Hari ini adalah hari minggu, Serena baru saja membuka mata dari tidur nyamannya. Perlahan ia bangkit dari tempat tidur. Serena melihat Daniel, yang masih tertidur disampingnya.
Dia sangat tampan,
Serena tersenyum memandang Daniel.
Hari ini aku ingin berjalan jalan ke luar. Aku akan merasa sangat bosan jika terus berada di dalam rumah ini. Selama bersama Papa, aku tidak pernah diijinkannya untuk pergi sendirian keluar rumah. Sekarang saatnya aku berjalan jalan seorang diri tanpa ada seorangpun yang melarangku untuk melakukan apa yang aku suka.
Serena menuju ke arah kamar mandi dengan penuh semangat. Ia sudah tidak sabar, untuk berjalan-jalan keluar rumah.
Beberapa saat kemudian, Serena sudah selesai mandi. Ia keluar dengan pakaian yang sudah lengkap. Serena melihat Daniel, sedang mengutak-atik hpnya. Menelepon seseorang, dengan wajah yang tetap dingin.
“Iya, Ma ... iya." Daniel mematikan teleponnya dan memandang ke arah Serena.
“Mau kemana?” Daniel memperhatikan penampilan Serena, dari ujung kaku hingga ujung rambut.
“Aku ingin berjalan-jalan ke sebuah mall, yang tidak jauh dari rumah ini,” ucap Serena pelan. Serena berjalan ke arah kemari, untuk mengambil sebuah tas.
“Oh ya? apa kau punya uang?” Daniel beranjak dari tidurnya, dan duduk di sebuah sofa. Dengan pakaian piyama yang masih melekat di tubuhnya.
“Aku ... aku tidak butuh uang untuk jalan-jalan. Biasanya aku hanya melihat-lihat saja,” ucap Serena dengan lugu.
“Dasar bodoh,” ucap Daniel ketus.
Daniel berdiri dan mengambil dompet. Daniel memilih beberapa debit card, melemparkan kartu itu di atas meja, “Ambil itu, pengawal akan menjagamu selama di luar rumah.”
“Pengawal? Aku hanya ingin pergi sendirian dan ....” Belum sempat Serena melengkapi kalimat yang ingin ia ucapkan, Daniel sudah lebih dulu memotongnya.
“Turuti atau jangan pergi,” ucap Daniel singkat dan berlalu pergi menuju kamar mandi.
“Kenapa dia bagitu menyebalkan.”
Serena mengambil kartu itu, memasukkannya ke dalam tas. Ia duduk di sofa, untuk menunggu Daniel selesai mandi.
Beberapa saat kemudian. Di meja makan, Daniel dan Serena sudah di sambut oleh Pak Sam dan Pak Han. Biao dan Tama juga sudah berdiri tegab, menunggu Daniel.
“Tama, hari ini kau temani Serena. Ia ingin berbelanja di mall dekat sini.” Daniel duduk di sebuah kursi, dan mengambil sebuah roti.
“Baik, Tuan,” ucap Tama sopan.
“Aku hanya ingin berjalan-jalan, bukan belanja,” jawab Serena pelan.
“Terserah,” balas Daniel ketus, kembali melanjutkan sarapannya.
Serena hanya diam. Ia juga mengambil sebuah roti, dan memberinya selai cokelat favoritnya.
Tanpa butuh waktu lama, Serena dan Daniel telah menyelesaikan sarapan mereka. Daniel beranjak dari tempat duduknya menuju ke ruang kerjanya.
Sementara Serena, berjalan ke arah pintu utama diikuti oleh Tama.
“Silahkan, Nona,” ucap Tama yang sudah membukakan pintu mobil. Tama mempersilahkan Serena masuk ke dalamnya.
“Terima kasih.” Serena masuk ke dalam mobil dengan senyum ceria. Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang.
“Apa Nona mau langsung jalan ke mall?” Tama melirik Serena dari balik spion.
“Tentu saja, ini hari pertamaku bisa keluar dari rumah yang besar ini,” ucap Serena kegirangan
“Baiklah nona.” Tama melajukan mobil itu, menuju ke sebuah mall terbesar yang ada di kota Sapporo.
