Satya mengangkat meja yang terjungkal karena tendangannya tadi, ia merapihkan kembali kursinya ke tempat semula. Satya menatap lurus pada Rindi yang tengah berdiri disana dengan kepala tertunduk. Satya tahu kalau perempuan di depannya tengah menangis
"Gue enggak pernah ngucapin kata ini sebelumnya. Tapi, gue bener-bener minta maaf, gue enggak tahu kalau pemilik tas itu lo. Sekali lagi maaf." ucap Satya tulus, entah mengapa ia dengan semudah itu mengucapkan kalimat itu kepada Rindi, padahal seumur hidupnya Satya tidak mau dan tidak akan pernah mengucapkan kata itu bahkan dengan kedua orang tuanya sekalipun.
Sama seperti pertemuan pertama mereka, dimana Satya pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Dan hari ini terjadi lagi, dimana Satya pergi meninggalkan kelas setelah ia membuat Rindi menangis. Tidak lama dari Satya pergi dari sana, semua murid kelas itu berbondong-bondong masuk ke dalam sana untuk melihat apa yang Satya lakukan kepada teman baru mereka
"Rindi.. Are you okey?" tanya pacar Redo yang merasa kasihan dengan Rindi, baru dua hari hari ini ia bersekolah disana tapi sudah harus berhadapan langsung dengan Satya Avero Angkasa yang ditakuti oleh satu sekolah.
Buru-buru Rindi menghapus air matanya, ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum paksa agar teman-teman kelasnya tidak mengasihaninya, ia sangat tidak suka ada orang lain yang kasihan akan dirinya
"Kamu yakin?" Rindi mengangguk pelan dua kali untuk meyakinkan teman kelasnya
"Aku minta maaf sudah membuat keributan disini," ucap Rindi lirih
"Kamu tidak salah kok, memang didalam kelas ini sudah penuh kecuali bangku Satya. Samuel juga seperti Satya sebelumnya, tapi karena sifat mereka yang berbeda jadi ya, kamu tahulah," pacar Redo tersenyum kikuk, ia melihat teman-teman kelasnya tengah memperhatikan Rindi
"Rin," panggil Eli yang sedari memperhatikan wajah sedih Rindi, ia tahu kalau Rindi sedang ingin menangis namun ditahan oleh teman barunya itu
"Aku enggak apa-apa kok El," ucap Rindi tersenyum kecil, tapi itu terlihat menyedihkan dimata Rindi
Samuel yang tidak tahu urusan itupun melangkah menuju bangkunya, ia tidak ingin ambil pusing masalah Satya dan anak baru itu. Selama Satya tidak main tangan dengan perempuan, Samuel hanya akan diam saja. Tapi jika satya sampai melukai Rindi ia tidak akan pernah memaafkan Satya.
"Kamu mau ke mana Rin?" tanya Eli yang melihat Rindi meraih tas nya
"Sepertinya aku tidak bisa menyelesaikan sekolah ku bersama dengan anak-anak kelas ini, aku akan berbicara kepada sekolah agar aku dipindahkan dikelas samping."
"Tapi..."
"Aku tidak mau anak kelas ini yang kena imbasnya, jadi lebih baik aku pindah kelas saja."
"Tapi Rin, apa tidak bisa tetap disini?" tanya Eli, Rindi menggelengkan kepalanya, lalu pandangannya menelusuri setiap sudut ruangan kelas itu, melihat satu persatu wajah teman-teman barunya yang baru satu hari ini
"Semuanya, terima kasih banyak sudah menerima aku didalam kelas ini dengan baik, maaf sudah mengganggu kenyamanan kalian. Satu hari bersama dengan kelas ini adalah hal yang paling berharga, aku tidak akan pernah melupakannya." Rindi memberikan senyum manisnya
"Rin," panggil Eli lagi
"Tenang saja El, kita tetap berteman kok. Aku hanya pindah kelas, bukan pindah sekolah atau negara lagi." ujar Rindi, setelah itu ia berpamit kepada murid-murid kelas itu yang tengah menatapnya
"Rindi, berhenti disana!" teriak Samuel, seketika Rindi menghentikan langkah kakinya diambang pintu dan berbalik badan, ia melihat Samuel tengah berjalan kearah nya
"Ada apa?" tanya Rindi saat Samuel sudah berada di hadapannya
"Kamu bisa duduk dibangku aku, biar aku yang akan pindah untuk duduk bersama Satya."
