimat yang disiapkannya menguap entah kemana. Gunawan gugup mengetahui Aluna yang ada di hadapannya sekarang jauh berbeda dengan Aluna saat menjadi karyawan ayahnya dulu.

Saat suasana canggung seperti itu Kevin pun tiba lalu duduk di samping Aluna.

"Gimana Kak?" tanya Kevin.

"Gimana apanya?" tanya Aluna tak mengerti.

"Mas Gunawan datang ke sini karena mau ngelamar kerja di bengkel kita Kak," sahut Kevin santai.

"Ker-kerja, sama kita?!" tanya Aluna tak percaya.

"Iya. Mas Gunawan ini juga sama kaya kita Kak, sama-sama merantau dari Jakarta tapi tanpa persiapan. Makanya sekarang dia perlu kerjaan buat nafkahin anak dan istrinya," sahut Kevin menjelaskan.

"Oh gitu. Soal ini terserah kamu Kev. Kalo kamu merasa mas Gunawan bisa kerja dan bisa dipercaya, ya silakan aja. Kakak suport apa pun keputusan kamu," kata Aluna bijak.

"Ok deh. Kalo gitu Mas Gunawan saya terima kerja di bengkel. Saya cuma minta tolong supaya disiplin waktu ya Mas. Sekarang status kita berbeda. Mas bukan lagi atasan saya atau Bos saya, jadi tolong hargai saya dan aturan yang saya buat," kata Kevin tegas.

"Iya, saya ngerti. Terima kasih Kevin, Aluna," kata Gunawan sambil tersenyum.

"Sama-sama," sahut Kevin dan Aluna bersamaan.

"Sekarang Mas Gunawan boleh pulang, besok datang jam tujuh pagi ya Mas. Jangan telat," kata Kevin sambil menjabat tangan Gunawan.

Gunawan tersenyum lalu berdiri dan mengulurkan tangannya kearah Aluna. Sayangnya Aluna mengabaikan uluran tangannya itu. Dengan wajah kecewa Gunawan pun pergi meninggalkan ruangan.

"Kakak gapapa kan?" tanya Kevin sesaat kemudian.

"Gapapa. Emang kenapa ?" tanya Aluna tak mengerti.

"Syukur lah. Orang pertama dari masa lalu kita baru aja datang Kak. Kita liat sampe kapan dia bisa bertahan," sahut Kevin sambil tersenyum penuh makna.

Aluna yang paham kemana arah pembicaraan sang adik pun menggeleng. Setelahnya dia menepuk pundak Kevin dengan lembut.

"Lupain dendam kamu Kev. Hidup lah sewajarnya. Biarkan Allah aja yang balas semuanya. Kakak ga mau kamu jadi penjahat kaya mereka," kata Aluna hingga membuat Kevin tersentak.

"Maaf Kak, aku kelepasan tadi. Iya, Kakak benar. Kita lupain semuanya, biar Allah aja yang balas kejahatan mereka," sahut Kevin sambil memeluk Aluna.

Tanpa Aluna dan Kevin sadari Gunawan mendengar percakapan mereka. Dia menatap penuh sesal kearah Aluna dan Kevin dari sela pintu yang terbuka.

"Maafin Aku Aluna. Kamu dan Kevin memang orang baik, ga seharusnya aku benci kalian dulu. Maaf ...," gumam Gunawan lirih.

\=\=\=\=\=

Dengan langkah gontai Gunawan meninggalkan bengkel menuju ke rumah.

Di rumah, Gunawan disambut oleh teriakan istri dan anaknya yang saling memaki. Gunawan pun hanya bisa pasrah menghadapi ulah anak dan istrinya itu.

Sejak memilih kawin lari bersama wanita pilihannya, hidup Gunawan pun kacau. Tak lulus kuliah, hidup berpindah tempat dan tak punya uang sepeser pun.

Semula Gunawan mengira ayahnya akan datang menjemput dan memohon agar ia kembali ke rumah. Tapi Gunawan salah. Amri justru membiarkannya kawin lari tanpa bekal uang sepeser pun.

Kemesraan pernikahan hanya dirasakan Gunawan sebentar saja. Selanjutnya pernikahan itu bagaikan neraka untuk Gunawan. Fina hanya bisa menuntut tanpa mau membantu mencari solusi. Dan itu terus berlangsung hingga bertahun-tahun.

"Gimana Mas. Apa kamu udah dapat kerjaan, gajinya gede ga?" tanya Fina saat membuka pintu.

"Alhamdulillah, walau gajinya ga gede tapi cukup lah buat kita," sahut Gunawan.

"Cukup gimana maksudnya Mas. Kalo cukup ya kita ga bakal teriak tiap hari. Heran deh, punya mertua kaya tapi pelitnya minta ampun. Buat apa sih harta banyak kaya gitu. Emangnya mau dibawa mati ya," gerutu Fina tak suka.

"Cukup Fin. Daripada kamu ngomel terus, kenapa kamu ga bantuin aku?. Cari kerja kek, dagang kek atau apa gitu. Biar sama-sama ngerasain susahnya cari uang!" kata Gunawan lantang.

"Enak aja. Aku udah capek ngurus anak, ngurus rumah, masak, nyuci. Masa masih disuruh kerja juga. Urusan nafkah keluarga kan memang tanggung jawab kamu Mas. Jadi kamu yang harus kerja!" sahut Fina tak kalah lantang.

Gunawan pun terdiam, ia merasa lelah jika harus meladeni ocehan istrinya itu. Gunawan memilih memejamkan matanya sambil mengingat pertemuannya dengan Aluna.

"Aluna. Kenapa sekarang terlihat lebih cantik dan menarik ya," gumam Gunawan sambil tersenyum.

Perlahan Gunawan membuka mata lalu mulai menyusun rencana untuk mendekati Aluna. Dia yakin Aluna masih menyimpan cinta untuknya.

Gunawan tak tahu jika Aluna bukan lagi gadis lugu yang pasrah dan serba menerima. Aluna sekarang adalah gadis tangguh yang punya misi jauh ke depan yang tak akan pernah membiarkan masa lalu datang mempengaruhi masa depannya.

bersambung

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

bukannya dulu pacarannya sama si Hilda yaa thorr🤔

2025-01-19

1

Ririn riani

Ririn riani

bukannya udah ya thor

2021-03-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!