Tuan dan Ny. Edritz, baru saja tiba dirumah utama. Perasaannya kini sangat merindukan Serena. Setelah masuk ke dalam rumah, Ny. Edritz langsung berjalan menuju kamar Serena.
Ny. Edritz tidak mengetahui masalah yang telah menimpah diri Serena, raut wajahnya penuh bahagia. Dengan membawa sebuah paperbag berisi sebuah hadiah untuk Serena, Ny. Edritz sudah membayangkan bagaimana wajah Serena ketika menerima hadiah yang ia berikan.
Namun, belum sempat menaiki satu anak tangga. Ny. Edritz sudah dihentikan oleh Pak Han.
“Maaf Nyonya, tapi Nona muda tidak ada di rumah,” ucap Pak Han sambil menundukkan kepalanya
“Kemana Serena, Pak Han?” tanyanya bingung
“Nona pergi berjalan-jalan di taman bunga, yang tidak jauh dari rumah utama Nyonya.”
“Baiklah, saya akan kembali ke kamar. Beri saya kabar jika Serena telah tiba di rumah Pak Han,” ucap Ny. Edritz sambil melangkah menuju kamarnya.
Langkah Ny. Edritz terhenti, saat melihat mobil Daniel tiba. Beberapa mobil pengawal yang mengiringinya, juga berhenti di belakang mobil Daniel.
“Apa yang terjadi, kenapa Daniel meminta pengawal sebanyak itu untuk mengiringinya,” ucap Ny. Edritz penuh Khawatir.
Ny. Edritz mempercepat langkah kakinya, mendekati Daniel dan Serena yang baru saja tiba.
“Mama ....” ucap Serena sambil berlari memeluk Ny. Edritz. Lagi-lagi air mata menetes membasahi pipi.
“Apa yang terjadi Serena? kenapa kau menangis. Daniel?” sambil memandang ke arah Daniel dengan wajah penuh tanya.
“Sebaiknya kita bicara di dalam, Ma. Kita harus membawa Serena masuk,” ucap Daniel sambil melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga.
Ny. Edritz menuruti pemintaan Daniel. Ia merangkul pinggang Serena, dan membawa masuk ke dalam rumah. Ny. Edritz berjalan ke sebuh sofa.
“Ceritakan Daniel, apa yang terjadi,” ucap Ny. Edritz menagih penjelasan terhadap Daniel.
“Ada yang ingin mencelakai Serena, Ma. Satu pengawal kita tertembak. Satu pelayan wanita yang baru saja bekerja di rumah ini, juga tertembak dan berada di rumah sakit.”
“Apa!” ucap Ny. Edritz kaget.
Rasa khawatir yang selama ini ia takuti, kini telah terjadi. Rasa khawatir, ketika Serena kembali bertemu dengan masa lalunya. Satu masa lalu mulai muncul, Ny. Edritz semakin khawatir dengan keselamatan Serena.
“Kenapa kau pergi sendiri sayang, itu terlalu bahaya bagimu,” ucap Ny. Edritz sambil mengelus kepala Serena yang masih ada dipelukannya.
“Serena tidak tahu akan jadi seperti ini, Ma. Serena pikir semua akan baik-baik saja,” ucap Serena pelan.
“Daniel, kenapa kau biarkan Serena pergi sendiri keluar rumah?” ucap Ny. Edritz dengan nada tinggi.
“Daniel sudah menyuruh seorang pengawal untuk menjaga Serena, Ma,” jawab Daniel yang tidak mau disalahkan oleh sang ibu.
“Seorang kau bilang? Dan bagaimana hasilnya sekarang Daniel.”
“Maafkan Daniel, Ma,” tanpa ingin membantah perkataan sang ibu lagi, Daniel lebih memilih untuk mengalah.
“Sebaiknya sekarang kau ajak Serena ke kamar Daniel,” ucap Ny. Edritz sambil memandang wajah lelah yang terpancar dari Serena.
“Baik, Ma,” ucap Daniel sambil beranjak dari tempat duduknya, “Mari kita ke kamar sayang, kau harus istirahat,” ucap Daniel sambil mengulurkan tangannya di depan Serena.
“Serena ke kamar dulu ya, Ma,” ucap Serena sambil menyambut uluran tangan Daniel.
Serena dan Daniel, melangkah bersama sama menuju kamar. Sedangkan Biao yang menatap Ny. Edritz, merasa ada yang disembunyikan.
“Ny. Edritz seperti mengetahui sebuah rahasia besar. Namun ia coba menyembunyikannya.” Biao masih berdiri di samping Ny. Edritz bersama dengan Pak Han.
