Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 Malam, Serena dan Daniel telah ada di dalam mobil yang sedang melaju menuju ke arah rumah sakit tempat Diva di rawat.
Perasaan khawatir dan rasa cemas terus saja muncul di hati Serena. Doa yang selalu ia panjatkan agar Diva baik-baik saja, terus ia katakan dalam hati.
“Serena, apa yang sedang kau pikirkan. Apa kau masih memikirkan sepasang kaos kaki itu?” ucap Daniel memecah lamunan Serena.
“Diva ....” ucap Serena pelan tanpa semangat.
“Kita akan segera tiba, dan kau bisa melihatnya secara langsung.”
“Apa keluarganya sudah mengetahui hal ini Daniel?” tanya Serena.
“Biao-” tanpa bisa menjawab pertanyaan Serena. Daniel justru memberi kode kepada Biao untuk menjelaskan pertanyaan Serena.
“Sudah Nona, keluarga Diva dan Putri kecilnya sudah menemaninya di rumah sakit,” ucap Biao sambil terus melajukan mobilnya.
“Putri Kecil?” tanya Serena kaget.
“Iya, Nona.”
Diva pernah bilang semua yang dilakukannya demi anak yang sangat ia cintai. Aku akan semakin merasa bersalah jika terjadi sesuatu padanya.
Setelah beberapa saat kemudian, mobil yang ditumpangi Serena dan Daniel kini tiba di rumah sakit.
Tanpa menunggu perintah, Serena melangkahkan kakinya dengan cepat. Perasaan khawatir yang muncul dipikiranya akan segera terjawab setelah ia melihat keadaan Diva.
“Diva ....” ucap Serena sambil membuka pintu kamar tempat Diva dirawat.
Dengan perasaan yang sangat bimbang, Serena melangkahkan kakinya yang terasa berat untuk mendekat dengan Diva. Terlihat Diva yang masih memejamkan mata, ditemani seorang wanita muda yang menggendong seorang bayi.
“Apa dia putri Diva?” ucap Serena sambil menatap wajah polos seorang balita yang ada dihadapannya, “Boleh aku menggendongnya?” ucap Serena dengan hati hati.
“Tentu saja, Nona, anda boleh menggendongnya. Angel terlihat senang bertemu dengan anda,” sambil memberikannya kepada Serena.
“Angel, nama yang bagus," ucap Serena sambil tersenyum kepada Angel.
“Iya Nona, Diva memberi nama itu saat ayah Angel harus pergi meninggalkannya,” ucap wanita muda itu dengan nada sedih menahan tangis.
“Pergi? Pergi kemana?” ucap Serena bingung.
“Saya tidak tahu, Nona.”
“Apa Angel selalu bersama anda? Maaf, siapa nama anda?” tanya Serena dengan tersenyum
“Luna, Nona,” jawab Luna sambil tersenyum, “Diva menitipkan Angel kepada saya tiap kali ia ingin bekerja.”
“Tapi, Diva tinggal di rumah utama beberapa hari ini.”
“Benar Nona Serena, Diva menitipkan Angel kepada saya sore hari itu,” jawab Luna sambil mengingat Diva yang tiba-tiba datang kerumahnya.
“Diva sangat bahagia bisa bekerja di rumah utama keluarga Edritz Chen Nona, dia rela berpisah dengan Angel. Upah yang ditawarkan saat ia bekerja di rumah itu, bisa menghidupi kehidupan Angel dengan layak,” ucap Luna sambil meneteskan air matanya.
Jadi, Diva rela berpisah dengan Angel demi pekerjaan ini. Dan aku sudah hampir membuat Angel kehilangan ibu yang ia sayangi.
Serena terdiam dan kembali di penuhi rasa bersalah. Ia memberikan Angel kepada Luna.
Daniel dan Biao hanya diam, mendengarkan semua perbincangan antara Serena dan Luna.
“Biao, apa Pak Han langsung yang membawa Diva? Atau Pak Han menyuruh orang untuk mencari pelayan wanita buat Serena,” ucap Daniel yang duduk di sebuah sofa yang berada di sudut kamar rumah sakit.
“Pak Han langsung yang membawanya ke rumah, Tuan.”
“Apa ia tahu, kalau Diva sudah mempunyai seorang anak?”
“Pak Han mengetahuinya, Tuan. Tujuannya nya hanya ingin membantu perekonomian Diva.”
“Tapi semua yang bekerja di rumah utama, tidak sembarangan bisa keluar dan masuk rumah Biao. Kenapa dia tidak memikirkan anak itu,” ucap Daniel sambil memandang wajah polos yang dimiliki Angel.
“Mungkin Pak Han hanya ingin menolong Diva, Tuan,” ucap Biao yang juga masih memandang Angel yang ada dipelukan Luna.
Diva mulai memberikan reaksi positif, jari-jarinya mulai bergerak. Kedua kelopak matanya, mulai terbuka. Perlahan ia membuka matanya, dengan pandangan yang tidak begitu jelas. Diva berusaha menguasai keadaan sekitarnya.
