Siang itu hujan deras turun membasahi bumi. Aluna nampak memandangi hujan yang turun dengan lebatnya di jam pulang sekolah itu. Aluna benci hujan.
Karena saat hujan lah ibunya pergi meninggalkan dia dan adiknya diam-diam. Hujan juga yang menjadi saksi kemarahan ayahnya sebelum sang ayah pergi.
"Hujan itu seperti air mata bidadari yang turun ke bumi. Kehadirannya memberikan kehidupan di bumi ini," kata Riko dengan puitis sambil mendekati Aluna.
"Air mata bidadari tuh ga ada. Kalo pun ada, pasti bikin pohon-pohon ikut menangis. Entah menangis sedih atau bahagia yang penting judulnya nangis," sahut Aluna sinis.
"Ck, payah Lo Lun. Gue kan lagi mencoba puitis. Jangan ganggu deh kalo emang ga ngerti," kata Riko sebal.
"Dasar aneh. Yang gangguin Lo tuh siapa?" tanya Aluna sambil membulatkan matanya.
Tapi Riko hanya melengos sambil beranjak pergi. Riko lalu mendekati kumpulan siswi di depan kelasnya yang sama-sama berteduh menunggu hujan reda.
Aluna pun mendengus kesal melihatnya. Diantara teman-teman sekelas mereka hanya Riko yang berani menyapanya bahkan memarahinya. Jadi saat Riko mengabaikannya Aluna sedikit sedih.
"Kenapa Lo?" tanya Monik tiba-tiba.
Aluna menoleh kearah cewek kelas sebelah yang terkenal tomboy itu lalu tersenyum.
"Gapapa," sahut Aluna.
Ucapan Aluna membuat Monik tertawa keras dan itu sangat mengganggu Aluna. Melihat tingkah Monik yang lebih aneh dari Riko membuat Aluna mengerutkan alisnya.
"Dasar aneh," gumam Aluna yang masih bisa terdengar oleh Monik.
"Gue aneh ?. Hei ... ga terbalik ya. Situ yang aneh. Cewek aneh kok ngatain gue aneh," kata Monik sambil mendorong pundak Aluna dengan jari telunjuknya.
"Apaan sih Lo!. Gue ga ada urusan ya sama Lo. Ga usah ganggu gue bisa ga?!" kata Aluna kesal.
"Ga bisa," sahut Monik dengan mimik wajah yang menjengkelkan.
Aluna membulatkan matanya melihat Monik yang terlihat jelas tengah memancing kemarahannya. Tak ingin ribut, Aluna pun mengalah. Ia menghela nafas panjang lalu bergerak turun dari atas meja yang didudukinya.
"Mau kemana?" tanya Monik.
"Ke kantin, cari minum," sahut Aluna sambil berlalu.
"Gue anterin ya biar Lo aman," goda Monik sambil merangkul pundak Aluna.
" Terserah, tapi ga usah kaya gini, risih gue," kata Aluna sambil menepis tangan Monik.
Monik tertawa sedangkan Aluna hanya mencibir.
Monik, siapa yang tak kenal dengannya. Hampir satu sekolah mengenal Monik. Siswi tomboy yang duduk di kelas sebelas. Penampilannya sedikit urakan, walau lumayan pintar. Tapi karena sikapnya yang cuek, membuatnya tak memiliki banyak teman di sekolah, apalagi teman perempuan.
Mereka hanya akan menyapa Monik dari jauh tanpa berani mendekat. Jadi tak heran jika Monik hanya punya teman beberapa orang saja.
Aluna mengenalnya secara kebetulan. Waktu itu hari Senin tepat saat upacara bendera di sekolah. Aluna yang datang terlambat pun tertahan di gerbang sekolah bersama beberapa orang siswa lainnya.
"Ngapain pada berdiri di sini sih?" tanya Monik yang baru saja tiba.
"Pake nanya lagi. Lo ga liat upacara udah mulai, mana boleh kita masuk pas lagi upacara," sahut seorang siswa sambil melengos sebal.
"Masa sih?" tanya Monik tak percaya.
"Iya lah. Liat aja sendiri kalo ga percaya," sahut siswa lainnya.
"Tapi gue yakin gue bisa masuk," kata Monik dengan yakin.
Semua siswa mengabaikan ucapan Monik dan tak peduli apa yang akan Monik lakukan.
Meski pun tak ada yang menggubris ucapannya, Monik tak peduli. Apalagi dia tahu Aluna terus mengamati gerak-geriknya. Tiba-tiba mata Aluna membulat saat melihat Monik melempar tasnya melewati pagar samping sekolah. Setelahnya dengan cepat Monik mulai memanjat pagar tanpa peduli kulit pahanya yang terekspos kemana-mana.
"Dasar cewek error!" gumam Aluna yang masih bisa didengar oleh rekan-rekannya.
Semua menoleh lalu ikut melihat kearah yang dilihat Aluna. Mereka terkejut lalu geleng-geleng kepala melihat tingkah Monik yang sedang menepuk-nepuk roknya yang kotor terkena tanah.
Tapi tanpa Monik sadari, seorang guru berdiri di belakangnya sambil berkacak pinggang dan menatap tajam kearahnya.
Setelah meraih tasnya, Monik berbalik dan menabrak sang guru yang jelas-jelas berdiri di belakangnya tadi. Monik pun tak berkutik saat sang guru memarahinya. Monik hanya meringis sambil menggerus tanah dengan ujung sepatunya.
Melihat hal itu Aluna dan beberapa siswa yang tertahan di luar gerbang pun tertawa terpingkal-pingkal.
"Dasar cewek sabl*ng," kata seorang siswa di sela tawanya.
"Siapa sih namanya?" tanya siswa kelas sepuluh
"Monik, Anak kelas sebelas," sahut siswa tadi.
Dan hari itu satu sekolah gempar karena ulah Monik. Dia dan beberapa siswa yang terlambat tadi tetap dihukum, termasuk Aluna. Meski pun jadi trending topik hari itu, Monik tetap santai menjalani hukumannya tanpa merasa malu atau terbebani.
"Cieee ... yang lagi dihukum gara-gara lompat pager!" ejek sekumpulan siswi saat melintas di depan Monik yang sedang menyapu halaman sekolah.
"Emang enak, malu kan Lo," kata seorang siswi disambut tawa rekan-rekannya.
Monik cuek seolah tak mendengar ucapan temannya dan terus menyapu tanpa memperhatikan tatapan mata seluruh siswa yang tertuju padanya.
Aluna yang telah selesai menjalani hukumannya pun pergi ke kantin untuk membeli air mineral. Setelahnya Aluna menghampiri Monik.
"Nih, minum dulu," kata Aluna sambil menyodorkan sebotol air mineral kearah Monik.
Monik menoleh kearah Aluna lalu matanya menatap berkeliling.
"Ck. Buruan deh, mau minum ga?" tanya Aluna sebal.
"Iya, makasih," sahut Monik sambil menyambar botol yang disodorkan Aluna lalu meneguk isinya hingga lebih dari setengah.
Aluna tersenyum melihat tingkah Monik.
"Kok masih di luar. Emangnya lo ga takut dimarahin guru?" tanya Monik sambil mengelap bibirnya yang basah dengan ujung bajunya.
Aluna nampak bergidik jijik melihat apa yang dilakukan Monik.
"Iihh ... jorok banget sih lo. Itu kan kotor," kata Aluna tanpa menjawab pertanyaan Monik.
Monik tertawa melihat Aluna yang bergidik melihat tingkahnya. Buatnya, sikap Aluna sangat lucu.
"Kok ketawa sih. Lo tuh kan cewek, masa ga tau kalo ngelap muka pake kain kotor bisa bikin jerawat," omel Aluna.
"Maksud lo baju gue kotor gitu?" tanya Monik tak terima.
"Ya iya lah. Lo kan tadi abis jatoh waktu lompat pager, otomatis baju lo pasti kotor kena debu. Eh sekarang malah lo pake buat ngelap muka," cerocos Aluna.
"Ck. Lo tuh ga usah sok baik deh. Suka-suka gue dong mau ngelap muka gue pake apaan. Jerawatan atau ga itu urusan gue. Kenapa jadi lo yang repot," kata Monik ketus.
"Apaan sih lo. Gue ngomong gini karena gue peduli sama lo. Kalo tau begini respon lo, mending daritadi gue ga usah ngomong sekalian," sahut Aluna sambil melotot.
Mendengar jawaban Aluna dan sikapnya yang berani membuat Monik tersentuh. Dia merasa mendapat satu teman baru yang bisa mengerti dirinya. Monik pun mengulurkan tangannya lalu menyentuh pundak Aluna.
"Sorry ya kalo gue udah kelewatan. By the way, thanks atas atensi lo. Gue bakal inget omongan lo. Ke depannya gue janji ga bakal ngelap muka pake baju lagi," kata Monik sambil tersenyum.
Aluna nampak mengangguk tanpa mengucap sepatah kata pun. Meski begitu, bibirnya ikut tersenyum mengingat tingkah Monik yang absurd itu. Dan sejak saat itu lah mereka sering terlihat bersama.
Aluna dan Monik melanjutkan langkah mereka menuju kantin sekolah. Setelah membeli dua botol air mineral keduanya duduk di kursi sambil menatap langit yang mendung.
"Ujannya ga berhenti nih Lun," kata Monik.
"Gue tunggu sepuluh menit lagi. Kalo ga berhenti juga terpaksa gue ujan-ujanan," sahut Aluna seadanya.
"Ngapain sih, ntar sakit baru tau rasa lo. Kita kan udah mau ujian, jadi harus jaga kesehatan biar bisa ngerjain soal dengan baik nanti," omel Monik.
"Ck, berisik!. Gue kan harus kerja dodol," kata Aluna mengingatkan Monik.
"Ups sorry. Gue lupa," kata Monik sambil nyengir.
Aluna memutar matanya dengan malas. Untuk sejenak mereka terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. Beberapa orang siswa yang kebetulan lewat memandang mereka dengan tatapan aneh.
"Duduk lo geser sana dikit Mon. Liat tuh mereka jadi ilfeel gara-gara lo mepet banget sama gue. Ntar kalo mereka kira kita lesbian kan gawat," pinta Aluna sambil mendorong tubuh Monik agar sedikit menjauh darinya.
"Sia*an lo. Kalo gue emang lesbi, gue juga milih-milih kali. Mana mungkin gue pilih lo yang ga menarik ini. Udah dekil, judes, body ala kadarnya lagi," kata Monik sambil menoyor kepala Aluna dengan gemas.
Aluna nampak mendengus. Dia pun berusaha membalas aksi Monik dan ingin menjitak kepala gadis itu. Sayangnya Monik justru menghindar hingga membuat Aluna makin kesal.
"Sini lo!" kata Aluna lantang.
Monik pun tertawa menanggapi kemarahan Aluna.
Karena gagal membalas aksi Monik, Aluna yang merasa kesal akhirnya memilih beranjak meninggalkan kantin. Aluna melangkah menuju parkiran untuk mengambil sepedanya.
"Aluna, nekad Lo ya!" seru Monik saat melihat Aluna mulai mengayuh sepedanya dan meninggalkan sekolah dalam guyuran hujan.
Aluna pun tertawa. Sambil melambaikan tangannya Aluna pergi meninggalkan Monik
"Makasih karena udah kawatirin gue ya Mon. Seneng rasanya punya temen kaya Lo. Bawel, cuek, tapi lucu," gumam Aluna sambil tersenyum.
Aluna masih mengayuh sepedanya. Tas dan pakaian gantinya sudah aman di dalam tas karena Aluna membungkusnya dengan plastik tadi. Saat masuk musim hujan, Aluna.memang sengaja menyiapkan payung dan plastik besar di dalam tasnya.
Tak lama kemudian Aluna tiba di toko juragan Amri dengan tubuh basah kuyup. Di depan toko nampak Kevin yang berdiri cemas menunggu kedatangan sang kakak.
"Kakak ...!" panggil Kevin saat melihat Aluna memarkirkan sepedanya.
"Hai Kev, maaf kakak telat ya. Nungguin ujan ga berhenti dari tadi. Ya udah terpaksa kakak ujan-ujanan gini," cerita Aluna dengan tubuh menggigil.
Kevin tersenyum lalu menyodorkan minuman hangat kearah Aluna. Setelahnya Kevin membantu membawa tas Aluna masuk ke dalam toko.
Usai meneguk minuman hangat pemberian Kevin, Aluna merasa jauh lebih baik. Rasa dingin yang melingkupinya perlahan hilang. Kemudian Aluna pun beranjak ke kamar mandi untuk ganti baju.
Kevin memandangi tubuh basah Aluna yang menjauh darinya. Ada perasaan haru menyeruak ke dalam hatinya melihat perjuangan kakaknya itu.
"Hanya untuk rupiah yang ga seberapa ini Kakak rela ujan-ujanan kaya gitu. Aku jadi sedih dan kawatir Kakak sakit nanti. Andai aja Ayah sama Mama ga pisah, kita pasti ada di dalam rumah yang nyaman dan ga perlu kerja keras kaya gini ya Kak. Aku janji, Aku bakal bikin Kakak seneng suatu saat nanti," gumam Kevin lirih sambil mengusap matanya yang basah.
Lima menit kemudian Aluna keluar dari kamar mandi dengan memakai setelan kaos dan celana panjang katun. Ia tersenyum kearah Kevin. Celotehannya terdengar lancar dan penuh tawa. Kevin pun ikut tertawa mendengar celotehan kakaknya itu.
Sambil mendengar cerita Aluna, Kevin menyodorkan nasi bungkus yang dibelinya.
"Kamu udah makan?" tanya Aluna sambil membuka nasi bungkus pemberian Kevin.
"Belum. Aku juga beli kok. Yuk kita makan," sahut Kevin sambil mengeluarkan nasi bungkus miliknya.
"Tunggu. Kenapa nasi bungkus kamu dipisahin dari kakak. Wah pasti ada yang ga beres nih," kata Aluna sambil berusaha merebut nasi bungkus milik Kevin.
"Apaan sih Kak," kata Kevin sambil menjauhkan nasi bungkus miliknya dari jangkauan sang kakak.
"Tuh kan, kamu curang ya. Masa kakak dibeliin nasi pake telor, eh kamu pake ayam goreng," rengek Aluna tak terima.
"Kakak kan ga boleh makan yang berlemak, ntar kalo gendut gimana. Ga cantik lagi lho," kata Kevin sambil menyuap makanan ke dalam mulutnya.
"Kamu tuh paling bisa ya. Udah baca doa belom?" tanya Aluna sebal.
"Udah dong Kak. Silakan makan Kakak cantik," ejek Kevin sambil menahan tawa.
Aluna mendengus sebal. Karena tak tega melihat wajah sang Kakak yang cemberut, Kevin pum memberikan sebagian ayam gorengnya pada Aluna. Aluna tertawa senang seperti anak kecil saat menerima pemberian Kevin itu.
"Karena kamu udah bagi ayam goreng, nih Kakak kasih juga telornya buat kamu," kata Aluna sambil meletakkan potongan telur dadar ke atas nasi milik Kevin.
"Makasih Kak," kata Kevin di sela kunyahannya.
"Hmmm," sahut Aluna sambil menggigit ayam goreng pemberian Kevin tadi.
Siang itu Aluna dan Kevin makan siang di toko juragan Amri dengan perasaan bahagia.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
miilieaa
barakallah tulisanya rapi kak/Drool/
2024-12-06
1