Karina -
Angin malam yang berhembus menusuk tubuh lemahku dari luar. Gelapnya malam seakan menyatu dengan kegelapan dalam hidupku. Aku termenung sendirian di atas balkon kamar menyaksikan bulan dan bintang yang bersinar terang.
Disaat orang sedang bersedih langit malah berbahagia dengan menampakkan berjuta bintang menghiasi langit malam. Langit ingin menghibur hati yang selalu bersedih, namun usaha sang langit tak berbuahkan hasil.
Aku mengenakan gaun tidur panjang berwarna putih yang tidak terlalu tebal. Rambut terurai begitu saja dan tanpa Siapapun yang menjadi tempatku bersandar.
Ku pandangi taman di pekarangan istana megah nan tua ini. Bunga-bunga bermekaran indah, hanya lampu taman yang setia menerangi gelapnya malam ku. Aku sama seperti bunga-bunga itu. Cantik namun tidak bebas. Kami sama-sama mekar namun saat layu akan dipotong lalu dibuang begitu saja. Hidup tidak berguna dan menderita.
"Mama, kakak kenapa kalian meninggalkan ku sendirian. Bawa aku dengan kalian ke surga" ujarku pada sang langit.
Makhluk hidup yang melihatku pasti mengira aku adalah seorang putri dari dunia dongeng. Berparas cantik dan hidup di kastil besar. Memang benar aku seperti Rapunzel. Akan tetapi dia masih bisa bercengkrama dan bersenang-senang dengan si penyihir. Sedangkan aku bahkan tidak bisa keluar dari kamar ini. Juga dia tidak pernah disiksa sepertiku yang mendapatkan kekerasan dan pukulan.
Aku tidak bisa keluar bebas dari kamar ini. Aku hanya boleh turun ke ruang makan di jam yang telah ditentukan. Hidup penuh aturan dan paksaan, tidak boleh ada orang yang mengetahui keberadaanku. Bahkan salah satu kakiku di rantai.
Tidak ada satu orangpun diluar sana yang mengenal bahkan mengingat namaku. Hidupku bahkan lebih rendah dari seekor ayam.
Setiap harinya aku hanya dikamar berdiam diri dengan bibby anjing kesayanganku. Dia sudah seperti teman, sahabat dan keluarga bagiku. Tidak ada HP, TV dan komputer. Aku sungguh ingin bebas dan pergi kemanapun yang aku mau tanpa harus disiksa setelahnya.
Bahkan nyamuk dan lalat pun mengasihani nasibku.
Aku tinggal di istana tua ini hanya dengan para pelayan dan penjaga. Wanita itu memerintahkan orang untuk mengawasi dari CCTV. Untungnya ada dua ruangan yang bebas dari kamera CCTV, salah satunya adalah kamarku.
Malam semakin dingin, aku segera masuk dan menutup pintu kaca balkon kamarku. Jika aku terkena flu atau sakit apapun maka aku akan disiksa. Lagipula aku juga butuh tenaga dan kekuatan untuk bertahan hidup dalam hidup yang menyedihkan ini.
Untungnya wanita itu sudah tidak pernah lagi datang menemui ku. Aku tidak pernah lagi mendapat kekerasan darinya.
Cahaya matahari masuk dari kaca pintu balkon. Silaunya cahaya siang membangunkan ku seperti biasanya.
Brukkk...
Aku mengintip dari celah pintu memeriksa keadaan ribut di luar kamar. aku melihat begitu banyak pelayan yang sibuk merapikan seisi rumah.
"Ada apa ini bibby? Mengapa mereka sangat sibuk? Apakah wanita itu akan datang bersama seorang tamu besar? Tapi dia tidak pernah membawa seorangpun kemari" ujarku pada bibby.
Gukk Gukk Gukk..
Bibby menggonggong menjawab pertanyaan dariku.
"Entah lah bibby. Lagi pula tidak ada untungnya denganku. Malah aku yang dirugikan karena tidak akan memiliki jatah makan seharian ini" ujarku lagi.
