Rindi memandang wajah polos Satya yang terlihat begitu sangat pulas tertidur diatas pahanya. Tangannya sejak tadi sangat gatal ingin mengusap kepala Satya, namun tidak ada keberanian didalam dirinya untuk menyentuh Satya
"Tidak perlu ragu jika ingin menyentuh ku, aku tidak akan marah sayang." tangan Rindi yang akan menyentuh dahi Satya itu harus ia urungkan saat mendengar suara Satya
"Bagaimana dia bisa tahu jika matanya saja terpejam, memang benar-benar aneh." gumam Rindi
Satya tersenyum dalam tidurnya mendengar guamaman Rindi, ia membalikkan badannya menghadap perut Rindi. Rindi melihat tingkah laku Satya yang tidak bisa diam itu, dengan perlahan mata Satya terbuka. Ia tersenyum kepada Rindi
"Bagaimana aku tidak tahu kalau aku berpura-pura tertidur." Rindi menajamkan matanya tidak percaya, pahanya sudah kram karena menahan kepala Satya. Namun lelaki ini seperti tidak memiliki dosa sedikitpun
"Kalau begitu menyingkir dari pahaku." Rindi mendorong tubuh Satya untuk menyingkir dari dirinya
"Kasar ya lo," ucap Satya dan bangun dari posisi tidurnya. Ia menegakkan tubuhnya dan duduk disamping Rindi
"Kalau begitu untuk apa kita berdiam disini? Menghabiskan waktu aku saja." Satya menahan tangan Rindi ketika Rindi akan beranjak dari sana
"Aku sudah menyuruh El untuk mengizinkan kita berdua, jadi kamu tidak perlu khawatir."
"Gila, kamu memang gila. Selalu mengambil keputusan sendiri, tidak pernah memikirkan orang lain." Satya memejamkan matanya saat rasa pusing kembali menyerang kepalanya
"Diamlah, kepalaku sangat sakit. Mendengar suaramu malah membuat kepalaku semakin sakit."
"Apakah sangat sakit?" tanya Rindi terdengar khawatir. Satya tersenyum kecil mendengar pertanyaan Rindi yang penuh dengan nada kekhawatiran
"Sangat sakit." jawab Satya pelan
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu dan Samuel tadi bertengkar?"
"Siapa bilang gue bertengkar dengan El?" tanya Satya membuka matanya dan menatap Rindi
"Tadi bilang tidak akan berubah-ubah, tapi sekarang lo, gue lagi."
"Maaf sayang, aku kelepasan." jawab Satya dan memberikan dua jarinya
"Aku bukan sayang kamu? Sejak kapan aku jadi sayang kamu?" tanya Rindi mengerucutkan bibirnya lucu
"Jangan seperti itu, aku tidak akan bisa tahan jika kamu mengerucutkan bibirmu dihadapan ku." Rindi menatap jengah Satya yang terus saja menggodanya.
"Uhh..." Satya kembali mengaduh sambil memegang kepalanya
"Dimana yang sakit?" tanya Rindi lagi dan menundukkan kepalanya untuk. Satya mengambil tangan Rindi yang memegang bahunya dan menempatkan telapak tangan Rindi pada dadanya
"Lebih sakit disini dibandingkan sakit di kepalaku." lirih Satya menatap Rindi sendu. Rindi terdiam dan menatap kearah tangannya yang di genggam oleh Satya. Bahkan Rindi dapat merasakan detak jantung Satya
"Aku tidak bisa merasakannya, tapi aku bisa melihat luka itu dari matamu." ucap Rindi lirih
"Bahkan luka yang kamu lihat tidak sebanding dengan luka yang ada di hatiku sekarang."
Satya dan Rindi sama-sama terdiam dengan saling tatap satu sama lain, Satya dengan pikiran dan rasa sakitnya. Dan Rindi dengan berbagai pertanyaan yang berputar didalam kepalanya
"Aku ingin mencium habis bibirmu saat ini, i can?" Rindi terkejut saat mendapati wajah Satya sudah berada dihadapan nya
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Rindi mencoba memundurkan tubuhnya, namun Satya dengan cepat menahan tengkuknya dan mencium habis bibir Rindi.
Rindi cukup terkejut dengan aksi Satya yang terbilang sangat cepat itu, ia membulatkan matanya dan berusaha menutup rapat bibirnya. Mendorong tubuh Satya ke belakang pun ia tidak mampu karena Satya yang memeluk tubuhnya dengan begitu sangat erat
"Hmpthhh.." Rindi terus berusaha mendorong bahu Satya agar melepaskan tautan bibir itu.
Sedangkan Satya memeluk erat pinggang Rindi dan terus berusaha membuat jalan agar bisa menjelajah isi mulut Rindi. Tetapi sepertinya wanita itu teguh pada pendiriannya dengan berusaha menutup rapat bibirnya, Satya tidak kurang akal. Tangan yang berada ditengkuk Rindi sengaja ia mainkan untuk menggelitik Rindi
"Eughh..." keluh Rindi membuka mulutnya karena tidak tahan merasakan geli yang dibuat oleh Satya. Satya menyeringai telah berhasil membuat Rindi membuka mulutnya, ia tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada dan segera memasukkan indra perasanya dan mengobrak abrik isi mulut Rindi.
Rindi yang kewalahan menghadapi kegilaan Satya sampai mendongak keatas. Rindi sangat tidak tahu dengan hal seperti ini, bahkan ciuman pertamanya saja Satya lah yang mengambil. Dan lihat bagaimana cara Satya mengajaknya bermain indra perasa
"Eughh.. Eughh..." Rindi mengerang saat Satya menyesap lidahnya dengan kuat. Bahkan bibirnya itu berasa akan pindah ke dalam mulut Satya. Rindi membuka matanya, ia menajamkan matanya saat melihat Satya tersenyum dengan mata yang tengah menikmati wajahnya. Rindi menggelengkan kepalanya meminta Satya untuk berhenti namun Satya malah memegang kedua pipinya untuk memperdalam ciuman itu.
Rindi sampai bisa merasakan kalau saliva keduanya sudah tercampur, itu sangat jorok pikir Rindi namun bagaimana ia tidak mungkin bisa bernafas jika menahannya
"Dia bangun hanya dengan seperti ini dan mendengar erangan indah mu. Rasanya ingin aku membawamu ke surga kenikmatan, tapi aku tidak ingin menghancurkan dirimu." batin Satya menatap jauh ke dalam mata Rindi
Bughh.
Tubuh Satya dan Rindi terhempas tertidur diatas kasur, Satya segera menaiki tubuh Rindi dan menahan kedua tangan Rindi diatas kepala. Rindi memukul-mukul dada Satya saat merasakan pasokan anginnya sudah mulai habis, Satya mengerti itupun dengan sedikit tidak rela melepaskan bibir manis tersebut.
Cup! Cup! Cup!
Satya mengecup seluruh wajah Rindi, sebelum tubuhnya terguling ke samping. Satya memejamkan matanya dan tersenyum puas, akhirnya rasa penasaran yang menghantuinya setelah mengecup bibir Rindi singkat didalam mobil saat itu
Satya membuka matanya saat merasakan goyangan pada kasur itu, ia melihat Rindi yang tengah terengah dan bersiap untuk turun dari sana. Namun lagi-lagi Satya menahan pergelangan tangan Rindi dan menariknya sehingga Rindi terjatuh dengan posisi memeluk Satya. Satya balas memeluk Rindi dan menghadiahkan kecupan di dahi Rindi
"Kamu pasti bingung dengan apa yang terjadi di antara kita. Tapi kamu tidak perlu khawatir karena ini juga merupakan ciuman pertamaku." ucap Satya memberi tahu Rindi, entahlah itu penting atau tidak tetapi ia rasa ia perlu memberi tahu Rindi untuk hal itu agar Rindi tidak merasa dirugikan
"Aku tidak perduli untuk itu, tapi apa kita? Kenapa harus sampai sejauh ini? Bahkan kehidupan bebas diluar Negeri sanapun aku sangat tabu akan hal ini." ungkap Rindi lirih. Satya menjauhkan kepalanya untuk melihat wajah Rindi, tangan Satya mendarat pada pipi kiri Rindi
"Aku sudah mengklaim mu sebagai wanitaku, jadi jangan pernah bertanya kita ini apa. Karena kamu adalah milikku. Setuju ataupun tidak dirimu, kamu tetap milik Satya Avero. Aku tidak perduli orang akan berkata apa, dan aku tidak perduli sebanyak apapun penghalang, sekalipun itu orang yang sangat mustahil untuk aku tentang aku akan tetap memiliki kamu sampai kapanpun."
_
_
_
_
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Maryati Agusteni
lah kata y satya player,,, suka main sma cwe" tp kok bisa itu ciuman pertama,, gx masuk akal
2021-06-25
2
Hsyahrul Marosa
gu
2021-05-07
0
ardiana_juan
tumben ga up 😔
2021-01-27
1