“Kalian boleh pergi,” ucap Ny. Edritz singkat.
Sambil membungkukan badannya untuk memberi hormat, Biao dan Pak Han pergi meninggalkan Ny. Edritz sendiri di ruang keluarga.
“Kenapa harus secepat ini, aku harus menyuruh orang untuk membereskan semua kekacauan ini. Pria itu tidak akan tinggal diam melihat Serena yang masih hidup.”
Entah rencana apa yang ingin dilakukan oleh Ny. Edritz. Tetapi untuk saat ini pikirannya dipenuhi dengan rasa khawatir. Karena bahaya yang mengintai Serena sudah berada di depan mata.
***
Di dalam kamar, Serena hanya diam tanpa kata. Setelah membersihkan diri, Serena duduk di atas sofa. Pikirannya masih saja terus memikirkan keadaan Diva.
“Apa yang kau pikirkan Serena?” ucap Daniel sambil duduk di samping Serena.
“Diva ….” ucapnya lirih.
“Kau masih memikirkannya?” ucap Daniel sambil menyandarkan kepalanya di sofa, “Malam ini kita akan menjenguknya”.
“Benarkah?” masih tidak percaya dengan perkataan Daniel.
“Tentu saja,” jawab Daniel singkat
“Terima kasih, Daniel.” Serena beranjak dari duduknya, dan memeluk Daniel dengan bahagia.
Deg, jantung Daniel seperti berhenti berdetak. Pelukan Serena seperti sebuah bom waktu, yang membuat detak jantungnya tiba-tiba berhenti dan tiba-tiba berdegub kencang. Tidak terlihat ada penolakan maupun menyambut pelukan Serena. Daniel hanya diam tanpa ekspresi.
Hal itu tidak sama dengan Serena. Ia merasa sangat senang, atas tawaran Daniel. Serena memeluk Daniel, sebagai ucapan terima kasih. Namun pelukan itu, tidak menggambarkan perasaan yang berbeda untuk Daniel.
“Kau bisa membuatku berhenti bernapas, jika terus memelukku seperti ini Serena,” ucap Daniel dingin.
Sekuat mungkin ia tutupi, perasaan nyaman yang kini mulai muncul dalam dirinya.
“Maaf ....” ucap Serena lirih sambil menundukkan kepala merasa bersalah.
“Kau tidak perlu sedih seperti itu Serena, mari kita turun dan makan malam. Setelah itu kita akan pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Diva,” ucap Daniel sambil beranjak dari sofa yang ia duduki.
“Daniel-” ucap Serena terhenti, “Terima Kasih,” lanjutnya lagi.
Daniel hanya memandang wajah Serena dan melangkah menuju ruang makan, Serena juga mengikuti Daniel dari belakang.
“Kau terlihat manis jika bersifat lembut seperti itu,” ucap Serena dalam hati.
Di ruang makan, Tuan dan Ny. Edritz belum terlihat batang hidungnya. Hanya Serena dan Daniel yang sudah duduk untuk makan malam.
“Pak Han, di mana mama dan Papa?” ucap Daniel yang merasa ada yang aneh, karena Ny. Edritz tidak pernah sekalipun telat untuk makan malam.
“Tuan dan Nyonya pergi keluar, Tuan. Nyonya menitipkan ini, untuk Nona Serena.” Pak Han memberikan sebuah paperbag, dan meletakkannya di atas meja.
“Apa ini?” ucap Serena bingung.
“Sebaiknya kau buka saja, dari pada penasaran seperti itu,” ucap Daniel
Serena kaget, ketika melihat isi dari sebuah paperbag itu adalah sebuah kaos kaki bayi.
“Daniel, apa ini milikmu?” ucap Serena sambil memegang sepasang kaos kaki bayi.
“Kau bercanda Serena, apa maksudmu itu milikku ketika aku masih bayi?” sambil mengernyitkan keningnya.
“Mungkin saja ini kaos kaki katurunan keluarga Chen,” ucap Serena polos, sambil mengingat cincin turun temurun keluarga Chen yang ada pada jari manisnya.
“Serena, segera selesaikan makan malammu. Kita akan segera berangkat ke rumah sakit,” ucap Daniel sambil melanjutkan makannya yang sempat terhenti karena Serena.
Untuk apa Mama memberiku sepasang kaos kaki bayi.
Serena masih bertanya-tanya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Tri Lestari
🤣🤣🤣
2022-10-27
0
Maia Mayong
baca ngulangg la. .. blm nemu jdul yg enk .
2022-09-12
0
Handa Yani
polos banget Serena...😁🤭
2022-07-05
0