Siang sudah berganti menjadi malam. Suasana di rumah utama terlihat begitu tenang. Perginya Tuan Edritz dan istri, untuk urusan pekerjaan membuat Serena merasa sendiri.
Sepi... Aku melihat banyak orang di rumah ini. Tapi tidak seorang pun yang aku kenal. Pelayan-pelayan itu, tiap kali aku ajak bicara. Mereka bukan menjawab justru seperti menghindar.
Serena masih melamun di sebuah sofa besar, yang ada di dalam kamarnya.
Terdengar seseorang yang memanggil Serena, dari balik pintu kamarnya.
Serena melangkahkan kakinya pelan, menuju ke sumber suara. Dari balik pintu, seseorang terus saja memanggil namanya.
“Pak Han?” celetuk Serena kaget.
“Makan malam sudah selesai nona. Apa anda ingin makan duluan atau menunggu tuan Daniel tiba dirumah?” tanya Pak Han penuh hormat.
“Saya akan makan, setelah Daniel pulang Pak Han,” jawab Serena pelan.
“Apa kepala Nona masih terasa sakit?” Pak Han kembali khawatir.
“Tidak Pak Han, saya sudah merasa lebih baik." Serena tersenyum manis, untuk menyakinkan Pak Han.
Aku tidak ingin, membuat isi rumah ini khawatir.
Serena menunduk sambil melamun.
“Baiklah Nona, anda bisa memanggil saya kapanpun anda butuh bantuan.”
Pak Han kembali menundukkan kepala, dengan hormat. Membalikkan tubuhnya, dan berjalan menjauh.
“Jam berapa Daniel pulang Pak Han?” teriak Serena.
Serena menghentikan langkah Pak Han. Hingga Pak Han, kembali memutar tubuhnya.
“Tuan Daniel sudah dalam perjalanan pulang, Nona.”
"Baiklah. Saya akan menunggunya pulang.”
Serena kembali masuk kedalam kamar. Menutup pintu secara perlahan.
“Aku tidak mungkin makan duluan, sementara pemilik rumah ini belum makan.”
Serena kembali memegang perutnya, yang terasa lapar. Serena terus saja, memperhatikan jarum jam. Sungguh satu penantian yang menyebalkan. Serena terus melawan kantuknya.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, Daniel dan para pengawal sudah tiba dirumah utama. Pak Han menyambut kedatangan Daniel. Seperti biasanya, Daniel duduk di sofa bawah, untuk melepas sepatu dan jasnya, di bantu oleh Pak Han.
Setelah selesai, Daniel melangkahkan kakinya menuju ke kamar, untuk membersihkan diri. Sementara Biao dan Tama, pergi menuju kamar mereka masing-masing.
Sejak menjadi orang kepercayaan Daniel. Tama dan Biao,di minta Daniel, untuk tinggal di rumah utama.
Di dalam kamar, Serena duduk di sofa sambil menonton TV. Ia duduk dengan gusar. Perutnya benar-benar sangat lapar.
“Kenapa dia lama sekali pulangnya, seharusnya aku tidak memikirkan dia. Aku makan saja duluan tadi.”
Serena sudah dipenuhi rasa kesal, melihat Daniel tidak kunjung pulang.
Suara pintu terbuka, Serena melihat ke arah pintu dengan wajah berseri-seri. Hatinya sungguh bahagia, ketika melihat Daniel telah pulang.
“Kau sudah pulang?” ucap Serena kegirangan.
“Apa begini caramu menyambut suami, yang baru pulang kerja?” ucap Daniel dingin.
Astaga, apa aku salah lagi.
Serena mencoba untuk mengulang perkataannya.
“Tuan Daniel, anda sudah pulang?” ucap Serena sopan.
“Jelas saja aku sudah pulang, kalau belum mana mungkin aku ada di sini,” jawab Daniel ketus dan berlalu pergi. Meninggalkan Serena untuk masuk ke kamar mandi.
Dasar wanita bodoh, dia sangat menyebalkan.
Umpat Daniel kesal. Kini dirinya sudah berendam di dalam bak mandi, yang telah disiapkan salah seorang pelayan.
Serena masih berdiri mematung. Menatap pintu kamar mandi dengan rasa kesal.
Apa dia tidak bisa, bersikap sedikit lembut padaku!
Serena kembali duduk di atas sofa. Berulang kali ia memandang ke arah pintu kamar mandi.
Setelah menunggu Daniel dalam beberapa menit, dengan penuh penderitaan. Akhirnya sosok yang ia tunggu keluar. Serena kaget, ketika melihat Daniel menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur.
“Anda tidak makan malam, Tuan?” ucap Serena dengan penuh hati-hati.
“Tidak, Mama dan papa tidak ada dirumah. Jadi aku tidak perlu mengikuti tradisi makan malam dirumah ini. Aku sudah makan di luar tadi.”
Daniel mengambil posisi nyaman dan memejamkan kedua matanya.
Sempurna! Aku dengan perut kelaparan menunggunya, dan sekarang dia bilang dia sudah makan.
Dengan kesal, Serena melangkahkan kakinya keluar kamar.
Daniel melirik kepergian Serena. Tanpa peduli, Daniel kembali melanjutkan tidurnya.
Di depan pintu kamar, Serena dikagetkan dengan kemunculan Pak Han. Ia sudah berdiri di depan pintu, dan ingin menemui Serena.
“Pak Han.” Serena menarik napas dalam. Mengelus dadanya karena kaget.
“Maaf Nona, saya ingin menyuruh anda untuk makan malam. Tuan Tama mengatakan kepada saya, kalau Tuan Daniel sudah makan malam di luar.”
Pak Han tertunduk dalam, dengan penuh rasa bersalah.
“Iya ... saya sudah mengetahuinya,” jawab Serena kesal.
Serena melangkahkan kakinya, meninggalkan Pak Han yang masih mematung di sana. Pak Han kembali mengikuti langkah serena.
“Nona, maafkan saya. Lain kali saya tidak akan melakukan kesalahan ini lagi.”
Langkah Serena pun terhenti, hatinya justru merasa bersalah kepada Pak Han.
Tidak seharusnya, aku bersikap seperti ini kepada Pak Han. Bukankah aku marah pada Daniel.
Serena kembali membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Pak Han.
“Tidak Pak Han, saya tidak menyalahkan anda. Saya hanya sedikit lapar saja.” Serena kembali memegang perutnya.
“Sekali lagi maafkan saya, Nona. Seharusnya, saya mencari tahu lebih dulu. Apakah Tuan Daniel sudah makan atau belum,” ucap pak Han lagi, membungkukan tubuhnya dengan hormat.
“Pak Han. Apa anda bisa untuk tidak selalu mengucapkan kata maaf. Anda sama sekali tidak salah dan saya sama sekali tidak marah pada anda,” jawab Serena frustasi, “Baiklah, kalau memang Pak Han terus merasa bersalah. Pak Han akan saya hukum,” ancam Serena dengan senyuman licik.
“Apapun hukumannya, akan saya patuhi, Nona.”
Pak Han sudah siap menerima hukuman itu, dengan penuh keikhlasan.
“Benarkah?” Wajah liciknya sudah mulai terpancar.
Tanpa menjawab, Pak Han hanya membungkukan kepalanya. Pertanda ia setuju menerima hukumannya.
“Temani saya makan malam, Pak Han,” ucap Serena mantap.
“Tapi Nona ...." Pak Han tertegun kaget, wajahnya mulai terlihat panik.
“Pak Han, anda sendiri yang bilang akan mematuhi hukuman yang saya berikan. Ayo kita segera makan, saya sudah sangat lapar.”
Serena kembali melanjutkan langkah kakinya, menuju ruang makan yang terletak di lantai bawah.
Nona muda, anda sungguh memiliki hati yang sangat baik. Ny. Edritz tidak salah memilih anda sebagai istri dari tuan Daniel.
Pak Han menggeleng sesaat, sebelum mengikuti langkah Serena.
Di meja makan. Serena kembali dikejutkan, dengan aneka menu yang telah di hidangkan. Sayur, Ikan dan Buah-buahan tertata rapi di atas meja. Serena kembali memegang perutnya dan menelan salivanya.
Ia ingin memakan semua makanan, yang ada di situ. Ini pertama kalinya ia melihat aneka makanan, memenuhi isi meja makan di rumah utama.
Tadi siang, Pak Han tidak membawa banyak makanan ke kamar. Ia hanya menghidangkan sepiring nasi yang lengkap dengan lauk, dan jus buah untuk makan siang Serena.
Sangat jauh berbeda, dengan makanan yang dulu pernah ia makan. Saat ia masih satu rumah, dengan Tuan Wang.
“Pak Han, apa saya boleh memakan semuanya.”
Serena ingin mencoba semua makanan yang tersedia. Pak Han menarik kursi untuk duduk Serena. Perlahan, Serena duduk di kursi itu.
“Silahkan Nona, semua makanan ini milik Nona.”
“Baiklah, ayok kita makan Pak Han,” ucap Serena penuh semangat. Serena memandang Pak Han sesaat.
Makan Seperti ini mengingatkanku sama papa. Kami selalu menghabiskan waktu makan berdua, di sebuah meja sederhana. Papa ... Semoga kau bahagia disana. Aku rela menjalani kehidupan seperti ini selama kau bisa bahagia disana
Serena memulai makan malamnya, sambil tersenyum manis memandang Pak Han.
Selama makan, Serena banyak melamun. Pikiran Serena terus melayang, ia kembali memikirkan proses pernikahannya yang begitu cepat terjadi. Satu pernikahan, yang tidak pernah terlintas di dalam pikirannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Nia Javadd
saran Thor kalo bisa isi hati para tokoh ga usah di tulis kebanyakan biar ga kayak sinetron
2023-01-09
2
Bubur Ketan
aih Danil gitu amat sama serena...
belum tau kalau nanti Serena di ambil orang...😁
2022-11-02
0
indah_kajoL
wow😁
2021-10-29
1