“Tama, berjanjilah untuk tidak melarangku melakukan apapun yang aku inginkan,” ancam Serena dari kursi belakang.
“Saya tidak akan melarang Nona, jika hal itu tidak membahayakan diri Nona.” Tama tersenyum manis mendengar perkataan Serena.
“Aku tidak mungkin mencelakai diriku sendiri,” jawab Serena dengan wajah kesal.
Tanpa menunggu lama, mobil yang ditumpangi Serena kini telah tiba di sebuah mall. Gedung mall itu menjulang ke atas, sesuai dengan apa yang diinginkan Serena.
“Hari ini adalah hari minggu, mall ini akan dipenuhi dengan banyak orang Nona. Sebaiknya Nona tidak jauh-jauh dari saya Nona,” ucap Tama dengan penuh rasa khawatir.
“Baiklah, aku bukan anak kecil lagi. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, Tama. Jika aku terpisah darimu aku bisa pulang sendiri ke rumah itu dengan menggunakan taksi,” ucap Serena sambil melangkah masuk ke dalam mall.
Tama yang mendengar jawaban Serena, hanya bisa menggelengkan kepala. Kelakuan nona mudanya, sungguh sangat berbeda dari wanita kelas atas yang pernah ia jumpai.
“Tama, berapa lama kau bekerja dengan Daniel?” tanya Serena memecah kecanggungan di antara mereka.
“Sejak Tuan Daniel menyelesaikan kuliahnya, dan menerima warisan yang diberikan kepada Tuan Edritz, Nona," ucap Tama dengan sopan.
“Tama, sepertinya aku ingin memakan itu. Apa kau mau membelikanku,” pinta Serena dengan wajah penuh harap.
“Anda tidak berniat untuk kaburkan, Nona?” tanya Tama penuh rasa curiga.
“Hahaha... kau bercanda Tama. Atas dasar apa aku ingin kabur, aku juga tidak ingin membuatmu dalam masalah,” jawab Serena yang kini sudah duduk, di sebuah bangku yang telah disediakan.
Serena meminta Tama untuk membelikannya sebuah Cake. Cake favorit yang sangat ia sukai. Tamapun mempercayai Serena, dan pergi menuju ke tempat yang ditunjuk Serena.
“Ini pesanan anda, Nona,” ucap Tama sambil memberikan sebuah Cake Cokelat, dan kembali berdiri tegap di samping Serena.
“Tama, sebaiknya kau duduk di situ,” sambil menunjuk kursi yang ada di hadapan Serena .
“Saya akan berdiri di sini, untuk menjaga Nona.”
“Kau akan membuatku menjadi bahan tontonan orang, Tama,” ucap Serena sambil memperhatikan sekelilingnya yang dari tadi telah memperhatikannya.
Tidak memiliki pilihan lain, Tama menuruti permintaan Serena untuk duduk di hadapan Serena.
"Nona, ini kartu nama saya. Di situ ada nomor yang bisa anda hubungi jika nanti anda tersesat," ucap Tama sambil memberikan sebuah kartu nama.
"Baiklah, aku akan menyimpannya."
Setelah selesai makan, Serena kembali melanjutkan perjalanannya mengelilingi mall itu. Dengan perasaan senang, Serena memasuki semua toko yang ada di dalamnya.
Tanpa terasa, hari sudah hampir berganti gelap. Serena dan Tama sudah ada di dalam mobil untuk kembali pulang kerumah. Serena yang merasa sangat lelah, telah ketiduran di kursi belakang.
Semua yang ia beli hanya makanan yang selama ini ia impikan. Tama melihat Serena dari balik spion, ia hanya bisa menggelengkan kepala. Serena memang wanita yang sangat ceria. Serena juga mampu menguasai beberapa bahasa asing.
“Kau terlihat seperti bukan orang biasa, Nona,” ucap Tama sambil mengingat kejadian saat Serena menabrak seorang pria asing dan memakinya dengan menggunakan bahasa asing.
“Nona ... kita sudah sampai,” ucap Tama yang melihat Serena tertidur di bangku belakang.
“Nona ....” ulang Tama.
