Siang itu Aluna dan Kevin sedang berada di loby hotel sambil menunggu mobil jemputan yang akan mengantar mereka ke pelabuhan Tanjung Priok. Keduanya berencana kembali ke NTT setelah memenuhi undangan Danar kemarin.
Tiba-tiba seorang wanita melintas di hadapan Aluna dan Kevin. Keduanya terkejut saat melihat wanita itu karena mirip dengan Kania, mama kandung mereka.
Awalnya Aluna dan Kevin ragu karena wanita itu terlihat lebih tua dari usia seharusnya. Apalagi wanita itu juga mengenakan seragam cleaning service sambil membawa alat kebersihan. Tapi setelah mengamati dengan seksama, Aluna dan Kevin yakin wanita itu adalah mama mereka.
Aluna dan Kevin berdiri lalu bergegas mengejar wanita yang mereka yakini sebagai Kania itu.
"Mama ... !" panggil Aluna dan Kevin bersamaan.
Wanita mirip Kania itu mengabaikan mereka karena mengira panggilan itu bukan untuknya.
"Bu Kania ... !" panggil Aluna lantang.
Dan panggilan kali ini membuahkan hasil. Karena merasa namanya disebut, Kania pun menoleh ke sumber suara.
"Iya," sahut Kania sambil membalikkan tubuhnya.
Kania pun mengerutkan keningnya saat berhadapan dengan Aluna dan Kevin. Dia nampak berusaha mengingat dimana pernah melihat wajah kedua muda-mudi di hadapannya itu karena mereka terasa familiar untuknya.
Sejenak suasana hening menyelimuti mereka bertiga. Jika Kevin nampak menahan tangis, Aluna justru tak kuasa menahan tangis. Melihat Aluna menangis Kania pun bingung.
"Mbak panggil Saya ya. Apa kita pernah kenal sebelumnya?" tanya Kania sesaat kemudian.
Bukannya menjawab, Aluna justru maju dan memegangi kedua lengan Kania.
"Mama ... ini Aluna sama Kevin. Mama inget kami kan?" tanya Aluna sambil menitikkan air mata.
Kania tersentak lalu kembali mengamati wajah Aluna dan Kevin. Sesaat kemudian dia pun menangis. Kedua tangannya terulur ke depan seolah ingin menyentuh wajah Aluna dan Kevin.
Saat itu lah Aluna dan Kevin tak kuasa menahan diri. Mereka menghambur lalu memeluk sang mama dengan erat.
"Ya Allah, akhirnya. Mama seneng karena masih bisa ketemu kalian sebelum Mama mati ...," gumam Kania sambil menangis.
Mereka bertiga pun saling memeluk. Tak lama kemudian Kevin pun mengurai pelukan.
"Bisa Kita cari tempat buat ngobrol kan Ma?" tanya Kevin.
"Tentu Nak. Mama juga kangen sama kalian," sahut Kania cepat.
Kemudian Kevin membawa Aluna dan mamanya pergi ke sebuah restoran dan berbincang di sana.
"Kalian kemana aja. Selama ini Mama cari kalian, tapi ga pernah ketemu. Mama tanya pak Asep sama bu Mimin, mereka juga bilang ga tau," kata Kania sambil menangis.
"Kami hijrah ke propinsi lain, tepatnya di NTT Ma," sahut Kevin.
Kania menghapus air matanya lalu menatap Kevin sejenak. Dia terharu melihat Kevin bisa tumbuh sehat dan normal dengan kedua kakinya yang tegak menopang tubuhnya.
"Kamu sembuh Nak," kata Kania sambil membelai wajah Kevin lalu menciuminya.
"Iya Ma. Semua berkat kak Luna yang sabar ngerawat aku. Kakak juga sekolahin aku lho Ma. Aku jadi pinter dan sekarang aku punya bengkel Ma," sahut Kevin bangga.
"Dia juga udah nikah lho Ma. Udah punya anak satu, laki-laki. Namanya Kenzo," sela Aluna sambil tersenyum.
"Jadi mama udah jadi nenek?" tanya Kania tak percaya.
"Iya Ma," sahut Aluna dan Kevin sambil tertawa.
Kania pun tersenyum lalu mengusap wajahnya yang basah perlahan.
"Terus suamimu, bagaimana dengan suamimu?" tanya Kania penasaran.