Aku segera mandi dan mengganti pakaian. Dari seisi lemari besar, semuanya hanya gaun tidur. Aku juga ingin memakai gaun mewah, celana jeans, T-shirt, dan rok seperti para gadis lainnya.
Usiaku sudah 20 tahun, aku sudah bisa merasakan bagaimana rasanya menikmati makan daging ayam dan soju. Aku juga penasaran bagaimana rasanya berkencan.
Hari hari ku berlalu begitu cepat. Saat ini sudah malam dan aku telah selesai mandi dan membersihkan diri. Aku menggendong bibby di pelukanku sambil berdiri menatap langit malam seperti biasanya.
Citttttt...
Aku melihat ke arah suara rem mobil yang berdecit di halaman parkir. Sebuah mobil sedan hitam terparkir disana. Wanita itu sudah menunggu di ruang tamu, artinya itu adalah tamu yang ditunggu-tunggu.
Pintu mobil sedan terbuka, seorang pria berjas hitam keluar dari dalam. Wow..Pria itu begitu tampan dan keren. Aku sudah sering melihat pria tampan di majalah dan surat kabar curian ku dari ruang tamu. Tapi belum pernah ku lihat yang setempan dia.
Kulit putih, tinggi, kaki jenjang, bahu lebar dan tegap, rambut tebal dan mata yang cantik, serta bentuk wajah yang menawan. Tapi tunggu dulu.
Sepertinya aku kenal mata itu. Tapi dimana ya? Hei Karina kau bahkan tidak pernah keluar dari bangunan tua ini, bagaimana bisa kau mengenalnya.
Gukk.. Gukk.. Gukk...
"Heii bibby Ssttt jangan berisik" ujarku pada bibby yang mengonggongi pria itu.
Mampus aku, dia sadar. Pria itu menghentikan langkahnya dan menatap ke arah kami. Aku segera membawa bibby masuk. Aku berlari semampuku dan menutup pintu. Rantai kaki ku berat, sehingga sulit berlari dan akan sangat menyakitkan.
"Bibby kenapa kau berisik, bagaimana jika wanita itu mendengarnya" ujarku pada bibby. Semoga saja pria itu tidak membahas tentang kejadian ini, atau aku harus dihukum lagi.
Aku membuka sedikit pintu dan mengintip pembicaraan mereka. "Bibby apa yang mereka bicarakan? mengapa ia membawa tamu ke sini" bisikku pada anjing cantik kesayanganku.
Aku bisa melihat pria itu duduk dengan santainya mengangkat salah satu kakinya dan bersandar. Pria itu sangat tampan. Sepertinya dia sudah cukup dewasa. Ia jauh lebih tua dari ku.
"Aku ingin menggunakan pasukan khususmu untuk menjagaku selama pencalonanku sebagai ketua dewan hingga aku dinobatkan" ujar wanita itu serius.
"Bagaimana aku bisa mempercayakan nyawa pasukan khususku untuk melindungi wanita mengerikan sepertimu. Apa kau pikir aku tidak tahu bagaimana kau?" jawabnya merendahkan wanita itu. .
Apa ini? Ketua dewan? Tidak! Tidak boleh!
Jika wanita iblis sepertinya menjadi ketua dewan maka akan semakin banyak orang yang menderita seperti ku. Tidak, aku harus segera menghentikan ini.
Aku berlari sekuat tenagaku menghampiri mereka. "Tidakkkk!!! jangan!!" teriakku.
"Kalian apa yang kalian lakukan. Bawa dia masuk!!" perintah wanita itu pada para penjaga. Mereka menarikku kembali ke kamar, aku harus mengeluarkan seluruh tenagaku.
"Jangan mau paman. Wanita ini adalah iblis. Jangan mau diperdayanya"
teriakku.
"Tidak jangan dengarkan dia. Dia adalah gadis gila yang mengerikan" kata wanita itu membela diri.
