Brakk.
Satya menutup pintu mobilnya dengan kasar. Dengan menahan sakit di kepalanya, Satya mencoba menegakkan tubuhnya agar bisa berdiri tegak. Rasa pusing yang ditimbulkan dari minuman alkohol yang ia minum semalam, membuatnya menjadi seperti saat ini
"Sudah gue bilang sama lo, jangan melampiaskan kemarahan lo dengan minuman haram itu. Kenapa lo tidak pernah mau denger apa yang gue katakan sih Sat?" Satya menoleh sekilas, ia tidak menghiraukan ocehan Samuel dan memilih untuk pergi dari sana
"Kebiasaan!" seru Samuel dan segera menyusul Satya
****
"Jadi Daddy dan Mommy kamu akan berpergian?" tanya Eli, Rindi mengangguk. Eli tersenyum manis, ia mengedipkan matanya berulang kali
"Kenapa dengan mata kamu El?" tanya Rindi dengan wajah polosnya
"Aku boleh menginap dirumah kamu?" tanya Eli menatap penuh harap kepada Rindi
"Tentu saja boleh, aku bahkan akan membuka pintu rumahku lebar jika kamu ingin datang dan menginap."
"Seriously?" Rindi mengangguk
"Baiklah, setelah kita pulang nanti kamu ikut aku pulang dulu untuk meminta izin kepada Kakak dan Mamah aku,"
"Siap." keduanya tersenyum, lalu pandangan Rindi tidak sengaja bertemu dengan mata Satya yang tengah berdiri diambang pintu. Eli yang melihat perubahan wajah Rindi itu juga ikut menoleh karena penasaran apa yang dilihat oleh temannya itu
"Kita mengobrol lagi setelah jam istrihat ya," Rindi mengangguk, Eli pun segera bangkit dari bangku Satya dan pindah ke bangkunya yang bersebelahan dengan bangku Satya dan Rindi
Tatapan Satya tidak lepas dari menatap Rindi, dengan badan yang lunglai Satya melangkah menuju bangkunya dan Rindi. Samuel berjalan dibelakang Satya untuk berjaga-jaga kalau-kalau Satya akan terjatuh
"Hah," Satya menghela nafas kasar setelah berhasil sampai pada bangkunya dan mendudukkan bokongnya di kursi
"Duduklah, jangan selalu berlebihan seperti itu El." ucap Satya yang melihat Samuel berdiri disana, Satya tahu kalau Samuel tengah mengawasinya
"Bagaimana gue tidak khawatir jika keadaan lo seperti itu,"
"Gue bukan anak kecil El, berhenti berlebihan seperti itu." Samuel menggelengkan kepalanya, sedangkan Satya menatap jengah Samuel
"Bunda akan marah kalau dia tahu lo seperti ini,"
"Bunda tidak akan tahu kalau lo tidak memberi tahu." Samuel menghela nafas pelan, ia melempar tas nya keatas meja. Membuat Eli yang sedang menyaksikan perdebatan itu sedikit terkejut
"Lo pikir Bunda itu bodoh? Mata-matanya ada dimana-mana."
"Udah lo enggak usah pikirin itu, gue yang bakal nenangin Bunda kalau dia sampai tahu. Tolong berhenti ngikutin gue, karena gue masih kacau. Dan gue enggak mau lo yang jadi sasaran amarah gue, lo ngerti?" tanya Satya dengan suara tegas dan penuh penekanan kepada Samuel
"Oke, kalau itu yang lo mau. Tapi inget lo dalam pengawasan anak buah gue dan Bunda." ucap Samuel dan memilih duduk di bangkunya.
Eli menatap wajah Samuel dari samping, wajah Samuel terlihat begitu berbeda pagi ini, namun Eli tidak tahu apa maksud dari mimik wajah Samuel saat ini. Saat Eli sedang asyik memandang wajah Samuel, sang empu menoleh.
Melihat Eli yang tidak berkedip, membuat sebuah ide muncul di kepala tampan Samuel, ia memajukan kepalanya semakin mendekat, sehingga wajahnya dan wajah Eli hanya berjarak beberapa senti saja, dan dengan jahilnya Samuel meniup wajah Eli berulang kali. Eli langsung tersadar ketika ada angin kencang menerpa wajahnya, ia membulatkan matanya saat tersadar wajahnya dan wajah Samuel begitu sangat dekat
"Ke.. Kenapa kamu sedekat ini?" tanya Eli gugup, ia menjadi bertambah gugup kala Samuel tersenyum manis padanya. Iapun menjauhkan tubuhnya memberi jarak kembali antara ia dan Samuel
"Kenapa kamu terlihat terkejut seperti itu? Bukankah wajah ku tampan?" bola mata Eli hampir keluar dari tempatnya mendengar pertanyaan Samuel yang terlalu percaya diri menurut Eli
"Kamu terlalu percaya diri." ujar Eli dan menolehkan kepalanya menatap lurus ke depan, ia terlalu malas jika harus beradu mulut dengan Samuel sepagi ini. Samuel tersenyum kecil melihat tingkah Eli, ia menolehkan kepalanya ke samping dan menatap punggung Satya
"Apa yang terjadi dengan Satya?" Samuel menolehkan kepalanya kembali menghadap Eli
"Wanita tidak harus tahu apa masalah laki-laki, cukup diam dan menjadi penonton yang bijak." Eli mencebikkan bibir bawahnya karena tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan
"Jangan mencebik seperti itu, apa kamu sedang meminta cium dariku?"
"Hah? Kamu gila ya?" Samuel mengangkat kedua bahunya
"Dasar aneh!" Samuel terkekeh pelan
****
Rindi terus berpura-pura menulis sesuatu, bukan apa ia tidak tahu harus apa. Di pandangi seperti itu oleh Satya membuat dirinya menjadi salah tingkah, dan jalan satu-satunya adalah berpura-pura menulis.
Satya tersenyum melihat tingkah Rindi yang sangat menggemaskan baginya. Ia tahu kalau Rindi sedang berpura-pura menulis sesuatu, tapi ia tetap diam karena ia ingin tahu sampai mana wanita disamping nya ini akan terus berpura-pura
"Apa dia tidak bosan menatap aku seperti itu? Dan mau sampai kapan dia berhenti menatap aku?" batin Rindi bertanya-tanya. Rindi sedikit melirik ke samping, dan ternyata Satya masih betah menatap dirinya. Membuat Rindi jengah dan melempar bolpoin yang berada didalam genggaman nya. Rindi menoleh ke samping dan menyandarkan punggungnya pada dinding yang berada disamping kanannya
"Apa tidak capek memandangi aku seperti itu? Apa kamu tidak punya pekerjaan lain?" tanya Rindi yang memang sudah sangat jengkel dengan Satya
"Kamu cantik hari ini, ah bukan. Kamu selalu cantik setiap harinya, dan aku jatuh hati padamu hanya dalam beberapa hari." ungkap Satya begitu sangat lirih dan hampir tidak terdengar
"Heh, aku hampir tidak percaya ini. Bagaimana bisa seseorang bisa jatuh hati hanya dalam waktu singkat," Rindi menggelengkan kepalanya
"Nothing is impossible. Aku bukanlah orang yang mudah jatuh hati, bahkan seumur hidupku hanya kamu lah yang mampu membuat hatiku berdetak." Rindi terdiam mendengar ungkapan Satya, ia menatap wajah Satya dalam
"Apa alasan aku harus percaya? Bahkan panggilan mu saja selalu berubah-ubah." Satya tersenyum kecil, ia menegakkan tubuhnya dan menyenderkan punggungnya pada kursi yang ia duduki saat dirinya merasakan tidak mampu untuk menegakkan tubuhnya
"Apakah lo marah karena tidak gue panggil sayang?"
"Ini, baru saja aku katakan. Kamu sudah menggunakan tiga kata kepadaku."
"Oke-oke. Mulai sekarang aku akan memanggil kamu sayang, dan mulai detik ini juga kamu sudah menjadi kekasih ku." Rindi membulatkan matanya. Satya membuat keputusan begitu saja tanpa bertanya lebih dulu kepada dirinya
"Mana ada begitu? Aku tidak mau." tolak Rindi
"Aku tidak suka menerima penolakan sayang, mau tidak mau kamu dan aku resmi berkencan hari ini." Satya mengambil tangan Rindi dan menjadikan nya bantalan
"Aku mengantuk, biarkan aku tidur dan jangan mengganggu." ucap Satya sebelum dirinya benar-benar tertidur. Rindi memandangi wajah Satya dengan mata tertutup, ia tidak percaya kalau ada orang seperti Satya
"Sungguh sangat pemaksa."
_
_
_
_
Bersambung...
Bantu cari visual nya dong, kalau ada yang mau bantu dm di ig aku ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Hsyahrul Marosa
Hem Hem hem
2021-05-07
2
Nurhidaya
ijin promo thorr , singgah di novel aku berjudul "terlahir kembali untuk balas dendam"
2021-04-29
1
ardiana_juan
swpertnya. bibit cinta mulai tumbuh hihihi
2021-01-25
3