Karina -
Pagi telah tiba sebentar lagi dunia akan kembali terang benderang. Sepertinya semalam aku tertidur di taman dan semalaman tidak makan. Perut ku keroncongan sehingga itulah yang membangunkan ku.
Tubuhku rasanya sangat hangat, seakan seseorang memeluk dengan penuh kenyamanan. Ketika aku membuka kelopak mata ku, rasanya tidak bisa dipercaya.
Seseorang dengan wajah tampan dan manis tertidur lelap memelukku erat. Ia seakan tidak ingin melepaskanku dari sisinya. Mengapa ada orang tertidur namun masih tampan?
Heii ayolah jantung, kenapa kau berdegup melihatnya. Tapi Siapapun yang melihat ini pasti tidak akan menyangkal betapa menakjubkannya wajah pria yang memelukku.
Namun sayangnya entah berapa wanita yang sudah tidur dengannya dan melihat hal ini. Aku tersadar dari khayalan ku, bahwa pada dasarnya aku hanya sesuatu hal yang ia inginkan sekarang dan suatu saat akan ia buang kapanpun ia bosan.
Seminggu lebih berada di kediaman ini, setiap harinya melihat wajahnya, setiap malam juga dia datang mencumbuku, sepertinya aku mulai terbiasa. Dunia mungkin membenciku yang merasa hal ini, tapi bukan salahku terlahir dengan nasib seperti ini. Setidaknya aku tidak pernah disiksa oleh Jessica lagi.
Sial, kenapa aku bisa tidur dikamarnya. Seharusnya aku tidur dikamarku sendiri. Aku pergi meninggalkan pria yang notaben nya jauh lebih tua dariku tertidur lelap. Aku kembali ke dalam kamarku, mandi dan bersiap.
Rumah ini terlalu luas bagiku, hanya untuk kembali ke kamar saja rasanya jauh dan lelah.
Sudah sekitar sejam berlalu, aku telah selesai dan siap untuk menyambut hari baru. Kiranya hari ini akan lebih baik dari sebelumnya.
Aku turun menuju dapur, Bibi Kim dan beberapa pelayan sedang sibuk bersiap untuk sarapan. "Pagi Bibi, lagi masak apa nih?" tanyaku.
Selama tinggal dirumah Jessica aku tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan para pelayan atau penjaga. Mereka semua adalah mata-mata bagi Jessica, bahkan mereka tidak pernah ramah terhadapku. Walaupun disini para pelayan dan penjaga juga memperhatikan segala aktivitasku, tapi aku merasa nyaman dengan mereka. Mereka ramah dan baik, aku merasa seakan berada di rumah sendiri.
"Pagi nona cantik, Bibi sedang memasak gyeranmari (dadar gulung korea) seperti biasanya non" jawab Bibi Kim tersenyum lembut.
Aku berlari kecil mendekati Bibi Kim, "Wahh ini sangat wangi dan kelihatan lezat. Ohh iya tapi kenapa pak tua itu suka makan makanan biasa seperti ini? Kalau wanita itu, malah tidak pernah menyentuh yang seperti ini" jawabku sambil mengendus.
Bibi Kim tetap fokus pada masakanannya, "ini adalah menu kesukaan tuan. Tuan dan tuan Alvin sangat menyukai ini" katanya namun seakan ada sebuah kesedihan tersirat dari kata-katanya.
"Alvin?" tanyaku ingin tahu siapa dia.
Bibi Kim seperti salah tingkah, respon berubah. "Mmmm... Mmm.. non ingin makan apa?" tanyanya. Aku memang tidak pernah berinteraksi dengan orang banyak, akan tetapi aku merupakan tipe orang yang peka. Aku bisa membaca situasi dengan mudah, Bibi Kim pasti tidak bisa bercerita apapun, aku mengerti situasinya.
Aku berdiri tepat di samping Bibi Kim, "Bi aku boleh bantu gak?" tanyaku. Aku sangat ingin menyentuh peralatan dapur dan mengerti tentang memasak.
"Aigooo tidak perlu non, saya akan mengerjakannya sendiri" tolak Bibi Kim lembut.
Keras kepala dan teguh pada pendirian, begitulah aku. "Ayolah Bi, aku ingin membantu. Boleh Yah? Yah?" kataku memelas.
Bibi Kim tidak bisa melawan, bujukan yang aku tunjukkan memberikan hasil yang baik. Aku mengerjakan apapun yang aku bisa, seperti memotong bawang dan berbagai bumbu lainnya. Ternyata memasak sulit juga, tapi ini sangat menyenangkan.
"Bi, bolehkan aku bertanya sesuatu?" kataku.
Aku teringat pada sesuatu yang aku sadari beberapa hari ini. "Keluarga Steven dimana? Aku tidak pernah melihat mereka sekalipun selama aku disini?" kataku.
Bibi Kim hanya diam tak menjawab, bahkan ketika aku menatap para pelayan lain mereka juga tetap diam. Sepertinya mereka dilarang untuk membahas tentang hal ini. Ya sudahlah toh dia juga bukan siapa-siapa bagiku.
Hidangan selesai dengan cepat. Ternyata Steven sudah di meja makan dan siap dengan jas hitam nya. Aku duduk di kursi yang tidak seperti biasanya di sisi Steven.
"Kenapa duduk disana?" tanya Steven datar.
"Terserah aku ingin duduk dimanapun" jawab ku jutek.
Steven menatapku dingin, tatapan itu selalu saja membuatku merasa merinding. Pria tua ini sepertinya tahu cara membuat orang lain ketakutan.
Dari pada membeku ketakutan, aku sebaiknya mengikuti keinginannya saja. Dia adalah orang yang suka memberi hukuman yang tak sepantasnya.
- Steven -
Tidurku kembali nyenyak, begitulah bila Karina bersamaku. Masih belum lama dengannya tapi aku sudah candu dengannya.
Dia sudah bangun dan pergi. Aku masuk ke kamar mandi dan bersiap pergi ke kantor.
Selesai bersiap diri, aku segera menemui Karina di kamarnya. Namun ternyata ia sedang tidak ada di kamar. Aku bergegas ke dapur, disana aku melihat Karina tertawa bercanda gurau dengan para pelayan. Melihat dia bisa tertawa rasanya sangat hangat.
Aku duduk di kursi makan seperti biasanya menunggu hidangan selesai dan Karina datang. Tak lama yang ditunggu-tunggu pun selesai.
"Kenapa duduk disana?" tanyaku karena Karina malah duduk jauh dari ku.
"Terserahku ingin duduk dimanapun" katanya jutek. Mendengar hal yang baru ia ucapkan itu aku menatapnya dingin. Karina mengerti tentang arti tatapan mataku.
Belum juga Karina duduk, aku menariknya untuk duduk di pangkuan ku.
"Hei apa yang kau lakukan" katanya kesalku perlakukan seperti sekarang.
Aku tertawa tapi tak menjawab. Kedua tanganku sibuk memotong daging.
Gadis yang duduk di pangkuan ku meronta-ronta ingin pergi, "Hei lepaskan aku. Aku juga ingin makan" katanya kesal.
"Kita makan seperti ini saja" jawabku singkat. Aku mengambil sepotong daging lalu memberinya pada Karina.
"Aku bilang lepaskan, aku bisa makan sendiri" katanya semakin kesal lagi.
Aku menatap matanya intens "Makan atau aku lakukan sesuatu" ancamku agar ia menurut.
Gadis ini sangat polos dan mudah untuk dikendalikan. Ia menurut memasukkan daging itu ke dalam mulut nya.
Kami sarapan dengan posisi seperti ini, dia seperti anak baik yang tak melawan. Melihatnya makan sangat menggemaskan.
"Ini makanlah yang banyak" kataku sambil memberikan sesuap nasi.
"Itu, tambahkan telurnya juga yang banyak" ujarnya menunjuk telur dadar gulung di meja.
Aku tertawa lepas melihat kepolosan gadis ini, awalnya diancam agar menurut dan sekarang malah menikmatinya.
"Baiklah baiklah aku beri yang banyak agar kau senang" kataku menyuapinya.
Kami selesai sarapan dengan nyaman, aku menggendongnya hingga ke ruang utama. "Aku akan berangkat bekerja dulu. Hari ini kau boleh keluar tapi dengan satu syarat" ujarku memperingati.
Karina tampak sangat senang. "Apa syaratnya?" tanyanya penuh bahagia.
"Kau akan dikawal oleh bodyguard ku, jangan coba-coba kabur. Jika kau ketahuan maka aku akan menghukummu malam ini hingga kau akan menyesal" ancamku pada gadis berusia 20 tahun ini.
Spontan Karina memelukku senang, "siap bos, terima kasih" katanya.
Ia melepaskan pelukan itu karena tersadar akan dirinya. Aku merasa canggung karena dia bersikap seperti itu.
"Ini adalah HP untukmu, jangan beri nomormu pada siapapun" kataku memberikan sebuah ponsel baru padanya.
Karina melihat-lihat setiap sisi HP itu, "bagaimana cara menggunakannya?" tanyanya.
"Kau tidak tahu cara menggunakan HP? seriously?" aku terkejut mengetahui ada orang yang tak bisa menggunakan benda kecil ini.
Karina menggeleng, "aku dikurung selama 14 tahun dan tidak pernah diberikan hal beginian" katanya.
Mengejutkan mendengar perkataan Karina, 14 tahun? Aku tahu Karina adalah tahanan Jessica tapi aku tidak tahu bahwa selama itu dia dikurung.
Aku mengajarkannya cara menggunakan HP itu, "ini nomorku, jika butuh sesuatu telepon saja. Selain aku, kau tidak boleh menelepon siapapun" jelasku pada akhirnya.
Karina masih begitu tertarik dan mengotak-atik layar HP barunya.
"Tapi selalu ada bayarannya" kataku tapi dia hanya mengacuhkan diriku.
"Apa?" tanyanya tapi masih terus melihat layar.
Aku menarik Karina dalam pelukan ku. "Heii apa yang ingin kau lakukan" tanyanya.
Aku melihat dan memandangi wajah Karina "ini" kataku langsung menciumnya. Karina begitu terkejut, awalnya ia melawan namun ia mulai memejamkan matanya.
Aku terus mencumbu bibir Karina dengan kedua tanganku mulai masuk ke dalam baju Karina. Kedua tangan mengelus perut rampingnya.
"Apa yang kau lakukan" katanya.
Aku tak menjawab aku terus mencumbu agar ia kembali larut. "Ingat dan camkan, kau hanya milikku" kataku lalu meninggalkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments