Steven -
Alkohol, rokok, dan nuansa sepi adalah saat paling nyaman untuk menyendiri. Di bar tempatku biasa minum dengan Lucas dan Leo, diriku hanya butuh ketenangan saja.
Sebotol wiski termahal yang ada di bar ini sudah hampir kuhabiskan. Tapi aku belum merasa tenang sedikitpun. Setiap hal yang berhubungan dengan masa lalu aku pasti akan begitu emosional.
Sebuah tangan kekar pria menyentuh bahu bidang kebangganku.
"Ada apa lagi? Ada masalah apa? Wahhh lihatlah kau sudah mulai lagi. Kau dan kemampuan minummu memang mengerikan" ujar pria itu.
Aku meliriknya, Lucas dan Leo datang duduk di sisi kanan dan kiriku. Aku masih melihat foto lama yang bingkainya baru saja dipecahkan oleh gadis itu.
"Aigoo sudahlah Stev, orang yang sudah mati tidak akan suka bila orang yang ia tinggalkan menderita" ujar Lucas.
"Jika memang begitu, kenapa dia harus pergi?" tanyaku keras kepala.
Leo tidak berbicara sedikitpun. Dia pasti lelah dengan moodku yang tidak terkendali setiap masa lalu terungkit.
Lucas meminum wiski yang baru saja diberikan olen pelayan, "terima kasih cantik" ujar Lucas pada pelayan wanita yang berbalut pakaian seragam ketat.
"Andai saja..kalau saja aku menuruti permintaannya. Kalau saja aku datang saat dia meminta ku untuk datang ke taman saat itu" ujar ku lebih menyedihkan.
Leo meneguk seisi gelas wiski itu sekaligus. Aku melihat ke padanya, "aku meminta kalian datang bukan untuk minum sendirian".
Leo terkejut, ia mengehela nafas "jika aku mengatakan sesuatu apakah kenyataan akan berubah? Sudahlah Stev, itu masa lalu. Alvin sudah tenang disana" katanya tapi terdengar tidak tulus.
Nafas yang sangat panjang kuhembuskan. Aku pergi meninggalkan mereka. Aku sudah disini sejak jam delapan malam tadi. Sekarang sudah pukul dua pagi, aku lebih baik pulang karena disini mereka tak akan bisa menghibur kesedihanku.
Menyetir setelah minum adalah sebuah larangan di Korea. Tapi aku adalah Steven Lee. Minum satu dua botol masih tidak bisa menumbangkan kesadaran pikiranku. Lagipula siapa orang yang berani menangkapku? Bahkan saat aku tertangkap oleh kepala kepolisian pun, mereka tidak akan berani menahanku. Karena rahasia mereka semuanya aku ketahui.
Dengan cepat aku sampai di rumah. Aku memasuki rumah dan suasana sudah sunyi. Sepertinya Karina sudah tidur, pintu kamarnya sudah ditutup.
Aku memasuki kamarku sendiri namun aku mendapati gadis yang telah menolakku ini tertidur dilantai sambil bersandar di kasur.
Dia memang tidak ada hubungannya dengan masa laluku. Foto itu juga terjatuh bukan kesalahannya, karena memang niatku yang ingin mengejutkannya tadi. Hanya saja emosiku tidak bisa terkontrol.
Aku mengangkatnya lalu menidurkannya di ranjang. Dari matanya aku bisa melihat dia habis menangis cukup lama. Kelopak matanya sembab dan wajahnya pucat.
Setelah selesai mandi dan mengenakan piyama tidurku, aku membaringkan tubuh memeluk Karina dari belakang.
Harusnya aku tidak membentaknya tadi. Sekali lagi aku berbuat salah dan sekali lagi aku merasa menyesal.
Sebuah kecupan tulus kuberikan pada kening Karina sebagai tanda permintaan maaf dariku.
- Karina -
Pagi telah tiba, gelapnya malam telah dikalahkan oleh sinar mentari yang menyinari bumi.
Aku terbangun dan menyadari bahwa saat ini aku berbaring di kasur.
Kupandangi sekeliling, dia memindahkanku tapi dia sudah menghilang lagi.
Setelah menangis cukup lama tadi malam, aku sadar aku salah karena memasuki ruangan pribadinya apalagi sampai menjatuhkan foto itu. Setiap orang punya benda berharga yang paling disayangi, pasti foto itu sangat berarti baginya, seperti aku juga dengan liontin ku yang diberikan mama dulu.
Aku berniat meminta maaf tapi dia bahkan menghilang begitu saja saat aku tertidur. Dia pasti sedang sarapan. Sebaiknya aku segera turun dan menemuinya untuk meminta maaf.
Aku berlari secepat mungkin ke ruang makan. Akan tetapi ketika masih di pintu masuk, kedua kaki ku rasanya sangat lemas dan tak mampu berjalan lagi. Aku takut bila harus meminta maaf seperti ini.
Bahkan dia tidak melirikku sedikitpun saat aku datang. Aku duduk di kursi ku yang berada diujung ke ujung dengan nya duduk.
Aku bahkan tidak mandi dulu atau setidaknya mengganti pakaian sebelum makan demi bisa menemuinya untuk meminta maaf. Tapi dia sama sekali tidak memperdulikan kehadiran ku.
