Samuel merasa sangat risih sejak tadi terus dipandangi seperti ia adalah penjahat oleh seseorang yang berada disamping nya. Namun dengan santai Samuel tetap fokus pada layar ponselnya dan kedua ibu jari yang tidak bisa diam
Eli menyangga kepalanya dan menatap wajah tampan Samuel dari samping. Tidak percaya masih menyelimuti dirinya, ia tidak menyangka kalau orang yang berada disamping nya ini adalah pemilik dari sekolahan yang terkenal ini.
"Haishh.. Kenapa harus mati sih?" Samuel meletakkan ponselnya dengan kasar diatas meja. Ia menoleh ke samping, dan mendekatkan wajahnya kehadapan wajah Eli
"Hmm.. Kenapa kamu mendekatkan wajahmu kepadaku?" Eli menjauhkan wajahnya kebelakang, dan memegang kedua pipinya yang mungkin sudah memerah karena ulah Samuel
"Seharusnya yang bertanya seperti itu aku, bukan kamu. Kamu kenapa menatap aku dengan segitunya?" Samuel menaik-naikan alisnya meminta jawaban dari Eli
"Ti... Tidak, aku hanya masih tidak percaya kalau kamu adalah anak dari pemilik sekolahan ini." jawab Eli, merasa tidak akan sanggup ditatap seperti itu oleh Samuel, Eli menolehkan kepalanya kearah lain, melihat teman-teman barunya sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing
"Aku pikir kamu sedang berbohong." gumam Samuel dan menyambar ponselnya kembali untuk mengulang lagi permainan yang tadi
"Aku berbohong? Heh, seumur hidupku aku tidak pernah berbohong. Sama sekali tidak pernah."
"Tidak pernah ya?" tanya Samuel tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya. Eli mengangguk mengiyakan pertanyaan Samuel
"Tapi baru saja kamu berbohong padaku. Aku tahu kamu memuji wajahku yang tampan ini kan?" kali ini Samuel menolehkan kepalanya ke samping dan tersenyum kecil melihat wajah memerah Eli
"Dasar betina, bilangnya tidak pernah berbohong disaat sudah jelas-jelas dia berbohong." Eli menganga tak percaya, apakah ia tidak salah dengar
"Yaaa.. Aku memang tidak pernah berbohong, lagi pula aku berbohong apa padamu?" lirih Eli dan menyembunyikan wajahnya, ia malu karena sudah ketahuan berbohong. Entah bagaimana juga Samuel tahu kalau dirinya berbohong
Samuel tersenyum melihat reaksi Eli yang berlebihan seperti itu, walaupun Eli tidak mengatakan, Samuel tahu kalau Eli berbohong padanya
"Duduk semuanya! Buk Fika datang!" teriak Redo selaku ketua kelas, semua murid kelas itu terkesiap dan diam seketika saat mendengar nama salah guru killer
Samuel yang mendengar itupun menyimpan ponselnya ke dalam tas dan duduk dengan sangat manis. Membuat Eli yang melihat itu tak percaya
"Selamat pagi semua!" teriak Ibu guru itu setelah sampai didepan papan tulis
"Pagi Buk!" balas mereka semua.
"Sini masuk! Kenapa diam disitu?" murid yang ada dikelas itu mengikuti arah pandang guru tersebut
"Waww.. Princess kah ini?" Redo, ketua kelas yang terkenal pecicilan itu sangat tidak percaya melihat kesempurnaan yang di miliki oleh murid perempuan yang sedang melangkah menuju guru killer yang tak lain adalah Buk Fika
"Amazing! Ini bidadari yang turun dari langit ke tujuh." ungkap salah satu murid laki-laki kelas itu
Samuel terdiam menatap lurus ke depan, matanya tidak lepas memandang murid yang kini berada disamping Buk Fika. Samuel rasa murid itu bukanlah asli orang Indonesia, karena wajah murid itu sedikit terlihat seperti orang luar. Eli mengikuti arah pandang Samuel yang begitu serius menatap murid didepan sana, Eli merasa murid itu sama seperti dia, yaitu murid baru
"Terpesona kah?" tanya Eli berbisik ditelinga Samuel
"Ekhemm.. Tidak, siapa bilang?" balas Samuel setengah berbisik
"Buktinya kamu menatap dia seperti itu," ujar Eli. Samuel menoleh ke samping dan menatap Eli dalam diam sebelum detik berikutnya ia membuat wajah cantik itu kembali memerah
"Aku lebih terpesona melihat kamu ketimbang dia, ya walaupun dia lebih cantik dari kamu."