"Ide bagus!" Samuel menoleh, ia tersenyum kecil melihat Eli begitu semangat, padahal penawaran itu ia tujukan kepada Rindi
"Samuel, terima kasih banyak ya sudah begitu pengertian." Eli memeluk lengan Samuel sangking senangnya, membuat murid-murid kelas itu saling tatap dan berbisik satu sama lain
"Kamu enggak malu dilihat oleh anak-anak yang lain?" tanya Samuel berbisik ditelinga Eli, membuat senyum itu hilang dari wajah Eli dan tergantikan dengan wajah yang sudah merah bak kepiting rebus
"Maaf," lirih Eli menunduk malu, namun Samuel malah senang melihat Eli yang malu-malu seperti itu
"Emm.. Samuel, terima kasih banyak atas penawaran nya, tapi aku tidak bisa berada didalam kelas ini." ucap Rindi
"Kenapa?" tanya Samuel ingin tahu kenapa Rindi tidak bisa bertahan didalam kelas ini
"Tidak ada apa-apa, tapi aku hanya ingin belajar dan selesai disekolah ini tanpa adanya rasa takut." jawab Rindi, dan itu membuat Samuel mengerti, terlihat dari Samuel yang mengangguk
"Terima kasih." ucap Rindi dan pergi dari sana untuk menemui kepala sekolah
"Rin," panggil Eli, namun tidak diindahkan oleh Rindi
"Sudah jangan lebay, dia hanya pindah kelas bukan pindah sekolah." ucap Samuel dan kembali ke bangkunya
"Sungguh sangat menarik drama hari ini." batin Redo yang sejak tadi menyaksikan semua itu sambil duduk di kursi yang diperuntukkan untuk guru
****
Satya merentangkan kedua tangannya menikmati semilir angin di pagi hari, dan matahari yang tampak malu-malu menampakkan dirinya. Satya memejamkan kedua matanya erat, namun detik berikutnya ia malah mengingat kejadian didalam kelas tadi, dimana ia begitu terkejut mengetahui siapa pemilik dari tas yang telah berani menempati tempat duduknya
Perempuan itu adalah perempuan yang sama yang ia temui tadi malam di mall, dan entah mengapa seperti sudah jalan tuhan Satya bertemu lagi dengan perempuan yang mengganggu kepalanya. Tidak pernah terbesit dihati Satya ingin bertemu lagi dengan seorang perempuan yang pernah ia temui, tapi untuk yang kali ini sungguh sangat berbeda dengan yang lain
"Gue sudah sering menemukan perempuan cantik diluaran sana, tapi tidak tahu kenapa untuk yang ini membuat hati gue berdebar." lirih Satya bersamaan dengan hembusan angin yang menerpa wajah tampannya. Tempat ini adalah tempat favorit nya dengan Samuel, bahkan ditempat ini juga ada sebuah kamar yang sengaja dibuat oleh Samuel jika ia merasa lelah ia dan Satya akan pergi kesini untuk menghindari keramaian.
"Rooftoop sekolah memang yang terbaik." ucap Satya pelan
Ceklek.
Suara pintu atap terbuka, tidak perlu bertanya itu siapa Satya sudah mengetahuinya. Siapa lagi kalau bukan Samuel, karena tempat ini hanya Samuel dan Satya yang tahu. Dan tempat ini lebih sering didatangi oleh Satya dibandingkan Samuel, karena setiap kali Satya merasa kacau ia akan berlari kesini dan berdiam diri berjam-jam atau bahkan sampai tidur disana dengan keadaan yang mengerikan. Tentu saja Satya menyiapkan berbagai jenis minuman alkohol disana, walaupun hanya sebuah ruangan kecil tapi didalam sana sangat lengkap
"Lo membuat dia ketakutan Sat," ucap Samuel yang kini sudah berada disamping Satya
"Lalu?" tanya Satya cuek, Samuel menghela nafas pelan
"Tidak seperti itu memperlakukan perempuan, bodoh!" seru Samuel kesal. Satya tersenyum sinis, ia menoleh kearah Samuel
"Seperti apa? Setahu gue memperlakukan perempuan dengan baik itu saat diatas kasur dan berbagi kenikmatan, itu pula kadang sedikit kasar agar terasa lebih nikmat." ujung bibir Satya terangkat, membuat Samuel ingin sekali memberikan bogeman pada wajah tampan sahabat mesumnya satu ini
"Dasar otak sel*ngk*ng*n! Balik ke kelas, lihat sampai gue enggak melihat lo ikut pelajaran, gue laporin lo ke papah." ucap Samuel dan berlalu dari sana
"Adu saja, gue enggak takut." jawab Satya tak perduli
_
_
_
_
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Neti Jalia
10 like untukmu, salam dari
*hujan dibalik punggung
*suamiku ceo ganas
2021-06-05
2
Oca Patrycia
itu rooftop sekolah kenapa bisa ada miras hadehhhh ini sekolah di negara mana.
2021-05-27
2
Rika Astuti
up lg thoor smkin seru..lanjut
2021-01-17
1