“Apa Kau lelah?” Daniel melirik sebentar ke arah Serena, yang kini ada di samping tubuhnya.
Masih berkecambuk dengan perasaan marah dan kesal. Dengan kekuatan penuh, Daniel menyembunyikan semua itu. Ia tidak ingin, amarahnya naik ke permukaan.
Pesta baru saja selesai, ia tidak ingin memulai perang dengan Serena saat ini. Meskipun ia berpikir, kalau semua masalah ini murni 100% karena Serena.
Serena, Kau adalah orang yang bertanggung jawab atas semua yang terjadi.
Namun Daniel masih memiliki belas kasih. Pria itu tidak ingin membahas masalah itu di sini.
“Tidak!” jawab Serena singkat. Ia melepaskan genggaman tangannya dari Daniel.
Melihat tamu undangan yang sudah mulai sunyi, Serena memperoleh kebebasannya lagi. Ia tidak perlu lagi, bersusah payah menahan senyum agar tetap melingkar manis di bibirnya. Sikapnya yang seakan-akan bahagia berada di samping Daniel dan harus terus menggandeng tangannya, kini menjadi satu tindakan yang bisa ia tinggalkan.
“Aku rasa pesta ini akan segera berakhir dan Kau bisa pulang ke rumah lebih dulu. Tama yang akan mengantarkanmu pulang ke rumah.”
Daniel menatap ke arah dua pria, yang sudah berdiri tegap di belakang. Kedua pria itu menunduk hormat, saat menerima perintah singkat Daniel.
“Baiklah, Aku juga ingin istirahat. Dan ....” ucapan Serena terhenti saat melihat wanita paruh baya muncul. Wanita itu berjalan perlahan untuk menghampirinya.
“Serena, Mama sangat senang. Akhirnya Kau dan Daniel sudah resmi menjadi suami istri. Mama harap, kalian akan segera memberikan mama seorang cucu,” ucap Ny. Edritz santai dengan wajah yang sangat bahagia.
Impian besar yang selama ini memenuhi isi kepalanya, akan segera terkabul. Sosok cucu yang ia impikan, akan segera hadir di antara keluarga besar yang kini ia miliki. Senyum bahagia yang tulus itu, memang sudah sejak tadi ada di wajah Ny. Edritz. Sosok wanita paruh baya itu kini menyandang status sebagai mertua Serena.
“Ma! Kami baru saja sah menjadi suami istri, beberapa jam yang lalu. Bagaimana bisa Mama berpikir soal anak!” bantah Daniel dengan wajah kesal.
“Ya, mungkin tidak sekarang! tapi akan. Bukankah begitu, Serena?” balas Ny. Edritz kembali melirik ke arah Serena, yang hanya terdiam membisu.
“I-iya, Ma," jawab Serena terbata-bata. Wajahnya terlihat sangat gugup. Serena menunduk bingung.
“Serena sama sekali tidak keberatan. Memberikan Mama cucu, Daniel!” seru Ny. Edritz membela diri.
“Kemarilah Serena,” sambung Ny. Edritz lagi. Membuka kedua tangannya untuk memeluk Serena.
“Serena, sekarang kau adalah menantu Mama, istri dari putra tunggal keluarga Edritz Chen. Mama harap, kau bisa bahagia menikah dengan Daniel,” pinta Ny. Edritz dengan nada lirih.
Ny. Edritz terlihat meneteskan buliran air mata murni dari mata indahnya. Menghapusnya secara perlahan. Ia juga terlihat mengusap pelan punggung Serena.
“Serena sayang sama Mama ....” ucap Serena lirih, yang juga ikut meneteskan buliran air mata.
Suasana berubah haru seketika, saat keduanya sedang asik berpelukan untuk memahami keadaan masing-masing. Daniel justru memandang dengan tatapan kesal, dan memecah suasana haru itu.
“Ma! Serena akan segera pulang. Dia akan istirahat di rumah. Dia terlihat sangat lelah,” ucap Daniel pelan.
Daniel memasukkan tangan kanannya ke dalam saku celana. Membuang napasnya kasar.
“Benarkah? baiklah. Mama akan pulang bersama Serena.” Ny. Edritz melepas pelukannya dari Serena. Memandang ke arah Daniel.
“Daniel, Papa kamu sudah berkumpul dengan yang lainnya. Sebaiknya kau segera ke sana,” sambung Ny. Edritz.
Tanpa ingin membalas perkataan Ny. Edritz lagi, Daniel pergi meninggalkan kedua wanita itu. Langkahnya tertuju pada satu pintu besar salah satu ruangan yang terletak di ujung aula. Diikuti dengan dua pengawal pribadinya, Daniel melangkah dengan cepat dan pasti. Pria itu tidak lagi ingin, membalikkan tubuhnya ke belakang.