“Nona Serena. Apa Nona baik-baik saja,” ucap Diva lirih, nada bicaranya masih lemah.
“Diva, kau sudah sadar. Biao panggilkan Dokter,” ucap Serena sambil melangkah mendekati Diva, “Jangan khawatirkan keadaanku Diva. Saat ini kau lah orang yang paling ku khawatirkan,” ucap Serena sambil menggenggam tangan Diva.
“Permisi Nona, ijinkan saya memeriksa pasien,” ucap seorang dokter yang di dampingi 2 orang perawat. Tangannya terlihat memeriksa beberapa bagian tubuh Diva, untuk memastikan keadaan Diva.
“Apa dia baik-baik saja, dokter?” tanya Serena khawatir
“Semua baik-baik saja Nona, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebaiknya anda jangan terlalu banyak bergerak dulu Nona. Karena luka tembakan itu belum terlalu kering. Saya permisi, Nona.” Dokter itu pergi, meninggalkan Serena dan yang lainnya di ruangan itu.
“Diva, maafkan saya. Karena saya jadi seperti ini,” ucap Serena lirih.
Dia terus saja menyalahkan dirinya.
Daniel terus memandang Serena.
“Tidak Nona, seharusnya saya yang meminta maaf pada Nona. Karena saya tidak bisa menjaga Nona,” ucap Diva lirih, “Angel,” ucap Diva saat matanya tertuju pada putri semata wayangnyanya itu.
“Dia sangat merindukanmu, Diva.” Luna memberikan Angel kepada Diva.
“Mama juga sangat merindukanmu, Sayang,” ucap Diva sambil memeluk Angel, air mata pun mulai menetes dipipinya. Rasa rindu yang selama ini ia simpan, kini terbayarkan saat ia bisa memeluk Angel kembali.
“Tuan, kita harus segera kembali. Hari sudah semangkin larut,” ucap Biao memecah keheningan kamar.
“Iya Nona, sebaiknya anda kembali pulang. Diva biar saya yang menjaganya disini. Diva sudah seperti saudara bagi saya.”
“Baiklah, kau harus segera sembuh Diva. Angel sangat membutuhkanmu.”
“Saya akan segera sembuh, Nona. Nona jangan terlalu mengkhawatirkan keadaan saya.”
“Baiklah, saya pamit pulang Diva. Hai Angel, tante pulang dulunya. Nanti kita akan berjumpa lagi.” Serena mendaratkan satu ciuman di kening Angel.
Memang sudah menjadi sifat Daniel, dia hanya diam dingin tanpa kata. Memandang dan memperhatikan yang terjadi disekitarnya. Diva bukan orang yang penting dan perlu dikhawatirkan bagi dirinya. Langkah kaki yang membuatnya kini berada di ruangan tempat Diva di rawat karena Serena. Daniel tidak ingin membuat Serena terus-terusan penuh tanya tentang keadaan Diva.
“Terima Kasih,” ucap Serena saat berada di dalam mobil.
“Hemm ....” ucap Daniel tidak semangat.
“Angel begitu lucu bukan, aku ingin memiliki anak yang lucu dan menggemaskan seperti Angel.” Satu kalimat yang tiba-tiba terucap dari bibir Serena, saat membayangkan Angel.
Kenapa dia harus berkata seperti itu.
Daniel memandang luar jendela.
“Apa kau menyukai anak kecil Daniel?”
Deg, Perkataan Serena berhasil membuat Daniel menjadi salah tingkah dan terlihat gugup.
“Aku, Aku tidak tahu Serena.”
“Tidak tahu? apa kau tidak pernah melihat anak kecil sebelumnya. Jangan-jangan, kau juga hanya mengenal satu wanita di dunia ini. Yaitu Mama.” Tawa Serenapun pecah.
“Hanya Mama dan kau wanita yang dekat dengan hidupku,” ucap Daniel singkat, dengan wajah dingin yang tidak tertebak. Apakah Daniel menyukai perkataan Serena atau tidak.
Deg...tiba-tiba detak jantung Serena berhenti, tidak tahu itu perasaan bahagia atau hanya kaget sesaat.
Kenapa suasananya jadi dingin begini.
Serena tertunduk diam.
Hanya keheningan yang muncul, perkataan yang dilontarkan Serena dan jawaban yang diucapkan Daniel cukup membuat suasana menjadi senyap.
Biao hanya bisa menggelengkan kepalanya, mendengar percakapan antara Serena dan Daniel.
Nona Serena sangat suka bercanda, Tuan Daniel masih selalu saja serius dalam perkataannya.
Biao menambah gas mobilnya, saat mereka mulai memasuki jalan yang sepi tanpa hambatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Handa Yani
Daniel... gunung 🗻
2022-07-05
0
Maryama Hamzah Hamzah
aaaaaaaaallllllll
2022-05-22
0
Ida Lailamajenun
Daniel ibarat kulkas dgn PLN on trus,nah klu kulkas nya dicabut dari saklar nya pasti es yg didlm lgsg cair.ada saatnya nanti Daniel cair Spt kulkas yg dicabut colokannya..
2022-04-26
0