Sebuah surel belum terbaca yang telah dikirim Lucas beberapa jam yang lalu belum sempat aku baca. Jari ku membuka isi surel tersebut.
Terdapat beberapa halaman file di dalamnya. Itu berisi akte kelahiran, kartu keluarga, ktp, visa, buku nikah, dan hak milik properti.
"Ini adalah file-file yang sudah dihapus oleh pusat data kependudukan dan keuangan negara. File ini sudah 14 tahun lalu dihapus. Aku berhasil mendapatkan aslinya setelah sekian lama mencari" kata Lucas.
Di dalam berkas lama tersebut tertera jelas nama Elena Lim. "Siapa dia?" tanyaku.
"Sebelum Karina tinggal bersama Jessica, nama aslinya adalah Elena Lim. Dia mengganti namanya saat itu. Ini foto-foto masa lalunya" jelas Lucas lalu memberi beberapa lembar foto lama.
Aku melihat sebuah foto lama dimana Karina kecil, seorang wanita dan seorang anak laki-laki berfoto bersama di pantai.
"Siapa anak ini?" tanyaku.
Lucas menghela nafas sedikit, "dia adalah Briant Lim, kakak kandung Karina yang meninggal bersama dengan ibunya".
Begitu naas kehidupan lama Karina. Anak seusia itu sudah menanggung penderitaan yang bahkan orang dewasa saja tak sanggup menahannya.
Aku menutup laptop ku lalu memandangnya. "Sudahlah lagi pula dia sudah menolakku" kataku pada Lucas malas.
Lucas heran dengan tanggapan yang aku berikan. Wajar saja, selama ini aku sudah memaksanya untuk mencari tahu apa yang terjadi pada gadis itu lalu tiba-tiba aku malah tidak berniat lagi.
"Kenapa Stev? Apakah kau tidak melihat banyak kejanggalan disini? Ya ya sudahla siap bos" jawabnya dengan muka kesalnya.
Selepas memastikan ia telah pergi meninggalkan ruangan kerja rahasia ku ini, aku kembali membuka file itu.
Aku membuka laci lalu mengeluarkan kartu keluarga Jessica. Di situ tertera bahwa tuan Lim adalah suami Jessica yang sudah 13 tahun lalu meninggal, sedangkan pada kartu keluarga Elena tuan Lim adalah suami dari nyonya Bae, ayah kandung Elena.
Rasa penasaran ku meningkat. Apa yang sebenarnya terjadi?
Aku berjalan menuju computer bigscreen pribadi yang ada di ruangan ini.
Jari jemariku mengotak atik layar, berselancar mencari tahu segala informasi yang sudah terkubur lama tersebut.
Apa ini?
✨✨✨
/ Di gym /
Pria bertubuh atletis tersebut masih menikmati waktunya melatih ketahanan dan kekuatan tubuhnya.
Edward berfikir tentang banyak hal, akan ini itu, orang ini dan itu.
Sejak beberapa minggu lalu Selana masih terus menghubunginya, setalah hati itu dia bahkan belum menerima sebuah pesan apapun.
'Apakah Selena akhirnya lelah?' tanya Edwaed pada hatinya.
Edward berharap Selena segerala lelah dan berhenti mengejar dirinya, tapi setelah itu terjadi sekarang ia malah merasa tidak rela.
"Haii broo lama tak bertemu" suara seorang pria menyapa Edward.
Edward melihat pada pria yang menyapanya. Dia merasa malas dan tak berniat untuk membalas sapaan tersebut.
"Makin kekar saja bro" kata Leo padanya.
Edward menatapnya sinis, "ngapain kau disini?" tanyanya.
Leo tertawa karena ucapan tersebut " ya olahraga lah maksud mu ngapain lagi?".
Karena semakin tak suka, Edward pergi dari situ menjauhi Leo.
"Kau masih membenci ku? Sebenarnya apa salahku?" tanya Leo karena mulai emosi.
Dia tidak bergeming. Baginya itu hanyalah bagaikan suara dari radio rusak-rusak. Leo semakin emosi, dia menarik paksa bahu Edward. "Kalau aku bertanya, jawab dong" katanya.
Edward membuang pandangannya malas, "kau fikir saja sendiri" katanya.
Leo menatap Edward tajam, "jangan karena kau adalah teman lamaku, jadi sesukamu" katanya.
Edward menampilkan smirk di bibirnya, "memangnya kenapa? lagi pula kita sudah lama tidak berteman lagi" jawabnya lugas.
Edward pergi meninggalkan gym tersebut walaupun waktunya belum berakhir. Jika terlalu lama disana, maka dia akan membanting tubuh Leo begitu saja ke benda-benda gym disana. Ia kembali ke apartmen.
- Karina -
Sore hari yang jingga terasa nyaman dan hangat. Aku duduk di tepi kolam menikmati merendam kaki pada air kolam. Sendirian memang menyedihkan, tapi itu lebih baik dari pada bersama banyak orang tapi menambah luka di hati.
Banyak hal yang terlintas dipikiran ku. Salah satunya adalah bagaimana caraku meminta maaf pada Steven.
Aku turun ke dalam kolam ingin bermain dengan air. Tubuhku seperti menari-nari bersama air. Aku bermain hanya di tepi karena tidak tahu berenang jadi tidak berani bila melangkah lebih jauh.
Tanpa aku sadari seseorang masuk ke dalam kolam dan memeluk ku dari belakang.
Aaahhhhh.....
Aku hendak berbalik tapi orang yang memelukku mengeratkan pelukannya pada perutku. "Jangan teriak" katanya di telingaku.
Suara itu familiar di kedua telingaku. Suara yang setiap hari aku dengar namun sehari ini aku tidak mendengarnya.
"Kau? Jam segini sudah pulang?" tanyaku melirik ke belakang.
Steven menyandarkan kepalanya ke bahuku, dia menjawab dengan suara pelan tepat di leher jenjang ku ini "aku bosnya jadi aku bebas semauku".
Ya memang benar dia bosnya, bahkan akan hidupku dia adalah bosnya.
Sepertinya ini saat yang tepat untuk meminta maaf. "Hhmm..hmmm..Stev..itu" kata-kataku gagu karena takut.
"Hhmmm? iya?" katanya mendehem.
Aku menunduk malu, "maafkan aku karena kejadian tadi malam" kataku cemas.
"Memangnya kau berbuat salah apa?" tanya Steven balik.
"Karena merusak barang berhargamu" kataku masih menunduk.
Steven malah tak menjawab. Dia memutar tubuhku menghadap padanya.
"Bingkai foto itu sudah usang, sudah pantas untuk diganti. Tidak perlu merasa bersalah, hmm bagaimana kalau kita menggantinya besok?" jawab Steven lembut.
Aku mengangkat wajahku memandang wajah tampannya itu,"serius? kau tak marah lagi?" kataku girang.
Perkataan ku dibalas dengan sebuah anggukan darinya. Aku tersenyum puas padanya. "Terima kasih" aku sontak mencium pipi pria itu.
"Nona Lim, sekarang kau sudah mulai berani ya?" tanyanya tapi lebih terdengar seperti sebuah peringatan.
Wajahku memanas, sepertinya pipiku memerah karena malu. Tubuhku tiba-tiba ia gendong ke pinggir kolam. Ia mendudukkan ku ke pinggiran dan berdiri di depanku.
Tubuhnya yang tinggi membuat wajah kami tak terlalu berjarak jauh.
"Setelah menolakku, sekarang kau malah menciumku duluan" katanya menggodaku.
Tubuhku tidak bisa berkompromi, aku cegukan disaat seperti ini. Jangan tanya bagaiman kondisi jantungku, itu berdetak tak karuan..
Pria yang berdiri di hadapanku dengan kemeja putihnya memandangku teduh, "izinkan aku untuk membuatmu mencintaiku dan menerima diriku di hatimu. Izinkan aku berusaha untuk memiliki hatimu" katanya pasti.
Aku berfikir sejenak, apakah aku harus mengizinkannya? Tapi permintaannya terasa sangat tulus.
Aku mengangguk sambil menatap matanya. Ia tersenyum puas atas izinku.
Dan jurus andalan yang sudah menjadi kebiasaannya kembali terjadi. Steven mencumbuku kembali.
Awalnya aku tidak mau, tetapi aku sendiri yang sudah mengijinkannya berusaha. Aku membalas tindakannya sambil mengalungkan tangan dilehernya.
Steven ******* bibir dan memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Aku belum terbiasa dengan hal seperti ini, tapi dia sudah sangat berbakat hingga aku terbuai.
"Hari semakin sore, nanti kau terkena flu bila berlama-lama di dalam air" kata pria ini. Kami masuk ke rumah dan menghangatkan diri.
Hai hai Readers 💚💚
Terima kasih karena sudah singgah
Mohon maaf kalau ada kesalahan kata dan penulisan
Semoga kalian suka ya sama ceritanya
Jangan lupa like dan komen 💚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments