Jam Sudah menunjukkan pukul 23.30. Namun Serena, masih belum bisa memejamkan matanya. Mimpi itu terus memenuhi isi kepalanya. Ia masih terus bertanya-tanya, tentang wanita dan pria itu. Hingga tanpa ia sadari, Daniel telah masuk ke dalam kamar dan duduk di sofa.
“Kenapa belum tidur?” tanya Daniel memecah lamunan Serena.
“Kau? kenapa kau ada di situ?” Serena terperanjat kaget, saat melihat Daniel telah ada di sana. Satu kamar dengan dirinya.
“Ini kamarku, kenapa kau menanyakan hal itu padaku!” jawab Daniel, dengan wajah marah.
Serena berdiri di hadapan Daniel, sambil menunduk.
Bo*dohnya aku. Kami kan sudah menikah. Dan ini kamar miliknya. Kenapa aku bisa memikirkan pertanyaan bodoh seperti itu.
“Ma ... maaf. Aku hanya kaget, melihat kau tiba-tiba muncul di hadapanku.” Serena membela dirinya, “Apa kau mau aku buatkan minum atau ....”
“Tidak usah! Aku akan mandi dan segera tidur!” jawab Daniel cepat sebelum melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi.
Dasar orang kaya, dia bersikap dengan sesuka hatinya!
Serena kembali naik ke atas tempat tidur. Menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Berlindung dari dinginnya malam.
Serena kembali ingat, kalau malam ini dia akan tidur bersama Daniel. Ia menarik selimut yang ada di bawah kaki, hingga menutupi lehernya. Matanya tidak lagi merasakan kantuk. Pikirannya membuat rasa kantuk yang ia miliki, pergi entah kemana.
“Awas saja kalau dia berani macam-macam padaku!” ucap Serena pelan, “Tetapi kalau dia memaksaku bagaimana? Kami sudah sah menjadi suami istri. Tidak tidak tidak, Aku tidak mau, tidak mau!” teriak Serena sambil memejamkan matanya.
“Apa yang tidak mau?” Tanpa ia sadari, Daniel sudah berada di sampingnya. Daniel bingung, saat mendengar kata terakhir yang di ucapkan oleh Serena.
“Hmmp... itu... hmmp....” Serena mulai berpikir, untuk menjawab pertanyaan Daniel.
“Apa?” Daniel menjatuhkan dirinya di atas ranjang yang sama dengan Serena.
“Kau?” teriak Serena lagi.
“Apa lagi? Kau ingin menyuruhku tidur di sofa?" tanya Daniel semangkin kesal.
“Baiklah, kau boleh tidur disini. Tapi jangan berani macam-macam!” ucap Serena mengancam.
“Apa kau pikir, aku akan menyerangmu malam ini?” goda Daniel.
“Awas saja kalau kau berani!” ancam Serena.
“Terus, kenapa kalau aku berani?" Daniel mendekati tubuh Serena, “Bukankah kita sudah menikah? dan kau sudah menjadi istriku, memang apa yang ingin kau lakukan jika aku memaksamu?” Daniel tersenyum penuh arti.
Serena terdiam tanpa kata, lidahnya sudah tidak dapat berkata lagi. Serena hanya menggenggam selimut, yang telah menutupi seluruh tubuhnya.
“Apa kau takut?” Daniel mulai mengerti raut wajah Serena saat ini.
“Ak... Aku... Aku....” jawab Serena terbata-bata, saat ini ia memang sedang sangat takut. Apa yang ia takuti akan terjadi.
Apa yang harus aku lakukan. Apa aku dorong saja dia, atau lari dan tidur di sofa, atau ....
Perkataan Daniel membuat Serena salah tingkah. Wajahnya juga semakin memerah.
Daniel terus memajukan wajahnya hingga wajah mereka berhadapan, “Jangan pernah bermimpi untuk tidur denganku. Karena kau sama sekali bukan tipeku. Mengerti!” Daniel mengancam Serena.
“Pernikahan ini tidak akan merubah apapun dariku. Aku tidak akan pernah menganggap pernikahan ini pernah terjadi. Jadi aku harap kau mau bekerja sama denganku.” Daniel kembali pada posisi awal.
“Bekerja sama?” Serena mengerutkan dahinya, menatap wajah Daniel. Menagih satu penjelasan.
“Iya, kita tidak saling mencintai. Pernikahan ini karena rencana kedua orang tua kita. Aku harap kita bisa bersikap, seolah-olah kita bahagia di hadapan semua orang.” Daniel mengatur posisi tidurnya.
“Baiklah aku setuju!” jawab Serena penuh suka cita, rasanya ia baru saja mendapatkan penawaran yang menyelamatkan kehidupannya.
“Tapi kau tenang saja. Aku akan memberikan fasilitas yang pantas kau dapatkan, sebagai istri Daniel Edritz," ucap Daniel penuh rasa bangga, “Pengawalku akan mengurus semua kebutuhanmu, mulai dari sekarang.”
“Apa aku boleh keluar rumah? maksudku, kau tidak akan mengurungku di rumah ini seharian. Dan tidak boleh melakukan apapun kan?” Serena menatap wajah Daniel.
“Bahkan jika kau ingin menemui kekasihmu, aku juga tidak keberatan. Karena hanya status yang harus kita jaga. Dan aku ingatkan padamu, jangan pernah berpikir kalau suatu saat nanti aku akan berubah pikiran dan jatuh cinta padamu,” ucap Daniel penuh percaya diri.
“Aku tidak punya kekasih. Mungkin aku akan menemukannya sebentar lagi,” jawab Serena dengan santai.
“Kau harus tahu batasanmu! Jangan pernah membuat malu keluarga besarku. Terutama Mama, jangan pernah menyakiti hatinya. Aku bisa melakukan hal buruk, yang tidak pernah terlintas di pikiranmu. Apa kau mengerti?” ancam Daniel dengan nada meninggi.
“Baiklah. Aku akan mengingat semuanya,” jawab Serena pelan. Serena kembali merasa takut dengan ancaman Daniel, “Apa kau memiliki kekasih? hingga kau harus meninggalkannya demi pernikahan ini?” tanya Serena dengan penuh rasa takut.
“Apa kau mau aku memulai hukuman pertama? hukuman yang pantas ku berikan, bila aku melihat pembakang sepertimu, berada di hadapanku!” Daniel kembali duduk dari tidurnya, menatap wajah Serena dengan dingin.
“Tidak! selamat malam dan selamat tidur!” Serena memiringkan tubuhnya, membelakangi Daniel yang masih memandang wajahnya.
Rasa takut yang ia rasakan, membuat Serena lebih memilih diam dari pada harus menjawab. Terbiasa mendapatkan kasih sayang, membuat Serena merasa takut. Wajah Daniel berubah menjadi seekor Harimau, yang siap memangsa musuhnya.
“Jangan pernah campuri urusan pribadiku dan urusan pekerjaanku. Apa kau mengerti? atau aku akan memberikan pelajaran menarik, yang akan membuat hidupmu menyesal. Karena sudah lahir ke dunia ini!”
Daniel memiringkan tubuhnya, dengan posisi yang berlawanan dari Serena.
Meskipun masih sangat jelas, mendengar perkataan Daniel. Serena lebih memilih diam, dan memejamkan matanya.
Malam pertama pernikahan Daniel dan Serena, di warnai dengan perjanjian dan ancaman. Hal itu berbanding terbalik, dengan apa yang di pikirkan oleh Ny. Edritz.
Di dalam kamar Ny. Edritz masih belum tidur. Pikirannya masih melayang dengan khayalan menggendong seorang cucu. Anak Daniel dan Serena, yang menjadi pelengkap kebahagiaan di antara mereka.
“Pa... bentar lagi kita akan menggendong cucu,” ucap Ny. Edritz kepada suaminya yang sedang tidur karena lelah.
“Ma.... mereka baru saja menikah. Sebaiknya kita tidur, ini sudah larut malam.”
“Mama sangat bahagia, Pa ....”
“Sudahlah, Ma. Sekarang yang harus kita pikirkan, bagaimana caranya agar Daniel dan Serena bisa saling mencintai.”
Tuan Edritz sangat paham, apa yang saat ini Daniel rasakan. Tidak terlihat wajah kebahagiaan sedikitpun, dari wajah Daniel. Semua yang ia lakukan, hanya demi kasih sayangnya kepada sang ibu.
Meskipun tidak memiliki kekasih, namun Daniel tidak pernah memiliki pemikiran akan menikah secepat ini. Apa lagi dengan wanita, yang baru dua kali ia temui. Di saat bertunangan dan pernikahan. Semua ia serahkan dan ia percayakan, kepada sang ibu yang sangat ia cintai.
Tanpa menjawab pertanyaan sang suami, Ny. Edritz memejamkan matanya untuk ikut tidur. Ny. Edritz tidak ingin terganggu, dengan apa yang baru saja di ucapkan suaminya. Meskipun semua yang dikatakan, adalah satu kebenaran. Tetapi Ny. Edritz percaya, Daniel akan mencintai Serena. Dan kelak, akan memberikan dirinya seorang cucu.
Suasana malam, di rumah utama sangat hening. Embun pagi juga mulai menetes membasahi dedaunan yang melekat pohon. Malam yang sangat melelahkan telah terlewati. Semua penghuni rumah sudah lelap, dengan mimpi mereka masing-masing. Kecuali para penjaga, yang memiliki tugas malam untuk memastikan keamanan seisi rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
awas Daniel nanti bisa kemakan omongan sendiri loh..
2022-04-26
0
Riyanti
klo nanti.. serena beberan menemui kekasihnya, lu jgn marah ya daniel dan jgn nyesel 😂
2022-01-17
0
Maia Mayong
knp novel dawal crta psangn slu cuek , kasar , sesuka hti ny , pdhl nrr lm2 bucin . tp mw si laki yg cuek it hrus dbri pljrn , gak slma ny awl crt mndrta lma2 bucin . mw ny serena kmbli ma zeroun biar danietau rasa ny
2021-12-17
0