Aku menyantap sarapan pagi ku saja. Sebenarnya aku tidak berselera tapi aku tidak boleh egois. Anak yang ada di kandunganku tidak bersalah. Aku harus tetap menjaganya.
"Ehem ehem.." aku pura-pura batuk untuk memulai pembicaraan tapi bukannya disaut, pak tua itu malah beranjak dari tempatnya.
Sepertinya tidak tepat jika aku meminta maaf sekarang. Dia pasti masih sangat marah, yasudah lah aku akan meminta maaf lagi nanti setelah ia kembali.
- Steven -
Tanpa mengusir Karina, aku pergi begitu saja. Sejujurnya aku sudah tidak lagi marah karena memang tidak seharusnya.
Tapi melihatnya mencoba mendekati ku untuk memulai pembicaraan rasanya sangat menggemaskan. Dia begitu polos dan menggemaskan bagi dunia mengerikan seperti ini.
Aku tersenyum mengingat bagaimana dia lari dari atas hanya untuk menghampiriku. Pertama kali sejak kami bertemu dia yang menemuiku duluan bahkan sampai berlari seperti tadi.
"Woi gila ya? senyum senyum sendiri. Tadi malam kayak orang gadak harapan mabuk gajelas, sekarang cemringah cemringih tuh bibir" kata pria yang mengendari mobil sedan ku.
Issss mengganggu orang tenang saja memang ini orang. Jika bukan karena teman ku, mungkin sudah ku potong-potong dan ku bakar hidup-hidup dia.
"Jadi apakah kalian sudah baikan?" tanya Lucas balik.
Aku menggeleng tapi aku tersenyum tipis, "mungkin seperti ini akan baik" jawabku ngasal.
Saat dia menolakku di pantai hari itu, aku sudah merasa gagal dan tak ingin berjuang. Tapi hari ini aku melihat sebuah harapan untuk mendapati kebahagiaanku.
"Sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya" ujar Lucas sedikit serius.
Aku melirik nya yang fokus mwnyetir. Dia paham bagaimana sifatku. Sepertinya itu memanglah hal penting.
Kami segera masuk ke ruangan ku. Lucas memberikan Ipad nya. Aku membaca data diri dan file rahasia yang ia berikan.
"Bagaimana mereka bisa sampai menjalin kerja sama seperti ini? Apa kau sudah memeriksa rekening bank Jessica beserta rekening luar negerinya?" tanyaku.
"Aku sudah memeriksanya, ini dia" katanya menunjukkan file baru.
File yang berisi seluruh properti Jessica, "Untuk apa Jessica mentransfer uang miliaran pada tuan Han?" tanyaku.
Seorang politikus adalah yang paling menakutkan. Mereka memiliki koneksi yang begitu kuat dimana-mana.
Aku memasuki sebuah ruangan bersama dengan Lucas. Sebuah ruangan yang hanya kami berdua yang tahu karena itu adalah sebuah ruangan berteknologi tinggi yang belum ada satupun lab di Korea yang menggunaknnya.
Ruangan tersebut hanya bisa diakses dari ruangan kerjaku, dan butuh konfirmasi untuk wajahku untuk bisa memasukinnya.
Lucas sudah beberapa kali masuk tapi dia tidak bisa mengakses tanpa persetujuan dariku. Karena seisi ruangan baik pintu, dinding maupun seluruh komputer dan screen hanya aku yang bisa mengakses.
Aku mulai menelusuri dunia digital yang aku ciptakan ini. Lucas memperhatikan setiap apapun yang aku klik.
Setelah menekan tombol konfirm, screen menampilkan data pribadi orang yang menjadi target kami saat ini.
Jika aku meminta Lucas mencari sebuah informasi akan membutuhkan waktu sedikit lama tapi aku bisa melakukannya hanya dalam hitungan menit.
Kami membaca seluruh properti dan kekayaan tuan Han. Kekayaannya sedikit diatas ku secara hukum ya walaupun aku punya banyak sumber penghasilan lain yang tidak ada orang ketahui.
Bahkan kami bisa melihat kekayaannya yang tidak terdaftar dan memiliki pajak. "Kenapa setiap bulan ia selalu mengeluarkan uang dengan jumlah yang besar pada tiga tahun lalu. Saat ini uangnya terus bertambah dari rekening anonim. Tanggal penerimaannya sama dengan keluarnya uang Jessica, ini bukan kebetulan"
Aku melacaknya tapi no rekening itu punya perisai kuat yang mengahalangi ku.
"Bukankah minggu depan Jessica akan mengadakan pertemuan dengan para ketua majelis kan?" tanyaku pada Lucas.
"Iya bos, sepertinya tuan Han akan hadir juga" jawab Lucas. Aku tidak terkejut karena dalam kondisi ini wajar bila itu terjadi.
"Ada hal penting lain yang ingin ku beritahu" kata Lucas serius.
Aku melihat tatapan matanya lebih serius dari masalah tuan Han tadi.
Dinding memiliki mata dan telinga. Aku membuka layar screen lalu memasang mode kedap suara dan no listening.
"......"
Halo guyss 💚
Mohon maaf kalo lama update nya ya aku juga sibuk banget kelas online. 😁
Makasih udah mampir dan suka ke novel aku. Mohon maaf jika ada kesalahan apapun..
Jangan lupa like dan komen guys 💚💚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments