2 Minggu sudah Serena menjalani status sebagai Nona Muda. Di rumah utama, keluarga Edritz Chen. Status itu membuat diri Serena, banyak mengalami perubahan.
Dari gaya rambut, maupun pakaian. Meskipun pilihan makeup sehari-hari yang ia pilih, masih terlihat sangat natural. Pak Han juga banyak membantu Serena, untuk menyesuaikan diri.
Pak Han banyak menjelaskan pada Serena, beberapa aturan penting yang wajib dipatuhi di rumah utama. Hal itu meliputi sarapan dan makan malam, yang memang wajib di lakukan di rumah utama. Beberapa jenis makanan kesukaan Daniel, dan beberapa hal yang tidak di sukai oleh Daniel.
“Pak Han, anda selalu memberi tahu hal-hal yang tidak di sukai oleh Daniel. Lalu apa yang ia sukai, Pak Han? Apa di rumah ini tidak ada satupun tempat, yang ia sukai. Seperti bersantai dan berenang?” tanya Serena sambil tetap memfokuskan pandangannya pada sekeliling rumah.
“Beberapa hal yang disukai oleh Tuan Daniel, hanya dia sendiri yang mengetahuinya, Nona. Bahkan Ny. Edritz sendiri tidak mengetahui, apa yang bisa membuat Tuan Daniel bahagia. Sikapnya selalu terlihat dingin, dan senyum yang terlihat sengaja ia ukir. Tidak pernah terpancar kebahagiaan yang berasal dari hatinya, Nona.” Pak Han tersenyum manis saat menjelaskan kepribadian Daniel pada Serena.
Saat berjalan berkeliling rumah, Serena mendengar suara tembakan. Serena terus mencari, darimana sumber suara itu datang.
“Apa itu?” Serena menghentikan langkah kakinya.
“Tuan Biao, sedang melatih beberapa pengawal rumah, Nona. Keselamatan orang yang tinggal di rumah ini, menjadi hal yang sangat penting. Setiap akhir bulan, semua pelayan dan pengawal akan berlatih,” jawab Pak Han.
“Apa aku boleh melihatnya?” tanya Serena lagi.
“Silahkan, Nona. Mari saya antar.” Pak Han berjalan pelan, membawa Serena ke halaman samping rumah.
Di sana Serena juga melihat keberadaan Daniel dan Tama. Keduanya masih fokus, pada pelatihan yang di pimpin oleh Biao. Biao memberikan contoh bela diri yang ia miliki, diikuti oleh para pelayan dan pengawal yang ada di sana. Daniel melihat kedatangan Serena. Pikirannya di penuhi rencana licik untuk mengerjai Serena.
“Serena, kemarilah,” teriak Daniel dari kejauhan.
Dia memanggilku? kenapa perasaanku menjadi tidak enak ya.
Serena masih diam mematung, di tempat ia berdiri bersama Pak Han.
“Serena!” ulang Daniel dengan menaikkan nada panggilnya ke level yang paling tinggi.
Dengan cepat, Serena melangkahkan kakinya untuk berlari mendekati Daniel, “Ada apa, Sayang!” goda Serena dengan senyuman terpaksa. Karena disaksikan banyak orang, Serena memanfaatkan situasi itu untuk mengerjai Daniel lebih dulu.
“Biao, bawa senapan itu kepadaku,” perintah Daniel.
Tunggu-tunggu, apa dia ingin menembakku karena aku memanggilnya dengan sebutan Sayang?
Serena mulai merasa khawatir. Ia terus memandang ke arah Biao yang berjalan menghampirinya.
Biao membawa beberapa senapan dan memberikannya kepada Daniel.
Kenapa datang kesini, Nona.
Biao memandang sekilas ke arah Serena. Hatinya di penuhi kekhawatiran. Biao sudah lama mengenal Daniel. Terkadang Daniel menggunakan cara yang tidak masuk akal, untuk memperoleh kebahagiaan.
“Tembak buah Apel itu, ini adalah hukuman pertamamu. Kau pikir kau sudah bebas apa dari hukumanmu waktu itu?” Daniel memilih satu senapan, memberikan senapan itu kepada Serena.
Pak Han dan Tama, tidak memiliki keberanian sedikitpun untuk membela Serena. Dengan tangan gemetar, Serena mengambil pistol yang disodorkan oleh Daniel. Di depan terlihat ada beberapa meja yang berbaris. Bauh apel telah tersusun rapi, sebagai sasaran tembak. Serena mulai mengarahkan pistol itu, ke arah buah apel yang ingin ia tembak. Dengan tangan yang gemetaran, Serena mencoba untuk menembaknya.
“Tembak!” teriak Daniel tiba-tiba, membuat Serena menembak ke arah lain dengan mata terpejam.
Daniel hanya tersenyum tipis, karena berhasil membuat wajah Serena menjadi ketakutan. Bagi Daniel, Serena sebuah tontonan yang menyenangkan. Ia merasa bahagia, melihat Serena dalam keadaan terancam.
Namun hal itu tidak sama dengan Serena, suara tembakan itu justru membuat sebuah bayangan kembali muncul. Bayangan seorang wanita, memegang dua buah pistol. Menembak ke beberapa orang dengan cepat dan tepat.
Tiba-tiba, tangan Serena kembali menarik pelatuk pistol itu. Serena menembak ke arah buah apel, dengan tepat sasaran. Tembakan itu terus ia ulangi. Semua tembakan Serena, tidak ada satupun yang meleset.
Hal itu membuat semua orang kaget, melihat aksi Serena. Daniel yang berdiri di samping Serena juga terlihat syok. Daniel memandang ke arah apel yang telah berhasil dilumpuhkan oleh Serena.
Kenapa dia bisa melakukannya!
Daniel memandang Serena, dengan tatapan tidak percaya. Apel itu berserakan, terkena tembakan dari tangan Serena.
Namun bayangan itu membuat kepala Serena menjadi sakit, kakinya mulai lemas. Semua yang ada di hadapannya tiba-tiba saja bergoyang.
"Kepalaku sakit," ucap Serena pelan sebelum Serena jatuh pingsan. Daniel yang kini berada di samping Serena, langsung menangkap tubuh Serena. Wajahnya berubah panik, saat melihat Serena tiba-tiba pingsan.
“Serena! bangunlah,” ucap Daniel berulang-ulang.
Dengan cepat, Daniel menggendong tubuh Serena. Berlari cepat dan membawanya masuk ke kamar, “Pak Han, panggil Dokter!” perintah Daniel yang sudah terlihat panik.
Pak Han segera menghubungi Dokter. Tama dan Biao mengikuti Daniel membawa Serena ke kamar.
Kenapa Nona Serena bisa menembak dengan tepat sasaran.
Biao tidak percaya, saat melihat aksi Serena menembak ke beberapa sasaran dengan tepat.
“Kali ini aku benar-benar yakin, kalau Nona Serena bukan wanita biasa. Ia bahkan bisa menembak apel itu dengan tepat. Bahkan Tuan Daniel tidak sehebat itu,” ucap Tama pelan.
Tidak butuh waktu lama, seorang Dokter telah tiba di rumah utama. Tatapan matanya ia pusatkan pada Serena, yang masih tidak sadarkan diri. Dengan beberapa alat, yang sudah ia siapkan. Dokter itu memulai pemeriksaannya, terhadap Serena.
“Nona Muda mengalami tekanan yang sangat berat, Tuan. Hingga kepalanya tidak kuat, untuk menahan dan membuat Nona jatuh pingsan. Mungkin Nona sering memikirkan sesuatu, yang membuat tekanan ini ada dikepalanya,” ucap Dokter itu.
Tekanan? Apa aku sudah sangat keterlaluan kepadanya selama ini.
Daniel berpikir sejenak. Ia kembali mengingat, perlakuannya selama ini terhadap Serena.
“Saya sudah membuat resep obat, Tuan. Saya permisi dulu,” ucap sang dokter sambil melangkah pergi meninggalkan kamar itu. Diikuti oleh Pak Han dari belakang.
“Kalian bisa keluar!” ucap Daniel singkat.
“Baik, Tuan,” ucap Biao dan Tama bersamaan. Keduanya meninggalkan Serena dan Daniel, berdua di kamar.
Di depan kamar, Biao dan Tama hanya bisa saling pandang dengan isi pikiran yang sama. Tidak ingin membuat satu kesimpulan dengan cepat, Biao dan Tama memilih untuk kembali melanjutkan pelatihan yang sempat terhenti.
Pandangan Daniel terus saja ia tujukan kepada Serena, yang masih memejamkan mata. Perasaan bersalahpun tiba-tiba muncul di kepalanya. Hingga tanpa ia sadari, tangannya telah menyentuh pipi Serena.
“Maafkan aku Serena! tidak seharusnya aku menyalahkanmu atas pernikahan ini." Daniel menutup wajahnya dengan tangan. Pikirannya terasa kacau atas kejadian yang hari ini menimpa Serena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Hamokitsi Run
🤣🤣🤣🤣🤣🤣syok khan lu bang
2022-06-06
1
Hamokitsi Run
hah.. Keciiiill itu Daniel.. liay ap kamu akn prcaya Serena bisaaa..🤣🤣
2022-06-06
0
Hamokitsi Run
hemm jngn coba2 atau kamu akan trkejutttt Daniel
2022-06-06
0