Serena mulai membuka mata saat mendengar suara Tama. Ia langsung sadar, kalau ia telah ketiduran di dalam mobil dan hari yang sudah berganti malam.
“Maafkan saya ... saya tadi sangat lelah,” ucap Serena sambil turun dari mobil.
Pak Han menyambut Serena dengan senyum ramah, “Apa anda mau saya siapkan makan malam Nona?”
“Tidak Pak Han, saya sudah sangat kenyang. Saya hanya ingin mandi dan beristirahat,” ucap Serena dengan wajah lelah.
“Baiklah Nona, selamat beristirahat.” Pak Han membungkuk hormat.
Serena berjalan menuju kamar, dengan tubuh yang sangat lelah. Di dalam kamar, Daniel tidak menampakkan batang hidungnya.
“Dimana dia, apa dia keluar,” ucap Serena sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
Saat ingin membuka pintu, Serena justru menemui Daniel yang juga ingin keluar dari ruang pakaian.
“Kau?” ucap Serena singkat.
Namun tatapan mata tajam Daniel, membuat Serena kembali mengulang perkataannya, “Tuan, apa anda sudah selesai mandi?” tanya Serena sambil tersenyum.
"Hmmmppp," gumam Daniel sambil pergi keluar kamar untuk menemui Tama dan Biao.
Tanpa mengharapkan jawaban atas pertanyaan yang ia lontarkan, Serena memilih untuk segera mandi dan beristirahat.
“Hari yang sangat menyenangkan. Aku tidak pernah merasakan bahagia seperti ini saat bersama papa dulu. Papa terlalu banyak melarangku. Mungkin karena dia sangat menyayangiku.” Serena sudah selesai mandi, dan berada di atas tempat tidur.
Daniel baru saja masuk ke dalam kamar, ia langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Matanya masih belum terpejam.
“Tuan, apa lain hari saya boleh pergi ke sebuah taman yang ada di pusat kota?” pinta Serena dengan penuh harapan.
“Bukannya aku sudah pernah bilang, kau boleh pergi kemanapun kau suka bahkan ....”
“Menemui pacarmu!” ucap Serena melanjutkan perkataan Daniel.
“Aku rasa kau semakin berani sekarang,” ucap Daniel yang mulai terlihat kesal atas perlawanan Serena.
Kenapa aku seperti ini. Aku selalu saja ingin melawannya, tiap kali ia ingin menindasku.
Serena diam untuk sesaat. Ia kembali mengukir senyum untuk menghadapi sifat Daniel.
"Maafkan saya, Tuan," ucap Serena frustasi, ia bahkan sudah menyiapkan tubuhnya untuk menerima hukuman yang akan diberikan Daniel.
“Kau tau kalau Mama tidak di rumah, aku bisa mencincangmu kecil-kecil dan membuangmu di kolam ikan,” ucap Daniel mengancam.
“Tidak Tuan, maafkan saya. Jangan hukum saya,” pinta Serena lirih.
Tanpa ingin berdebat dengan Serena di malam itu, Daniel memilih untuk tidur dan memejamkan matanya.
“Dia bahkan bisa tidur setelah mengatakan hal seperti itu padaku?” ucap Serena Pelan
“Kau mau tidur atau tidak. Aku akan melakukan, yang baru saja kukatakan.”
Tanpa banyak bicara Serena langsung menarik selimut dan mulai memejamkan mata.
Pernikahan yang baru berjalan 3 hari itu, terlihat tidak ada kemajuan. Daniel masih bersikap acuh terhadap Serena. Sedangkan Serena lebih memilih mengalah atas perkataan Daniel. Ia memilih untuk mematuhi, apa yang Daniel perintahkan. Meskipun di dalam diri Serena, tidak terpancar rasa takut sedikitpun terhadap Daniel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Rika_Faris
hmmmm..... wanita baik yg memaki orang asing yg menabraknya.... iuuhhhh...
2022-09-01
0
A..S..J
tunggu aja tgl mainya daniel ,,😏😏😏
2022-02-24
0
Wildan Abd
kayakx aku pernah baca karyamu ini thor🤔🤔tp lupa2 ingat....kl nggak salah nt tama meninggal yach thor???krn melawan penjahat
2022-02-07
0