Meskipun pesta pernikahan telah berakhir. Namun Daniel tetap harus menemui beberapa orang penting. Membicarakan kerja sama perusahaan Daniel, dengan perusahaan besar lainnya.
Sementara itu, Ny. Edritz dan Serena melangkah pelan menuju ke arah mobil. Mobil itu sudah disiapkan, untuk pergi pulang ke rumah utama keluarga Ny. Edritz Chen.
Ny. Edritz melarang Daniel, untuk membeli rumah baru. Ny. Edritz mengerti, kalau saat ini Daniel belum menerima kehadiran Serena.
Pernikahan Daniel dan Serena, terjadi bukan karena Daniel dan Serena saling jatuh cinta. Pernikahan keduanya terjalin, karena rencana yang telah di atur oleh Tuan Edritz dan istri. Mereka sangat menyukai Serena, Serena adalah putri tunggal dari keluarga Wang. Putri dari teman sekelas, Tuan Edritz Chen di masa lalu.
Pernikahan besar dan megah itu, kini hanya sebuah cerita. Cerita yang baru saja terjadi, beberapa jam yang lalu. Tidak ada keinginan untuk merasakan bahagia dan menyambut kebahagiaan datang.
Rencana kedua orang tua Daniel, bukan satu keputusan tepat yang mereka ambil untuk hidup Daniel. Keputusan mereka berdua, justru membuat undangan. Satu undangan, agar masalah baru segera tiba di dalam keluarga Edritz Chen.
Besar harapan untuk melihat Serena dan Daniel hidup dengan bahagia. Namun itu hanya harapan kosong, yang tidak akan pernah tahu kapan bisa terkabul.
Keterpaksaan yang dirasakan Daniel dan Serena, memang membuat keduanya hidup dalam penderitaan.
“Apa kau bahagia, Serena?” tanya Ny. Edritz memecah suasana. Saat ini, keduanya sudah ada di dalam mobil.
“Kenapa Mama menanyakan hal itu? tentu aku bahagia. Meskipun aku dan Daniel belum saling mengenal. Tetapi aku yakin, kami berdua sangat bahagia atas pernikahan ini,” jawab Serena penuh kebohongan.
Serena masih menolak, untuk menceritakan keadaan yang sebenarnya pada Ny. Edritz. Serena memalingkan pandangannya ke luar jendela mobil. Ia ingin menutupi raut wajah sedih yang terpancar dari wajahnya. Bagaimanapun, ini hal yang sangat berat untuk ia hadapi sendirian.
“Serena, Mama harap kamu dan Daniel tidak marah dengan kami. Karena kami sudah menjodohkan kalian dan memaksa kalian untuk melakukan pernikahan ini.” Mata Ny. Edritz terlihat berkaca-kaca. wanita paruh baya itu memegang tangan Serena.
Serena hanya tersenyum, lalu memeluk wanita berstatus mertuanya itu. Saat ini, Ny. Edritz telah menjadi ibunya. Sosok ibu yang sudah menggantikan ibunya yang telah lama tiada. Serena sangat menyayangi Ny. Edritz, sejak pertama kali mereka bertemu. Kehadiran Ny. Edritz, membuat Serena merasa disayangi oleh seorang ibu.
“Daniel adalah putra kami satu-satunya Serena. Kami sangat menyayanginya. Mama harap, kamu bisa menyayangi Daniel seperti kamu menyayangi dirimu sendiri, Serena. Maukah kau berjanji, Serena?" pinta Ny. Edritz.
“Janji apa, Ma?” tanya Serena dengan raut wajah bingung.
“Jangan pernah tinggalkan Daniel, apapun yang terjadi. Belajarlah untuk mencintainya, Serena!" pinta Ny. Edritz pada Serena.
“Serena janji. Serena tidak akan pernah mengecewakan, Mama,” jawab Serena dengan penuh keyakinan meskipun ia tidak tahu, bisa atau tidak mengabulkan permintaan Ny. Edritz. Namun yang terpenting saat ini, ia tidak membuat Ny. Edritz menjadi khawatir.
Aku bahkan tidak tahu, perasaan apa yang kini ada di dalam hatiku, Ma.
Serena memandang Ny. Edritz dengan satu senyuman. Meskipun saat ini, hatinya ingin teriak kuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
.
rapih tulisannya Thor
2021-10-24
0
Aikha Aikha
cerita nya pas ga terlalu bertele tele ga terlalu cepat juga bagus banget aku suka thor
2021-07-18
0
Vita Pondaag
kacau nih....bakal seru...
2021-04-20
0