Mobil Serena dan Ny. Edritz baru saja tiba di halaman rumah utama. Para pelayan dan pengawal telah menyambut kedatangan Serena.
Pelayan itu mengenakan kostum putih biru dan para pengawal mengenakan jas berwarna hitam. Dua pengawal berjalan mendekati mobil, untuk membukakan pintu penumpang.
Memberi jalan untuk Ny. Edritz dan Serena turun dari mobil. Serena melangkahkan kakinya dengan hati-hati. Jantungnya terus berdebar, saat melihat sebuah rumah mewah yang ada di hadapannya. Rumah itu besar dan mewah seperti sebuah istana kerajaan.
Kenapa mereka membawaku ke sebuah hotel.
Serena memperhatikan rumah itu dengan seksama. Mendongak ke atas, memutarkan kepalanya.
Tunggu, ini bukan hotel. Apa ini rumah mereka?
Serena sudah dipenuhi seribu tanya.
Matanya terpesona melihat keindahan halaman depan rumah itu. Sebuah kolam ikan yang sangat luas, di hiasi miniatur air terjun dan rerumputan nan hijau. Serta bunga-bunga yang bermekaran berwarna-warni.
Terdapat lampu di sana-sini. Membuat suasana kolam ikan itu, menjadi begitu sejuk dan indah untuk dipandang.
“Serena, ayo kita masuk.” Ny. Edritz memecah lamunan Serena.
“Iya, Ma.” Serena menghentikan langkah kakinya, “Apa mereka tidak terlalu boros, membangun kolam ikan sebesar itu.” Serena masih menatap kagum, keindahan kolam ikan itu.
“Serena ....” ucap Ny. Edritz lagi.
“Iya, Ma." Serena melangkahkan kakinya perlahan. Serena masuk ke dalam rumah utama, milik keluarga Edritz Chen.
Di dalam rumah, Serena bertemu dengan sosok pria yang berdiri tegab. Pria itu tersenyum ramah, menyambut kedatangan Serena. Menunduk hormat, menyambut kedatangan Serena.
“Selamat datang, Nona.”
“No-Nona?” Serena mengulang perkataan pria itu. Menunjuk ke depan wajahnya.
Pria itu hanya tersenyum ramah, memandang Serena. Ny. Edritz tersenyum memandang Serena. Pria itu bernama Han. Ia merupakan kepala pelayan di rumah utama. Seisi rumah memanggilnya dengan sebutan pak Han.
“Pak Han, antar Serena ke kamar Daniel.”
“Baik, Nyonya!" sambil membungkukan kepala.
“Mama mau masuk ke kamar, ya Serena.” Ny. Edritz membalikkan tubuhnya dan berjalan cepat menuju kamarnya. Serena hanya memandang punggung Ny. Edritz dengan diam dan melamun.
“Mari, Nona Serena. Saya akan mengantarkan anda ke kamar Tuan Daniel.” Pak Han melangkah menuju tangga, untuk mengantar Serena menuju ke kamar Daniel.
Serena menatap wajah Pak Han, dan mulai mengikuti langkahnya. Serena terus memandang isi rumah yang luas dan megah itu.
Apa mereka tidak lelah, berjalan di dalam rumah yang luas seperti ini.
Serena terus memperhatikan sekeliling rumah itu. Ada beberapa pelayan yang berdiri di beberapa titik terpisah. Beberapa pengawal, juga terlihat berdiri diam tanpa ekspresi.
“Nona muda, anda bisa jatuh jika tidak melihat jalan.” Pak Han memecahkan lamunan Serena.
Serena menunduk ke bawah, dan mulai menyadari kalau dirinya udah menaiki tiga anak tangga.
“Eh, iya Pak Han.” Serena tersenyum gugup.
“Mari, Nona.” Pak Han tersenyum memandang Serena, dan melanjutkan langkahnya.
“Pak Han, jangan panggil saya dengan sebutan itu. Belum pernah ada yang memanggil saya seperti itu sebelumnya.” Serena menolak sebutan Nona, ia merasa sedikit aneh menerima sebutan itu.
“Maaf Nona, anda memang Nona muda saya. Anda istri Tuan Daniel, sudah sepantasnya saya memanggil anda dengan sebutan Nona muda.” Pak Han kembali tersenyum melihat tingkah Serena.
Bahkan waktu aku tinggal dengan papa, aku tidak pernah memimpikan rumah sebesar ini. Dan sekarang, ada orang yang memanggil ku dengan sebutan Nona muda. Ini semua seperti mimpi.
Serena menepuk kedua pipinya, untuk memastikan ini semua nyata.
Serena memandang Pak Han yang semakin menjauh. Serena kembali melangkahkan kakinya menyisiri anak tangga, mengikuti tujuan pak Han.
Serena memang gadis sederhana, dan tinggal di rumah sederhana. Serena tinggal berdua bersama papa yang paling ia sayangi. Ibunya sudah meninggal. Serena cukup bahagia tinggal berdua di rumah sederhana itu.
Kasih sayang sang ayah sangat tidak ternilai. Serena selalu di temani kemanapun ia ingin pergi. Dengan menaiki satu sepeda motor milik Ayahnya, Serena sudah cukup bahagia. Sesekali ia sempat iri dengan beberapa pengendara mobil.
Namun, hari ini hidupnya telah berubah. Serena hidup di dalam rumah besar dengan beberapa jenis mobil yang terparkir. Di kelilingi banyak pelayan dan pengawal, yang siap menerima perintahnya kapan saja.
“Nona, Kita sudah sampai.” Pak Han membuka pintu kamar berwarna putih keemasan, "Silahkan masuk, Nona. Anda bisa memanggil saya jika anda memerlukan sesuatu.” Pak Han tersenyum ramah.
“Terima kasih, Pak Han.” Serena melirik ke arah kamar.
“Sudah menjadi kewajiban saya Nona. Sebaiknya anda segera masuk dan membersihkan diri.”
“Tapi, saya tidak membawa baju Pak Han.” Serena kembali memandang dirinya, yang masih memakai gaun pengantin.
“Anda tidak perlu khawatir, Nona. Semua sudah dipersiapkan di dalam. Semua kebutuhan anda sudah tersusun rapi di dalam lemari.”
“Benarkah? baiklah kalau begitu, saya masuk dulu ya, Pak Han.” Serena melangkah masuk secara perlahan.
Pak Han menganggukan kepala dan tersenyum. Ia terus melihat Serena masuk ke dalam kamar hingga menutup pintu itu.
Nona muda sangat jauh berbeda dari Tuan muda, dia terlihat jauh lebih ceria di bandingkan Tuan Daniel. Semoga mereka bisa bahagia, menjalani pernikahan ini.
Pak Han melangkahkan kakinya meninggalkan kamar Daniel.
Di dalam kamar, Serena masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sebuah kamar yang besar dan tertata rapi. Tempat tidur yang begitu megah, dan jendela yang sangat besar.
Serena melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dilihatnya bak mandi yang indah, hingga membuatnya langsung ingin berendam di sana.
Setelah melepas semua pakaiannya, Serena langsung memanjakan dirinya di dalam bak mandi itu. Bak mandi itu, memang sudah di siapkan oleh para pelayan. Wewangian aroma terapi dari lilin yang ada di pinggiran bak mandi, hingga kelopak mawar merah telah menghiasi bak mandi itu. Serena menyandarkan tubuhnya, dan merasakan ketenangan di sana. Tubuhnya yang terasa lelah, kembali memiliki tenaga.
“Apa ini mimpi? kalau ini mimpi, aku tidak ingin bangun. Aku ingin tetap berada di mimpiku ini.” Serena mulai memejamkan mata, untuk menikmati aroma lilin terapi itu.
Serena larut ke dalam tidurnya, hingga ia bermimpi akan sesuatu yang aneh. Seorang wanita yang di kelilingi banyak bunga mawar, memeluk seorang pria dan tersenyum bahagia. Tapi, tiba-tiba bayangan itu menghilang.
Serena tersadar dari mimpi singkatnya. Suara ketukan pintu, mengalihkan pandangan matanya. Terdengar suara Ny. Edritz dari sana.
“Serena, Serena sayang. Ini mama, apa kau sudah selesai mandi? Apa kau baik-baik saja di dalam Serena.” Ny. Edritz semakin khawatir, saat Serena tidak kunjung keluar dari kamar mandi.
“Iya, Ma. Serena sudah hampir selesai.” Serena menyelesaikan mandinya, dan mengenakan pakaian ganti dari dalam lemari. Perlahan ia berjalan keluar, untuk menemui Ny. Edritz, “Ada apa, Ma? apa Mama sudah lama berada disini?”
“Serena, Mama sudah 1 jam berada di sini. Mama khawatir jika terjadi sesuatu padamu,” jawab Ny. Edritz penuh rasa khawatir.
“Maaf, Ma. Serena ketiduran tadi.” Serena menunduk dengan penuh penyesalan.
“Mama ingin memberikan ini.” Ny. Edritz memberikan Serena sebuah cincin.
“Cincin apa ini, Ma?”
“Ini cincin turun temurun keluarga Chen Serena, kau istri dari pewaris tunggal keluarga Chen. Kau berhak menerimanya.”
“Tapi, Ma ....”
“Mama akan memakaikan di jari manismu.” Ny. Edritz menyematkan cincin itu di jari Serena, “Kau memang pantas, menjadi nona muda di rumah ini. Cincin ini sangat cocok di jarimu.”
“Cincin ini sangat indah, Ma.” Serena terus menatap cincin, yang telah melingkar di jari manisnya.
“Serena, Sebaiknya kau segera istirahat.” Ny. Edritz menyelipkan rambut Serena ke belakang telinga.
“Iya, Ma.”
“Jangan menunggu Daniel, ia akan pulang larut malam. Karena dia harus mengadakan rapat penting dengan para investor. Mama harus segera kembali ke kamar. Sebaiknya kamu segera tidur Serena.” Ny. Edritz beranjak dari duduknya.
“Iya, Ma, Serena akan segera tidur.” Serena juga berdiri dan mengantarkan Ny. Edritz hingga depan kamar.
"Oiya, apa kau suka dengan pilihan Mama?” Langkah Ny. Edritz terhenti.
“Pilihan Mama?” Serena mulai mencerna pertanyaan Ny. Edritz.
“Baju dan semua perlengkapan yang sudah Mama sediakan di lemari.”
“Serena sangat suka, Ma. Mama terlalu banyak membelikan Serena baju. Serena tidak tahu, harus memakai yang mana. Semua bagus, Ma.” Serena tersenyum dengan perasaan sedikit gugup.
“Syukurlah, kalau kau suka Serena. Selamat tidur.” Ny. Edritz melangkah pergi dari kamar Serena.
“Selamat tidur, Ma.” Serena kembali masuk ke dalam kamar.
Apa aku kelamaan berendam hingga ketiduran dan bermimpi seperti itu? tapi, siapa wanita itu? dan pria itu. Kenapa sangat tidak asing.
Serena kembali mengingat mimpi yang baru saja ia rasakan. Serpihan masa lalu yang pernah terjadi dalam hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Hamokitsi Run
pdhl dku kamu jg kaya serena.. bhknjg seorng mafia.. ayoo taklukin Daniel
2022-06-06
0
Aira
tiba2 aku rindu sekertaris haan dn tuan saga❣️
2022-05-26
1
No Vha
otw baca 4x novel ini ga pernah ngebosenin
2022-03-07
0