Blush.
Samuel memang pandai membuat hati wanita berbunga-bunga, bahkan saat ini Eli merasakan ada kupu-kupu yang berterbangan didalam perutnya.
"Wajahmu memerah, apakah kamu sakit?" tanya Samuel
"Ti.. Tidak, tidak. Aku tidak apa, hanya saja ruangan ini tiba-tiba terasa sangat panas." jawab Eli sambil mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah
"Samuel!"
"Ya Buk?"
"Coba tolong jangan ribut sendiri ya, lihat kesini, ada teman baru kamu ingin berkenalan." ucap Buk Fika dengan begitu sangat lembut, entah mengapa Buk Fika hanya bisa lembut dengan Samuel dan Satya saja
"Ahh ya."
"Ayo silahkan kamu perkenalkan diri kamu." murid itu mengangguk dan maju selangkah ke depan
"Selamat pagi semua!" sapa nya kepada teman-teman barunya
"Pagi juga Princess!" teriak anak laki-laki membuat ia tersenyum kecil
"Aku Rindi Wijaya, dan aku berasal dari Inggris."
"Bule! Pantesan cantik banget." puji anak laki-laki yang duduk paling depan. Rindi hanya bisa tersenyum melihat kelakuan murid laki-laki itu
"Kalau emang asli bule nggak mungkin bisa bahasa lokal lancar begini!" seru salah satu murid wanita, membuat semua murid menyetujui apa yang dikatakan oleh murid tersebut
"Ibuku orang Indonesia, dan Ayahku asli orang Inggris." murid-murid itu mengangguk mengerti
"Tapi tunggu.." semua menoleh kearah Samuel, termasuk Buk Fika yang tengah sibuk mengotak-atik ponselnya
"Nama belakang mu tadi Wijaya bukan?" tanya Samuel kepada Rindi
"Ya.. Ada yang salah?"
"Tidak. Aku pernah mendengar nama itu, apa Ayahmu berasal dari keluarga kerajaan, dan merupakan pengusaha yang terkenal itu? Rayyan Wijaya, apakah benar itu Ayahmu?" semua orang kembali menatap Rindi, termasuk juga Buk Fika yang kini melangkah menuju salah satu meja murid yang berada dipojok sebelah kanan dan menyandarkan dirinya disana
"Ya, itu Ayahku."
"Wow.. Bagaimana bisa? Oh, astaga! Pantas saja aura nya sudah seperti seorang Putri. Ternyata dia memang benar-benar seorang Putri." ucap Redo tak percaya akan kenyataan yang ia ketahui, dan juga merasa sangat tersanjung bisa sekelas dengan seseorang yang berasal dari keluarga terhormat. Walaupun Redo tahu isi sekolahan itu bukan orang-orang susah, namun dengan adanya Rindi disana itu merupakan sesuatu yang waw menurut Redo
"Ibuk sangat tersanjung dengan itu, ada seorang Putri dari keturunan kerajaan Inggris, yang dimana orang-orang ingin mengenal atau meminta tanda tangannya. Tapi disini dan saat ini kamu berdiri disini tanpa melihat status apapun. Beri tepuk tangannya semua!" seru Buk Fika dan memberikan tepuk tangan yang diikuti oleh semua murid kelas itu
Prok.. Prok.. Prokk..
Rindi hanya tersenyum kecil untuk itu, ia tidak tahu apakah hidupnya aman atau tidak dengan identitas yang diketahui oleh orang-orang, tapi Rindi hanya bisa berdoa agar tuhan selalu melindunginya dimana pun ia berada.
"Kamu bisa duduk sekarang, semoga kamu betah ya sekolah disini." ucap Buk Fika kepada Rindi
"Ya Buk, terima kasih."
_
_
_
_
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Eli Sugiarti
ooh ternyata ada 2 murid baru,yg satu namanya mirip aku/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-05-12
0
ẓɦ⍲ρ✓ 🌽 🇮🇩
wow amazing
2022-04-27
1
Yanti Hendayanti
berarti rindi bakal duduk sama satya dong
2021-05-23
1