Hari ini adalah hari pertama Serena menjalani hidup sebagai istri Daniel Edritz Chen. Serena terlihat cantik dengan dres biru muda yang ia kenakan. Di depannya juga sudah ada Daniel, yang telah bersiap- siap untuk bekerja.
“Aku rasa tidak seburuk yang ku bayangkan,” ucap Serena yang terus memandang wajah Daniel.
“Apa kau mulai terpesona denganku.” Daniel melangkahkan kakinya keluar kamar.
“Terkadang kau terlalu percaya diri Tuan!” Serena mengikuti langkah Daniel menuruni tangga.
Di meja makan, Daniel dan Serena sudah di sambut oleh Tuan Edritz dan Ny. Edritz.
“Pagi Ma, Pa!” Daniel mengambil posisi duduk di meja makan.
Serena juga duduk di kursi, yang berada di sebelah Daniel.
“Mama senang, bisa melihat kamu bahagia Serena. Mulai sekarang kami adalah keluarga kamu. Kamu tidak akan pernah merasa sendiri lagi Serena.” Ny. Edritz tersenyum kepada Serena.
Kenapa perasaanku jadi terharu gini sih.
Serena sangat bahagia, bisa memiliki keluarga lagi. Setelah kepergian Tuan Wang, ia menjadi sebatang kara.
Suasana di meja makan, berubah menjadi hening seketika. Tidak ada yang berani berbicara, bahkan jika ada telepon berdering, juga tidak akan ada yang berani mengangkatnya. Rumah ini memiliki peraturan, untuk tidak berbicara saat makan sedang berlangsung.
Tidak butuh waktu yang lama, Daniel sudah menyelesaikan sarapannya. Sementara Serena, masih belum menghabiskan makanannya.
Serena menjadi panik, saat melihat Daniel sudah berdiri untuk berangkat ke kantor. Ia berdiri dengan cepat. Hingga tanpa sengaja, tangan Serena menyenggol susu yang ada di hadapannya. Susu itu tumpah, terkena jas hitam yang di kenakan Daniel.
Serena menutup mulutnya karena takut. Ia juga mengambil tisu, untuk membersihkan jas itu.
“Maaf ....” ucap Serena takut.
“Tidak masalah, Sayang. Aku bisa menggantinya dengan jas yang baru,” jawab Daniel dengan senyum tidak suka.
Beraninya kau merusak hariku, Serena. Awas saja kau!
Daniel membuang napasnya dengan kasar.
Kenapa aku bisa mengotori jas kerjanya. Aku yakin dia pasti sangat marah. Semoga saja dia tidak menghukumku.
Serena menunduk, dengan penuh rasa khawatir.
Tidak menunggu lama. Biao telah tiba, dengan jas yang baru saja ia ambil di lemari. Dia segera membantu Daniel untuk mengenakan jas itu. Biao memandang Serena, dengan tatapan mata yang tidak kalah tajam dengan Daniel.
Biao dan Tama adalah dua pengawal pribadi Daniel, yang memiliki sifat berbeda. Biao lebih serius, dan dia tidak segan untuk membunuh.
Sedangkan Tama, ia pria yang lebih sering tersenyum dan lebih memilih berpikir sebelum bertindak. Kedua pengawal Daniel telah melengkapi hidupnya.
“Serena, habiskan makanan itu,” pinta Ny. Edritz, saat melihat Serena hanya mematung di depan tempat duduknya.
“Sayang, aku pergi dulu ya!” Mengecup pipi Serena, “Siap-siap menerima hukuman pertamamu!” bisik Daniel di telinga Serena.
Serena langsung terperanjat kaget. Namun ia kembali sadar, kalau semua ini hanya sandiwara. Agar Ny. Edritz tidak mengetahui, apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Namun ucapan terakhir Daniel, membuat Serena kehilangan sebagian kekuatannya.
“Iya, Sayang,” jawab Serena dengan penuh penderitaan. Serena kembali duduk untuk menyelesaikan Sarapannya.
Kepergian Daniel di ikuti dengan Tuan Edritz. Tuan Edritz melangkah ke arah kamar. Serena hanya tersenyum bahagia, melihat keharmonisan kedua mertuanya itu.
“Sayang, ayo ikut Mama.”
Ny. Edritz membawa Serena ke halaman belakang. Di sana terlihat, beberapa pelayan yang telah berkumpul. Serena memandang orang yang ada di samping pak Han. Dengan pakaian serba putih yang ia kenakan, Serena sudah mengerti bahwa dia adalah seorang chef.
“Selamat pagi Nyonya dan selamat pagi Nona muda,” sapa Pak Han yang di ikuti semua pelayan yang ada disitu.
“Selamat pagi,” jawab Ny. Edritz dan Serena bersamaan.
“Serena, ini adalah Pak Han kepala pelayan di rumah ini. Kau pasti sudah mengenalnya 'kan, dia yang mengantarkanmu ke kamar tadi malam." Ny. Edritz menunjuk pria yang ada di samping Pak Han, "Ini Pak Sam, Koki yang akan memasak makanan apapun yang kamu inginkan.”
Ny. Edritz memandang ke arah Pak Han dan Pak Sam, “Pak Han, temani Serena berkeliling rumah,” perintah Ny. Edritz.
“Sayang, pagi ini Mama dan Papa akan berangkat ke luar kota. Ada urusan bisnis, dalam beberapa hari. Daniel sudah mengetahuinya. Semua kebutuhanmu akan di bantu oleh Pak Han,” ucap Ny. Edritz dengan wajah sedih, karena ia masih ingin berada di rumah ini bersama menantu kesayangannya.
"Iya, Ma, Serena akan sangat merindukan Mama.” Serena memeluk wanita paruh baya itu. Memejamkan matanya, sambil memikirkan sikap Daniel terhadapnya.
Apa yang akan dia lakukan, jika ibunya tidak ada dirumah ini. Rasanya ingin sekali aku mengatakan untuk ikut dengannya pergi.
Serena melepaskan pelukannya dengan Ny. Edritz.
Ny. Edritz meninggalkan Serena dengan Pak Han, yang masih berada di halaman belakang.
“Ini adalah Nona Muda kita, Nona Serena. Mulai sekarang bersikap sopanlah kepada Nona Muda kita. Tidak di benarkan, untuk berbicara yang tidak penting. Terutama kepada Nona Muda dan memandang wajah Nona Muda,” ucap Pak Han dengan tegas.
“Apa maksud anda Pak Han?” tanya Serena dengan nada meninggi, “Anda ingin, aku diasingkan di rumah ini?” Sambungnya dengan wajah kesal.
“Maafkan saya, Nona. Tapi pelayan di sini semua adalah pria. Memang tidak di benarkan untuk melakukan hal yang telah saya sebutkan,” jawab Pak Han sambil membungkukkan tubuhnya, “Mari, Nona. Saya ajak berkeliling rumah.”
“Tidak perlu, saya akan berkeliling sendiri. Apa rumah ini seperti sebuah kota, hingga orang yang ada di dalamnya bisa tersesat!" Serena melangkahkan kakinya meninggalkan pak Han.
Beberapa langkah kemudian, Serena mulai menyadari kemegahan rumah itu. Rumah utama milik keluarga Edritz Chen.
"Aku rasa rumah ini memang seperti kota . Tadi dari mana ya aku keluarnya. Terus ini ke arah mana?” Serena terus melangkahkan kakinya menuju ke arah kebun. Terdapat banyak buah-buahan yang siap panen di sana.
“Apel ... Papa selalu melarangku memakannya. Tapi, aku rasa tidak masalah jika hanya satu. Aku tidak pernah mendengar, kalau memakan satu buah apel akan jatuh sakit” Serena memetik satu buah apel dan memakannya di situ.
Namun tiba-tiba ....
Bayangan seorang wanita yang duduk di sebuah ruangan. Memakan apel dan membaca sebuah majalah. Seorang pria datang dan menanyakan sesuatu padanya.
Tapi, belum sempat Serena mengingat semua. Serena kembali merasakan sakit. Sakit yang sangat hebat di kepalanya. Semua terlihat berputar, kakinya kehilangan tenaga. Serena jatuh pingsan di kebun itu.
***
Di sebuah kamar, Serena mulai membuka mata. Mengembalikan ingatannya tentang apa yang telah terjadi. Hatinya mulai bertanya-tanya. Namun, saat itu Pak Han sudah ada di sana. Pak Han memberitahu semua yang telah terjadi terhadap Serena.
"Bukannya aku ada di kebun memetik Apel. Kepalaku kenapa sakit seperti ini." Serena memegang pucuk kepalanya.
“Apa anda masih merasa sakit, Nona? saya akan memanggilkan dokter untuk memeriksa kondisi anda,” tanya Pak Han penuh kekhawatiran.
“Jangan Pak Han, saya tidak apa-apa. Anda bisa meninggalkan saya sendiri sekarang,” jawab Serena sambil memegang kepalanya yang masih sedikit sakit.
"Baik, Nona."
Pak Han membungkuk hormat, sebelum pergi meninggalkan Serena. Menutup pintu kamar, dengan perlahan.
"Kenapa bayangan aneh itu selalu saja muncul. Sebenernya apa yang terjadi di masa laluku. Kenapa aku tidak bisa mengingatnya. Lalu kenapa hatiku merasakan, kalau milikku ada yang hilang. Apa ini alasan Papa, melarangku memakan buah apel. Kepalaku akan menjadi sakit, bahkan aku sampai pingsan."
Setiap kali bayangan masa lalunya muncul, ia tidak pernah berhasil untuk mengingat kejadian itu. Kepalanya justru semangkin sakit, dan ia sering tidak sadarkan diri.
“Andai saja Papa masih hidup. Serena sangat merindukan Papa.” Buliran air mata menetes di pipi indahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Rosalina Menge
iya deh nda mngerti
2022-03-14
1
Riyanti
Putri salju makan aple.. trus pingsan 😁
2022-01-17
0
LENY
ya kok ayahnya tuan Wang sdh meninggal aja jd agal sedikit bingung
2021-05-20
0