"Aku belum nikah Ma," sahut Aluna.
"Ya Allah, kenapa Kak?. Ini pasti gara-gara Mama ya. Kamu pasti trauma menikah karena sering ngeliat pertengkaran mama sama papamu dulu. Iya kan?" tanya Kania dengan nada menyesal.
" Ish, apaan sih Mama. Emang jodohnya aja yang belom datang Ma. Aku juga mau kok nikah, tapi aku juga harus selektif kan. Aku ga mau sampe salah pilih kaya Mama dulu," sahut Aluna membela diri.
"Iya kamu benar Nak. Hati-hati pilih calon Suami. Jangan terbuai sama janji manisnya. Kenali baik-baik sifat dan karakternya biar kamu ga nyesel kaya Mama," kata Kania sambil tersenyum getir.
" Iya Mama," sahut Aluna sambil mengecup pipi sang Mama dengan sayang.
"Maafin Mama karena pergi ninggalin kalian dulu. Maaf ...," kata Kania sambil menggenggam jemari Aluna dan Kevin bersamaan.
"Kami udah maafin Mama kok. Iya kan Kev?" tanya Aluna sambil menoleh kearah sang adik.
"Betul Kak. Mama sekarang tinggal dimana Ma?" tanya Kevin.
Kania menghela nafas berat. Ia ragu menceritakan semuanya. Tapi saat melihat pancaran penuh harap di mata kedua anaknya, Kania pun luluh.
"Setelah Mama cerai dan pergi dari rumah, Mama kerja di kafe. Gajinya lumayan besar, tapi karena bos mama kurang ajar, mama kabur dan pindah kerja jadi cleaning service di kantor pemerintah. Nah pas kerja di sana, mama sering lewat rumah kita. Tapi mama ga pernah liat kalian. Mama malah liat si Alex lagi mabuk sambil bawa perempuan," kata Kania kesal.
"Oh, saat itu aku pasti lagi kerja di toko pak Amri Ma. Aku kan mulai kerja sepulang sekolah sampe sore. Kevin sengaja aku bawa kerja karena kawatir jatuh kalo ga aku awasi. Mungkin itu sebabnya Mama ga ngeliat kami di sana," sahut Aluna.
"Jadi kamu kerja sambil sekolah Nak?" tanya Kania dengan suara bergetar.
"Iya Ma. Kan papa ga pernah ngasih uang. Untung pak Amri baik. Dia ngijinin aku kerja di tokonya sambil ngajak Kevin. Nah, uang gajinya aku pake buat biaya hidup sehari-hari sama biaya sekolah," sahut Aluna sambil tersenyum.
Kania ikut tersenyum lalu mengusap kepala Aluna dengan sayang.
"Terus kelanjutannya gimana Ma ?" tanya Kevin tak sabar.
"Setelah setahun kerja, Mama bertemu seorang pria baik hati dan kami pun menikah. Kami punya satu anak perempuan, sekarang kelas sebelas. Tapi tahun lalu suami mama itu kecelakaan dan kakinya patah hingga terpaksa pensiun dini. Sejak saat itu dia jadi pendiam. Mama bingung gimana caranya menuhin semua kebutuhan keluarga, makanya mama ngelamar jadi cleaning service di hotel itu dan diterima. Alhamdulillah udah dua bulan Mama kerja di sana," cerita Kania.
Aluna dan Kevin pun terharu. Sebenarnya mereka masih ingin berbincang melepas rindu dengan sang mama, namun waktu keberangkatan kapal yang semakin dekat memaksa mereka untuk pamit.
Sebelum pergi Aluna memberikan kartu namanya dan amplop berisi uang kepada sang mama. Kania pun kembali menangis.
"Makasih anak-anak. Mama senang kalian ga benci mama," kata Kania sambil menangis.
"Sama-sama Ma. Jangan lupa jaga kesehatan ya. Kami pergi sekarang ...," pamit Aluna dan Kevin bersamaan.
Kania pun melepas kepergian kedua anaknya dengan air mata berderai. Setelah Taxi melaju, Kania pun membuka amplop pemberian Aluna tadi. Kania terharu dan bersyukur melihat uang sejumlah dua juta rupiah ada di dalam amplop.
Setelahnya Kania bergegas pulang. Wajah cerah dan senyum manis tersungging di bibirnya membayangkan reaksi anak dan suaminya saat melihatnya membawa uang banyak.
\=\=\=\=\=
Aluna dan Kevin sedang berada di atas kapal laut yang akan membawa mereka pulang. Kebahagiaan terpancar jelas di wajah mereka. Bagaimana tidak. Mereka baru saja bertemu dengan wanita yang melahirkan mereka ke dunia ini setelah belasan tahun berpisah.
Meski sang mama kini sudah memiliki keluarga baru, tapi Aluna dan Kevin tak mendendam. Mereka tahu betul perjuangan sang mama untuk mereka dulu.
Dan kasih sayang sang mama juga lah yang membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang kuat.
"Semoga mama selalu bahagia. Meski ucapan ini sedikit terlambat, tapi melihat Mama bahagia kita juga bahagia ya Kev," kata Aluna yang diangguki Kevin.
Kemudian Aluna dan Kevin sama-sama duduk sambil menikmati pemandangan laut yang tenang.
\=\=\=\=\=
Kevin dan Aluna baru saja tiba di rumah dan terkejut melihat iringan pengantin memadati jalan di depan rumah mereka.
Aluna dan Kevin bingung, sedangkan Anita tampak tersenyum bahagia.
"Sayang, ada apa ini ?" tanya Kevin.
"Ada lamaran buat Kakak," sahut Anita hingga mengejutkan Kevin dan Aluna.
"Dari siapa?" tanya Kevin.
"Yang pasti cowok ya. Tuh dia orangnya," kata Anita sambil menunjuk kearah pria yang baru saja tiba.
Kevin dan Aluna menoleh lalu terkejut melihat Farhat datang bersama keluarganya dengan membawa seserahan sekaligus mahar pernikahan.
Aluna menggeleng tak percaya. Dia malu sekaligus senang dengan kejutan yang diberikan Farhat untuknya.
"Kamu nih gila ya," kata Aluna saat Farhat menghampirinya.
"Aku memang tergila-gila sama amu Sayang," sahut Farhat sambil tersenyum.
"Sayang?. Kapan aku setuju dipanggil begitu. Aku kan belum jawab pertanyaan kamu waktu itu," kata Aluna dengan wajah merona.
"Aku tau. Tapi sebentar lagi kamu pasti setuju sama panggilan itu," sahut Farhat sambil tersenyum.
Ucapan Farhat tentu saja membuat Aluna salah tingkah. Apalagi saat Farhat meraih jemari tangannya dan menggenggamnya erat.
"Jadi gimana Aluna, bersediakah kamu menikah denganku ?" tanya Farhat penuh harap.
"Tapi aku ... " ucapan Aluna terputus saat Farhat memotong cepat.
"Kamu ga punya alasan lagi untuk nolak aku Aluna. Asal kamu tau ya, Aku udah mendapat restu dari papa Alex untuk menikahimu saat aku menemuinya langsung di Jakarta Minggu lalu," kata Farhat.
Tentu saja ucapan Farhat mengejutkan Aluna dan Kevin. Keduanya saling menatap takjub karena tak percaya dengan apa yang telah Farhat lakukan.
"'Iya, Aku bersedia ...," sahut Aluna sesaat kemudian.
Sontak ucapan syukur menggema menyambut ucapan Aluna. Kevin pun tertawa sedangkan Farhat langsung menarik Aluna ke dalam pelukannya.
"Makasih Sayang ...," bisik Farhat dengan mata berkaca-kaca.
"Sama-sama ...," sahut Aluna sambil membenamkan diri di dalam pelukan Farhat yang menenangkan itu.
\=\=\=\=\=
Hari pernikahan Aluna dan Farhat pun tiba.
Meski pernikahannya dirayakan tanpa kehadiran keluarga besarnya, Aluna tetap bahagia. Ada Kevin, Anita dan Kenzo yang selalu mendukungnya. Dan kebahagiaan Aluna bertambah saat keluarga Anita hadir untuk memberi restu sekaligus meramaikan pesta pernikahannya itu.
Aluna menikah di usia dua puluh sembilan tahun sedangkan Farhat berusia tiga puluh satu tahun. Dan Kevin menjadi wali nikah untuk Aluna menggantikan Alex.
Rupanya, Farhat sudah melamar Aluna pada sang ayah saat ia dinas ke Jakarta tempo hari. Awalnya Farhat meminta kesediaan Alex menjadi wali nikah Aluna nanti.
Tapi menyadari dirinya tak lagi bisa berjalan seperti dulu, Alex menyerahkan haknya menjadi wali nikah Aluna pada Kevin.
Hari itu Aluna tampil cantik dengan out fit berupa kebaya putih dan kain batik. Rambut hitamnya tersanggul indah dengan hiasan mahkota kecil dan untaian bunga di atas kepalanya.
Berkali-kali Aluna nampak berusaha menahan tangisnya, tapi genggaman tangan Farhat berhasil menenangkannya. Aluna pun menoleh dan tersenyum kearah Farhat yang saat itu sedang menatapnya.
"Terima kasih karena mau bersabar menghadapi keraguanku. Maafkan aku jika sempat membuatmu bingung. Aku begitu karena aku takut berharap lebih padamu," kata Aluna dengan mata berkaca-kaca.
"Aku mengerti Sayang. Aku tau kamu bersikap keras untuk membentengi dirimu sendiri. Tapi gapapa. Sekarang toh akhirnya kita menikah juga. Ini hari bahagia kita, jadi jangan nangis ya, nanti cantiknya hilang lho," goda Farhat sambil membantu menghapus air mata di sudut mata Aluna.
"Kamu juga udahan gombalnya dong, bikin malu aja," sahut Aluna dengan wajah merona.
" Ok," sahut Farhat sambil mengecup bibir Aluna sekilas.
Apa yang Farhat lakukan mau tak mau membuat Aluna salah tingkah.
"Kamu ... " ucapan Aluna terputus karena Farhat memotong cepat.
"Kan kamu yang minta supaya ga ngegombal terus. Makanya aku langsung praktek kiss aja sekalian. Ternyata lebih menyenangkan ya ...," kata Farhat sambil tertawa.
Wajah Aluna pun merona. Dia malu karena Farhat menciumnya di depan fotografer yang sedang mengabadikan moment bersejarah mereka.
Sikap Aluna yang masih sedikit canggung saat difoto membuat Kevin dan istrinya gemas. Kevin pun mendekat ke pelaminan dan membisikkan sesuatu ke telinga Aluna.
"Ayo dong Kak, ga usah malu-malu gitu. Cowok di samping Kakak ini suami Kakak sekarang. Halalan thoyyibah untuk disentuh. Jadi cuek aja ya !" bisik Kevin namun masih bisa didengar oleh Farhat.
"Kamu betul Kev. Sini Sayang, peluk Aku biar bagus hasil fotonya," kata Farhat sambil menarik Aluna agar merapat kearahnya.
Aluna pun pasrah 'dikerjai' Kevin dan Farhat. Berkali-kali dia diminta berpose mesra hingga membuatnya malu. Tapi tawa para tamu membuat Aluna lebih relaks. Ketegangan yang semula mewarnai wajahnya pun perlahan memudar dan berganti dengan tawa bahagia. Nampaknya Aluna mulai bisa menikmati pesta pernikahannya itu.
Aluna memang bahagia bersama Farhat yang datang di detik terakhir sebelum dia berhenti berharap. Aluna tak menyangka, di usianya yang cukup matang dia bisa menikah dengan pria yang baik, bertanggung jawab dan tulus mencintainya.
Farhat masih menatap Aluna dengan tatapan penuh cinta. Aluna membalasnya dengan mengeratkan tautan jarinya di lengan sang suami. Dan saat Farhat mengecup bibirnya sekali lagi, Aluna pun membalasnya dengan sepenuh hati. Farhat yang bahagia pun memperdalam ciuman mereka tanpa peduli protes para tamu.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Shyfa Andira Rahmi
ada yaaa emak yg kaya gini...hadeeeuhhh🤦🤦
2025-01-21
1
May Yadi
itu lahh yg di sebut ada pelangi setelah hujan 🥰🥰🥰
2021-08-24
0
✳️Nåtåßÿå_ßÿå✳️🐣
Hiks hiks hiks...
Sedihnya pas Aluna & Kevin ketemu sama Mamanya setelah sekian lama, huwaa..😭🤧
2021-07-26
2