"Ndi.. Turun sayang kita makan malam dulu nak!" seru Raya dari bawah tangga meminta anaknya untuk turun
Sedangkan didalam kamarnya, Rindi sedang seperti orang gila berputar kesana kemari diatas queen size miliknya. Setelah berputar ke sisi kiri, ia akan berputar lagi ke sisi kanan. Bahkan teriakan Mommy nya tak ia hiraukan
"Kenapa dia harus seperti itu sih?" gumam Rindi, lalu berbalik badan lagi. Sejak pulang dari sekolah tadi Rindi tidak henti-hentinya seperti itu
Bagaimana Rindi tidak seperti itu, Satya memperlakukan dirinya begitu berlebihan sampai-sampai Rindi malu sendiri dibuat nya. Ia masih mengingat dengan jelas saat Satya membawanya ke kamar yang ada diatas atap. Tidak ada yang terjadi disana, tapi entah mengapa itu membuat Rindi tidak bisa melupakan kejadian tadi
"Sayang, Ndi! Ayo turun ke bawah nak kita makan!" teriak Raya lagi memanggil anaknya
"Iya Mom, Rindi turun sekarang." balas Rindi, iapun segera turun dari kasur nya dab berlari keluar kamar
****
"Kamu ngapain sayang Mommy panggil-panggil enggak turun?!" Rindi membalas dengan cengiran
"Tadi Ndi masih didalam kamar mandi Mom," Raya mengangguk dengan mulut membulat. Iapun memberikan piring berisikan makanan dan beberapa lauk kepada Rindi
"Daddy sudah lama pulangnya?" tanya Rindi yang melihat Daddy nya begitu serius memainkan benda pipih di tangannya
"Lumayan sayang, kamu dimana kok tidak menyambut kedatangan Daddy?" tanya Rayyan balik dan melirik sekilas kearah anaknya
"Lagi sibuk mengerjakan tugas Dad." Rayyan menganggukkan kepalanya dan berdehem
"Karena kamu sudah ada disini ayo kita makan sekarang!"
"Ayo!" seru Raya, keluarga kecil itupun melakukan aktivitas seperti biasanya yaitu makan malam.
"Apa kamu memiliki kekasih baru sayang?" tanya Rayyan sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Rindi yang tengah melamun dengan tangan yang mengaduk-aduk makanan didepan nya itu langsung tersadar mendengar suara Daddy nya
"Ehh? Tidak kok Dad," Rindi tersenyum kikuk melihat tatapan menyelidik Daddy nya
"Benarkah?" tanya Rayyan memastikan, Rindi menganggukkan kepalanya berulang kali
****
"Jangan datang lagi cinta, bagaimana aku bisa lupa? Hmm.. Hmm.." Satya menyisir rambutnya dan melihat kembali penampilannya di cermin
"Wajah setampan ini, mana mungkin dia bisa lepas dari pesona yang gue miliki!" Satya menyeringai. Satya mengingat lagi kejadian siang tadi di sekolah, dimana hanya ada mereka berdua dan tengah menikmati, makan siang
"Gue pastikan lo bakal jadi milik gue, Rindi Wijaya." Satya tersenyum devil menatap pantulan dirinya didalam cermin tersebut
"Sekarang waktunya untuk bersenang-senang dengan para gadis!" Satya terlihat begitu bahagia, seperti tidak memiliki beban hidup
Ceklek.
Satya menatap malas wajah seseorang yang ada didepan unit apartemen nya saat ini. Ia membuang pandangannya agar tidak melihat dua orang yang sangat ia hindari. Sebastian Alexander dan Sahira Alexander. Kedua orang yang tengah berdiri dihadapan Satya saat ini merupakan kedua orang tuanya
"Kamu mau ke mana sayang malam-malam begini?" tanya Sahira kepada Putra nya, ia memberikan senyum manisnya namun Satya membalasnya dengan wajah dingin nan datar
"Ada perlu apa kalian datang ke sini?" tanya Satya to the point, bahkan mempersilahkan kedua orang tuanya masuk saja tidak
"Beginikah cara kamu menyambut kedatangan kedua orang tua kamu? Apa ini yang kami ajarkan? Kami bekerja bersusah payah agar kamu sekolah dengan benar dan tahu bagaimana tata krama terhadap orang yang lebih tua, terutama kedua orang tua mu." ujar Sebastian dengan nada tinggi. Melihat cara Satya kepada ia dan istrinya membuat dirinya sedikit naik darah
"Jangan pernah menyebutkan orang tua dihadapan gue, karena seumur hidup gue, gue tidak mempunyai orang tua."
Plak.
Sahira menutup mulutnya saat sang suami melayangkan pukulan ke pipi anak mereka dan menimbulkan merah pada pipi sebelah kanan Satya
"Sayang, kamu tidak apa-apa?"
"Jangan sentuh!" Satya menepis tangan Mamah nya. Ia menegakkan tubuhnya agar terlihat tegar dihadapan Sebastian dan Sahira
"Seharusnya kalian jangan pernah muncul dihadapan gue jika hanya membuat keributan saja." ucap Satya dengan nada datarnya. Ia sama sekali tidak seperti seorang anak sedang berbicara kepada kedua orang tua, melainkan seperti sedang berbicara kepada temannya
"Tanpa kehadiran kalian hidup gue sudah bahagia, dan kedatangan kalian ke sini malah membuat gue merasa tersiksa. Gue enggak perduli seberapa banyak uang yang kalian kumpulkan, tapi apakah kalian pikir uang bisa membuat anak bahagia? Tidak! Jadi jangan pernah menganggap diri kalian orang tua kalau kalian sendiri telah menelantarkan anak kalian."
Deg.
Kalimat Satya sungguh sangat menyakitkan bagi Sebastian dan Sahira. Bahkan rasa sakit ditusuk pisau tidak akan ada banding nya dengan semua kata-kata yang keluar dari mulut anak semata wayang mereka
"Gue harap kalian tidak akan pernah memunculkan wajah kalian, karena sampai kapanpun gue tidak akan pernah menganggap kalian orang tua gue. Orang tua gue sudah mati bersama dengan hati gue yang kalian bunuh secara perlahan waktu itu." setelah mengatakan itu kepada kedua orang tuanya, Satya berlalu dari sana dengan perasaan dan hati yang begitu sakit
"Kita salah Pah, kita sudah kehilangan putra kita!" Sahira menangis setelah kepergian anak satu-satunya, sedangkan Sebastian masih terdiam ditempat memikirkan semua apa yang anaknya katakan
"Aku pikir anakku akan bahagia dengan banyak harta, dan tidak akan pernah kekurangan apapun. Tapi ternyata aku salah, aku sudah menelantarkan anakku sendiri sehingga menumbuhkan rasa kebencian didalam hatinya." batin Sebastian, bukan hanya Sahira yang sedih disana, tetapi dirinya juga. Mendengar pernyataan Satya membuat hatinya yang paling dalam berdenyut sakit, inilah alasan kebencian Satya selama ini. Inilah yang membuat Putra mereka menjadi seperti ini, karena salah mereka berdua lah Satya menjadi liar dan tidak terkendalikan seperti saat ini. Dan semua itu karena kurangnya kasih sayang yang tidak pernah mereka berikan karena selalu mengutamakan pekerjaan daripada kewajiban mereka sebagai kedua orang tua
****
"Brengsek! Kalian semua brengsek! Gue benci kalian! Gue benci!" teriak Satya didalam mobilnya. Satya benar-benar sudah sangat emosi, terlihat dari caranya yang membawa mobil ugal-ugalan
Satya terus saja memukul stirnya untuk melampiaskan kemarahannya. Akibat kemunculan, bentakan, dan juga tamparan yang Sebastian berikan kepadanya. Satya mencengkram kuat stir mobilnya, seakan stir mobil itu adalah musuhnya
"Kalian pikir kalian siapa? Datang-datang langsung memukul orang, hidup gue tenang tanpa adanya kalian disini. Jadi jangan pernah muncul dihadapan gue karena gue enggak akan pernah mau menerima kalian seperti kalian dulu." ucap Satya
"Jika dulu kalian lah yang membuang gue, maka kali ini kalian lah yang gue buang."
_
_
_
_
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Winsulistyowati
Anak Durhaka Kamu..payah!?
2024-03-30
0
Hsyahrul Marosa
astaga,,. sampai segitunya
2021-05-07
1
Marmott🐻
memang orang tuanya salah karena lebih mementingkan pekerjaan daripada anak.
Mungkin gini pikiran mereka... mereka ingin membahagiakan anaknya dengan banyak nya harta,tapi tanpa disadari itu lah yang membuat anak nya sendiri merasa kurang kasih sayang... banyak kok di dunia nyata kayak gitu, pengen anaknya hidup dengan banyak harta tanpa sadar kalo anaknya butuh kasih sayang orang tua.... maaf ya jadi tausiyah🙏
2021-03-26
1