Aku berusaha melepaskan diri dari para penjaga. "Aku mohon paman. Jangan bodoh. Jika kau menerima tawaran iblis ini, maka akan banyak orang yang menderita, dan kau akan menyesalinya" teriakku kembali.
"JANGAN MAU!! LEPASKAN AKU BODOH" teriakku lagi. Akan tetapi seseorang menarik tuas rantai ini. Aku tergopoh ditarik kembali ke atas.
Brukkk..
Aku terjatuh ke lantai dan tertarik ke kamar.
Guk. Guk. Guk.
Bibby menggonggong marah saat melihat aku diperlakukan kasar begini. Dia menggigit salah satu penjaga itu.
Mereka mengunciku lagi di kamar. Aku berusaha menghentikan wanita itu walaupun tahu aku akan disiksa habis-habisan. Semoga pria itu mendengarkan perkataanku.
Aku kembali mengintip namun dari celah-celah pintu tua kamar ku.
"Ayolah Steven, aku akan membayarmu sebesar yang kau mau. Atau aku juga akan memberikan apapun yang kau mau" kata wanita itu memohon.
Pria itu tak bergeming sejenak. Pikirannya entah melayang-layang kemana. "Aku mohon jangan terima" ujarku entah pada siapa.
"Baiklah aku akan menerima tawaran ini. Namun kau harus membayar mahal serta dengan satu syarat" jawab pria itu.
Wanita itu begitu girang mendapatkan persetujuan pria tersebut. "Baiklah aku akan langsung mentransfer uangnya. Lalu apa persyaratannya?" tanya wanita itu.
"Astaga ternyata pria itu sama saja dengan wanita iblis ini. Mereka sama-sama tak berperasaan." ujarku pada bibby. Aku meninggalkan pintu kamar itu lalu kembali memandangi langit malam. Malam ini aku akan mendapatkan hukuman yang mengerikan.
Sekitar satu jam menunggu, wanita itu membanting pintu dan masuk ke kamarku.
Awhhhh...
Dia menarik rambutku dengan sangat keras.
"Lepaskan aku wanita menjijikkan. Ketua dewan? jangan harap. Kau bahkan lebih rendah dari kotoran anjing" ujarku menyapa tajam padanya.
Gukk.. Gukk.. Gukk..
Brukkk.. wanita itu menendang bibby hingga terpental ke lemari.
"Bibby!! Mengapa kau menendangnya" teriakku padanya.
Ia melemparkanku ke lantai, "Dasar wanita jalang. Beraninya kau mengganggu bisnisku. Dan sekarang kau malah berani menatapku seperti itu. Sepertinya kau belum cukup disiksa" katanya dengan suara keras.
"Kalian siksa dia!" perintah wanita itu pada para penjaga.
- Steven -
Aku terkejut saat mendengar gadis itu menyebutku bodoh. Dia tidak tahu aku siapa tapi seenaknya menyebutku bodoh.
"Baiklah kau harus membayar mahal dan dengan satu syarat" jawabku pada wanita menjengkelkan ini.
"Baiklah aku akan langsung mentransfer uangnya. Lalu apa persyaratannya?" tanya wanita itu.
Aku membenarkan posisi dudukku, "Aku akan memberitahumu nanti" ujarku.
Pembicaraan kami telah berakhir. Aku kembali ke mobil sedanku yang terparkir diluar.
Aku berjalan dengan masih memikirkan ucapan gadis itu. Ia sepertinya masih berusia sembilan belasan atau dua puluh tahun. Jessica memang sangat mengerikan memperlakukan anaknya sendiri seperti binatang.
Aku menoleh ke arah balkon kamar gadis itu. Rumah ini adalah bangunan tua yang tidak terlalu besar. Walaupun berada di lantai dua, aku bisa melihat dengan jelas wajah orang yang bediri di balkon itu.
Gadis itu berdiri menatapku dari sana. Tatapan yang aku juga tak mengerti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments