Kota Sapporo, Jepang.
Di salah satu hotel mewah kota Sapporo. Sedang di gelar sebuah pesta pernikahan mewah nan megah. Janji suci sepasang pengantin sudah diikrarkan. Suasana sekeliling berubah menjadi suka-cita.
Aula berukuran luas telah di hias dengan begitu indah. Bunga mawar putih menjadi pelengkap indahnya suasana.
Tamu undangan yang berasal dari kelas atas, juga sudah mulai memenuhi isi ruangan. Terdapat canda tawa di mana-mana.
Makanan dan minuman yang tersedia, telah tersusun rapi. Dengan jumlah yang lama-kelamaan, semakin berkurang.
Terdapat kebahagiaan di wajah setiap orang, saat menghadiri pesta pernikahan. Milik Keluarga ternama, Edritz Chen itu.
Serena. Wanita yang menjadi ratu di malam hari ini, terlihat tersenyum bahagia. Serena menyambut semua tamu undangan yang telah hadir. Gaun berwarna putih yang menyeret di lantai dan satu buah kalung berlian yang melingkar di leher jenjangnya, membuat penampilannya cukup sempurna.
Satu mahkota kecil yang mewah, terlihat menghiasi rambut ikalnya yang berwarna kecoklatan. Tangannya melingkari lengan seorang pria, yang kini telah sah menjadi suaminya beberapa jam yang lalu.
Daniel, yang berperan sebagai sosok pangeran. Mendampingi Serena, di atas pelaminan malam itu. Sekilas, Daniel terlihat bahagia. Dengan mengenakan setelan jas berwarna putih, sapu tangan berwarna emas terselip di saku jas miliknya.
Daniel terlihat serasi dengan Serena. Pasangan yang sempurna, yang terlihat bahagia di malam ini.
Namun, hal itu tidak sama dengan perasaan yang terukir di dalam hati keduanya. Hati yang penuh tanya dan kebimbangan yang begitu rumit.
Senyum kebohongan yang terukir indah, telah berhasil mereka ciptakan, untuk membodohi siapa saja yang memandang mereka. Hati penuh luka dan rasa terpaksa. Perasaan itu memenuhi isi kepala keduanya. Sebelum maupun sesudah mereka berdiri di atas pelaminan itu.
Masih di lokasi pesta yang sama. Seorang wanita cantik dan modern, mengenakan long dres berwarna hitam. Gaun itu di balut dengan beberapa mutiara di bagian dadanya. Penampilannya yang seksi, membuat siapa saja kagum dan terpesona melihatnya. Penampilan dirinya menjadi sorot semua tamu undangan, setelah Serena. Namun, matanya yang tajam terlihat menatap dengan tatapan ingin membunuh.
Rasa cinta yang begitu besar dan tulus di dalam hatinya, hanya untuk sosok pengantin pria yang ada di pesta besar itu. Namun, perasaan itu tidak sama dengan pria yang ia cintai. Sonia sangat mencintai Daniel. Kabar pernikahan antara Daniel dan Serena telah membuat dadanya sakit dan tidak lagi terobati.
Harapannya untuk hidup bersama Daniel, telah kandas detik ini juga. Sonia hanya bisa menahan rasa sakit dan air mata yang akan segera jatuh di pipi indahnya saat ini. Pemandangan yang ada di hadapannya, membuat Sonia berubah. Menjadi seorang wanita yang penuh dendam dan amarah. Tidak ada lagi senyum ramah dan tulus yang terpancar. Semua hilang seketika, dari bibir manisnya.
Kau tidak akan pernah bahagia Daniel, akulah wanita yang pantas berada di sampingmu malam ini! bukan wanita murahan itu.
Umpatnya dalam hati. Sonia menggenggam satu gelas kristal yang berisi minuman. Matanya terus memandang ke arah sepasang pengantin, yang kini masih menyambut para tamu undangan.
Tatapan matanya tidak teralihkan sedetikpun. Sonia terus memandang Daniel, yang kini tersenyum lebar saat menyandang status sebagai suami Serena.
Awas saja kau!
Ancamnya lagi dalam hati.
Seorang pria mengenakan pakaian formal, berjalan mendekat ke arah pelaminan. Dengan satu senyuman bahagia, pria itu menghampiri Daniel dan Serena.
“Selamat, Daniel. Aku tidak pernah menyangka kau telah menikah!” ucap Aldi yang merupakan salah satu tamu yang turut hadir dalam pesta pernikahan itu.
Bukan hanya tamu, tapi Aldi adalah sahabat Daniel sejak lama. Kedekatan yang tidak di sengaja menimbulkan status persahabatan di antara keduanya.
“Terima kasih, Aldi!” jawab Daniel dengan senyum yang penuh arti.
“Dan ... Nona Serena. Selamat! kau terlihat sempurna malam hari ini. Kau wanita yang hebat. Karena berhasil membuat sahabat terbaikku ini manikahimu!” Aldi mengulurkan tangannya di depan Serena.
Serena hanya tersenyum melihat Aldi. Namun hatinya kembali sedih, tiap kali ia mendengar orang lain mengucapkan selamat.
Serena sibuk mengalihkan pandangannya dari Aldi, ke segala penjuru aula. Ia tidak ingin, Aldi menyadari kesedihannya saat ini. Ucapan selamat yang terucap dari bibir para tamu, berubah menjadi kata selamat atas mimpi buruk yang saat ini ia jalani.
“Aldi, aku harap kau menikmati pesta malam ini. Bersenang-senanglah,” ucap Daniel yang memecah keheningan saat itu.
“Baiklah! aku rasa, kehadiranku sedikit mengganggu di sini.” Aldi berjalan pergi meninggalkan Daniel dan Serena yang masih berdiri di sana.
“Apa dia temanmu, Daniel?” tanya Serena pelan.
Seperti berat untuk berkata dan menjawab pertanyaan Serena. Daniel hanya mengangguk pelan, tanpa ingin memandang wajah Serena.
Apa Kau sangat membenciku Daniel, Kau tidak ingin memandang wajahku sejak tadi.
Pikirnya dalam hati. Serena menahan buliran air mata yang hampir terbentuk dan ingin menetes ke pipinya.
Aku sangat membencimu Serena! Kenapa Kau harus hadir di dalam keluargaku. Aku harus menikah secepat ini, sebelum aku sempat mengenal wanita, yang akan menjadi istriku. Bahkan Akuu tidak di tawarkan pilihan kedua sama sekali.
Daniel tidak ingin memandang Serena. Hatinya benar-benar benci kepada Serena.
Aldi melangkahkan kakinya, menuju ke arah Sonia. Sejak tadi, Sonia terlihat menahan tangis. Langkahnya semakin ia percepat, saat ia melihat raut wajah sedih itu.
"Kau baik-baik saja, Sonia?" tanya Aldi sambil menyodorkan selembar tisu kepada Sonia.
"Aku baik-baik saja, Aldi!" ketus Sonia bohong, sambil menerima tisu yang baru saja di berikan Aldi.
“Aku rasa air matamu bisa menjawab, kalau kau sedang berbohong Sonia. Apa kau mau aku antar pulang?" tawar Aldi dengan senyuman. Ia terus melihat wajah Sonia, yang diam membisu dan menahan tangis.
“Kau tidak perlu bersikap peduli seperti itu padaku Aldi! Aku sama sekali tidak terhibur dengan rasa simpatimu saat ini!” seru Sonia sambil menatap Aldi dengan raut wajah kebencian.
“Ayolah ... ini sudah sangat malam, Sonia. Aku akan mengantarkanmu pulang.” Menarik paksa tangan Sonia, menuju ke arah parkiran.
Aldi terus menarik Sonia untuk menjauh dari lokasi pesta dan berniat untuk mengantarnya pulang. Aldi adalah satu-satunya orang, yang mengerti perasaan kecewa, yang kini di rasakan oleh Sonia.
“Aku tidak ingin pulang!” teriak Sonia dengan suara serak bercampur air mata. Sonia melepaskan genggaman tangan Aldi, dari pergelangan tangannya.
“Apa kau bisa tersenyum bahagia ketika ada di dalam Sonia?” tanya Aldi masih menatap Sonia dengan wajah serius dan menahan marah.
Tanpa banyak kata, Sonia kembali mengikuti langkah Aldi. Tubuhnya terasa lelah, pernikahan Daniel membuat Sonia menjadi wanita yang paling menyedihkan di malam itu. Cinta bertepuk sebelah tangan, merupakan gambaran yang sangat pas untuk perasaan Sonia malam ini.
Tidak lagi ada senyum riang, yang biasa terpancar dari bibir manisnya. Senyum riang itu sudah terganti dengan satu senyuman licik, untuk merebut apa yang ia inginkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
favorit
👍❤🙏
2023-08-24
0
Alriani Hespiapi
saya mampir thor
2022-09-20
0
Maia Mayong
awal2 daniel smbong bnget . lma2 bucin
2021-12-17
0