Hari yang cerah berubah gelap. Malampun kembali tiba. Sejak sore tadi, Serena belum juga sadar.
Kabar Serena pingsan, juga sampai ke telinga Ny. Edritz. Rasa khawatir tiba-tiba muncul. Ny. Edritz kembali ke rumah utama untuk memeriksa keadaan Serena. Tibanya Ny. Edritz di rumah utama. Tempat yang paling utama ia datangi adalah kamar Daniel.
“Serena. Apa yang terjadi pada Serena Daniel?” Ny. Edritz berlari kencang, mendekat ke arah tempat tidur.
Daniel memandang wajah Ny. Edritz, “Mama, kenapa Mama bisa ada di sini?" ucap Daniel tidak percaya.
“Mama sangat mengkhawatirkan Serena. Apa dia baik-baik saja?” tanya Ny. Edritz.
“Serena baik-baik saja, kata Dokter dia akan segera sadar.”
“Benarkah? Apa hanya itu yang dikatakan Dokter?” tanya Ny. Edritz penuh selidik.
“Iya, Ma. Serena hanya kelelahan. Hingga ia jatuh pingsan,” ucap Daniel lagi.
Aku tidak akan mungkin memberi tahu Mama, kalau Serena pingsan karena tekanan yang aku berikan.
Daniel tidak pernah tahu, kalau yang kini dikhawatirkan Ny. Edritz adalah terbongkarnya amnesia Serena.
Mendengar percakapan antara Ny. Edritz dan Daniel. Akhirnya Serena mulai membuka matanya. Namun, kepalanya masih terasa sakit. Sambil memegang kepalanya yang sakit, Serena mencoba untuk duduk dari tidurnya.
“Serena, kau sudah bangun Sayang,” ucap Ny. Edritz dan membantu Serena untuk duduk bersandar.
Akhirnya, dia sadar juga.
Daniel menarik napas, dengan perasaan lega.
“Kenapa bisa seperti ini Serena? Ini ke dua kalinya kau pingsan bukan,” ucap Ny. Edritz penuh rasa khawatir.
“Serena ....” Sambil memandang ke arah Daniel yang terlihat tidak suka jika ia menceritakan yang sebenarnya terjadi.
“Serena, hanya terlalu capek, Ma,” ucap Serena lirih dengan tubuh yang masih lemas.
“Serena, sebaiknya kau selalu menjaga kesehatan. Mama sangat khawatir kepadamu. Mama akan segera pulang jika semua urusan telah selesai.”
“Iya, Ma,” jawan Serena sambil tersenyum.
“Daniel, Mama harus kembali menemani Papa. Perusahaan yang saat ini ditangani Papa, memiliki masalah yang besar. Jadi Mama harap, kau bisa menjaga istrimu dengan baik,” pinta Ny. Edritz kepada Daniel sebelum memeluk Serena, “Mama sangat menyayangimu, Serena.”
“Mama tidak perlu khawatir, Daniel akan menjaga Serena,” ucap Daniel sambil memandang ke arah Serena.
Hatiku merasa sangat nyaman dan tenang tiap kali Mama memeluk tubuhku seperti ini.
Serena tersenyum manis dan melepas pelukan Ny. Edritz.
Ny. Edritz beranjak dari duduknya dan pergi melangkahkan kakinya keluar kamar. Sebelum menutup kembali pintu kamar, Ny. Edritz kembali memandang Serena dengan penuh kekhawatiran.
Apa yang akan terjadi jika suatu hari nanti ia kembali mengingat semuanya.
Ny. Edritz kembali menutup pintu kamar.
Di dalam kamar, Daniel dan Serena sibuk mengalihkan pandangan. Rasa canggung mulai muncul di antara keduanya.
Serena yang tidak berani membuka pembicaraan duluan. Ia lebih memilih diam. Sedangkan Daniel yang masih merasa bersalah, juga memilih diam.
Keheningan mereka berdua pecah, saat Pak Han mengetuk pintu kamar.
“Masuk,” ucap Daniel singkat.
Pak Han langsung masuk ke dalam kamar dan memberi salam hormat kepada Daniel dengan membungkukan kepalanya.
“Makan malam sudah di siapkan Tuan. Anda ingin saya membawa ke kamar atau tidak.”
“Apa Mama sudah pergi?” tanya Daniel penasaran.
“Ny. Edritz sudah pergi, mengejar penerbangan malam ini, Tuan.”
“Siapkan makanan di kamar saja, Pak Han. Tubuhku masih terasa lemas,” ucap Serena memotong pembicaraan di antara keduanya.
Perutku terasa sangat lapar, ternyata aku terlalu lama tak sadarkan diri. Hingga hari sudah malam.
“Baik Nona. Apa Tuan ingin makan di kamar juga?” Pak Han memandang ke arah Daniel.
“Tidak, aku akan makan di bawah,” jawab Daniel singkat.
Mendengar perintah Daniel, Pak Han langsung beranjak pergi meninggalkan Serena dan Daniel di dalam kamar.
Pak Han segera memerintahkan beberapa pelayan, untuk mempersiapkan makan malam di meja makan dan di kamar untuk Serena.
Setelah Pak Han keluar dari kamar, Daniel pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara Serena hanya bisa berdiam diri di atas tempat tidur.
Rasa ingin mandi harus ia lupakan, karena tubuhnya saat ini masih lemah. Tiba-tiba Serena kembali mengingat kejadian tadi sore, yang membuat dirinya jatuh pingsan.
“Kenapa aku bisa menembak dengan begitu mudah?” ucap Serena pelan, “Mungkin hanya kebetulan. Lalu bayangan wanita yang membawa dua pistol itu siapa?”
Serena terus saja memaksakan diri, untuk kembali mengingat masa lalunya. Namun hal itu tidak pernah membuahkan hasil. Serena akan merasakan sakit yang luar biasa di bagian kepalanya.
Tanpa menunggu lama, pelayan telah masuk ke dalam kamar dan menyiapkan makanan untuk Serena. Daniel juga sudah keluar dari kamar mandi. Melihat Serena hanya duduk di atas tempat tidur, Daniel berjalan mendekati Serena.
“Apa kau baik-baik saja?” Daniel berdiri di samping ranjang.
“Aku, Aku ingin mandi tetapi tubuhku terasa lemah,” jawab Serena lirih.
Pernyataan Serena membuat Daniel menjadi bingung. Semua pelayan yang bekerja di rumah ini berjenis kelamin laki-laki. Hanya Ny. Edritz dan Serena wanita yang ada dirumah itu.
Bagaimana ini, aku tidak mungkin menyuruh pelayan untuk membantunya mandi.
Daniel masih diam melamun, untuk memikirkan cara agar Serena bisa mandi.
Kenapa dia mematung seperti itu. Bukannya ia ingin makan di bawah.
Memikirkan sesuatu tanpa menemukan solusi sedikitpun, Daniel langsung menggendong Serena dan membawanya ke kamar mandi.
“Hei, apa yang kau lakukan?” ucap Serena keras.
“Kau akan menyakiti telingaku jika teriak seperti itu. Aku hanya membantumu untuk membersihkan diri. Aku tidak ingin tidur satu ranjang dengan orang yang belum mandi,” jawab Daniel cepat sambil membawa Serena masuk ke dalam kamar mandi.
“Apa kau ingin aku membukakan bajumu juga,” goda Daniel yang melihat Serena hanya mematung di kamar mandi.
“Tentu saja tidak, kau bisa keluar sekarang,” ucap Serena pelan.
“Baiklah, aku akan menunggumu di sofa.” Daniel berlalu pergi meninggalkan Serena di kamar mandi.
“Untuk apa dia menungguku? Aku bisa berjalan sendiri pelan-pelan,” ucap Serena sambil memulai ritual mandinya.
Daniel masih menunggu Serena di sofa, mengambil sebuah handphone dari saku celananya. Jarinya memilih nama Pak Han sebagai orang yang ingin ia hubungi.
“Pak Han, siapkan 1 pelayan wanita untuk membantu semua keperluan Serena. Satu lagi, bawakan makan malamku ke kamar,” ucap Daniel singkat sebelum memutuskan panggilan teleponnya.
Pak Han diam sejenak. Ini pertama kalinya ia mendapat perintah dari Daniel, untuk membawakan makan malam ke kamar. Pak Han menyuruh pelayan untuk membereskan semua makanan yang ada di meja, dan membawa makanan ke dalam kamar lagi.
“Ini pertama kalinya, Tuan Daniel ingin makan di dalam kamar. Apa karena Nona Serena,” ucap Pak Han pelan
Di dalam kamar mandi, Serena telah menyelesaikan mandinya. Dia juga sudah mengenakan setelan piyama untuk tidurnya malam hari ini. Pelan-pelan ia langkahkan kakinya keluar dari ruang ganti.
Daniel melihat Serena yang baru saja keluar. Pria itu berdiri dan berjalan mendekati Serena.
“Apa kau sudah bisa berjalan sendiri?” tanya Daniel ketus
“Sudah,” ucap Serena pelan. Tidak sama seperti apa yang tubuhnya rasakan. Badannya mulai melemah ketika ingin melangkahkan kakinya menuju meja yang berisi makan malamnya.
Daniel yang melihat Serena, langsung sigap menangkap Serena agar tidak jatuh, “Selain menyebalkan kau juga sangat keras kepala,” ucap Daniel sambil membawa Serena duduk di atas tempat tidur.
Pak Han telah tiba di kamar, dengan membawa makan malam yang di minta Daniel.
“Bawa kemari makanan itu,” perintah Daniel.
Pak Han langsung berjalan mendekati Daniel dan memberikan sepiring nasi yang sudah berisi lauk pauk itu.
“Makanlah,” ucap Daniel sambil memberikan piring itu kepada Serena, Sementara Serena hanya diam mematung melihat perlakuan Daniel, “kau ingin makan atau tidak,” ucap Daniel lagi.
Kau terlihat manis jika bersikap lembut seperti ini Daniel.
Serena mengambil piring yang diberikan oleh Daniel.
“Pak Han, pergilah istirahat,” ucap Daniel pelan. Saat melihat Pak Han masih berdiri di ujung tempat tidur.
“Baik Tuan, pelayan akan mengambil piring setelah Tuan dan Nona makan. Ini obat yang harus di minum oleh Nona Serena.” Pak Han menyodorkan sebuah piring kecil berisikan obat.
“Saya akan meminumnya nanti, Pak Han ” ucap Serena sambil terus memakan makanannya dengan lahap.
Daniel duduk di sebuah kursi yang telah tersedia makanan di sana. Dia mulai memakan makanan malamnya sambil memandang ke arah Serena yang terlihat makan dengan cepat.
Apa dia kelaparan. Kenapa dia makan seperti itu. Dasar gadis bodoh.
Daniel melanjutkan makan malamnya. Walaupun sesekali masih melirik ke arah Serena.
Bukannya tadi ia bilang ingin makan di bawah, kenapa sekarang ia makan di sini juga. Dan kenapa ia terus memandangku seperti itu.
Serena mengambil obat yang telah disediakan Pak Han dan meminumnya.
Daniel dan Serena masih diam tanpa kata, mereka terus bergelut dengan pemikiran mereka masing-masing. Malampun semakin larut, Daniel dan Serena juga sudah mengambil posisi untuk tidur. Malam yang begitu melelahkan, bagi semua orangu
yang ada di rumah utama. Semua orang kembali dengan mimpi mereka masing-masing. Serena dan Daniel juga sudah mulai memejamkan mata.
Selamat tidur Daniel.
Ucap Serena dalam hati dengan senyuman manis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
😘😍 fans girl RAP LINE 😍😘
gak kebanyang kalo nanti ingatannya serena pulih😅😅
2022-05-28
0
Maia Mayong
bayangn it y dirimu serena
2021-12-17
0
.
keren ceritanya thor
2021-10-25
0