Mata kuliah kedua sudah berakhir, hari pertama yang melelahkan bagi Clara. Beruntung masih ada Violin yang mau berteman dengannya. Ia membereskan buku dan laptopnya.
"Apa kau tidak ada pelajaran tambahan?" tanya Violin.
Clara menggeleng. "Jadwalku hari ini hanya dua mata kuliah, bagaimana denganmu?"
"Aku harus ke kelas musik, jika kau tertarik kau bisa ikut denganku." jawab Violin.
"Aku memang tertarik pada musik tapi hari ini aku sangat lelah. Lain kali saja Vio."
"Baiklah, aku duluan ya. Oh ya, berhati hatilah disini. Kau sudah membuat bunga kampus tersinggung, laporkan saja langsung ke Dekan jika mereka mengganggumu." pesan Violin.
"Kau tenang saja, aku tak pernah takut dengan siapapun. Sampai bertemu besok."
"Dah..." ujar Violin seraya meninggalkannya.
Clara beranjak dari tempat duduknya, benar saja apa yang dikatakan Violin keempat wanita itu segera menghampirinya.
"Kau mau kemana jelek?" tanya Irma.
Clara bergeming, ia menghindari mereka.
"Apa kau tak punya telinga?" bentak Ully.
"Sepertinya kau mencari mati disini." sahut Tamara.
"Hentikan, kalian membuatnya takut." ujar Celia berlagak lembut. "Siapa namamu?" tanyanya.
"Clara." jawab Clara datar. "Bisakah kalian tak menghalangi jalanku."
Mereka semua tertawa. "Apa kau setakut itu pada kami?" ejek Irma.
"Aku tak pernah takut pada siapapun kecuali Tuhan dan orang tuaku." pikir Clara.
"Jangan terburu buru nona jelek, kau harus minta maaf dulu pada princess kami." kata Ully.
"Minta maaf untuk apa?" tanya Clara.
Irma mendorong Clara hingga terduduk, mereka semua mendekati wanita itu.
"Kau merasa tak bersalah setelah mengambil kursi princess kami, jika saja si tomboi itu tak membelamu, mungkin kau sudah kami hajar." ancam Tamara.
"Sejak kapan kursi kampus menjadi hak milik pribadi? Aku hanya tahu kursi itu kosong saat kalian belum datang." jawab Clara.
"Kau benar benar memiliki nyali yang tinggi, kau bahkan mampu menjawab ucapan kami. Hei kalian semua, keluarlah dari kelas." teriak Irma.
Seketika ruang kelas menjadi kosong, mereka semua benar benar mengikuti perintah wanita itu.
"Apa mereka geng, ini kampus. Mengapa masih ada orang orang seperti mereka?" pikir Clara.
"Lupakan soal kursi, aku hanya ingin bertanya padamu. Mengapa kau membuat pangeranku kesal?" tanya Celia.
Clara bingung, ia tak tahu apa yang ditanyakan wanita itu padanya.
"Mengapa kau tak menjawabnya, bukankah kau sangat pintar menjawab ucapan kami." bentak Ully.
"Aku tak mengerti apa maksudmu." jawab Clara.
"Kau mencoba kesabaranku, lihatlah penampilanmu yang jelek ini. Bagaimana kau bisa membuat pangeranku kesal? Apa kau masih tak mengerti?" bentak Celia.
"Pangeran apa? Siapa? Aku benar benar tak mengerti."
Celia mengambil kaca matanya. "Mengapa kau memakai barang barang bermerek seperti ini, apa semua ini palsu?"
"Tentu saja itu semua palsu princess, bagaimana ia mampu membeli barang barang bermerek. Lihat saja penampilannya, sangat menjijikkan." ujar Irma.
"Kembalikan kaca mataku." pinta Clara.
Celia menekan pipinya dengan satu tangan. "Jawablah pertanyaanku tadi, apa yang kau lakukan pada pangeranku."
"Aku bertanya siapa pangeran yang kau maksud, aku benar benar tak tahu. Ini hari pertamaku kuliah, aku tak mengenal siapapun kecuali Violin yang telah menyelamatkan aku." ujar Clara.
"Berani sekali kau menatap princess kami seperti itu." bentak Tamara.
"Aku memiliki mata, apa hak kalian mengaturku." bentak Clara.
Plaaaakkk...
Suara tamparan keras mendarat ke pipinya, Celia menampar pipi Clara dengan keras.
"Apa ini cukup untuk membuatmu sadar? Atau kau menginginkan lagi." ujar Celia.
Celia mengangkat tangannya lagi.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Jerry.
Jerry dan Given masuk ke ruang kelas, mereka bisa mendengar keributan dari luar. Bahkan mahasiswa mahasiswi di luar sedang menggosipkan mereka. Celia menarik tangannya lagi.
"Ada apa kalian kemari? Dimana pangeran Sam?" tanya Celia.
"Sam ingin bertemu wanita itu, apa kalian sudah selesai?" tanya Given.
Mereka saling bertatapan.
"Selesai atau belum, kami tetap harus membawa wanita itu. Sam sudah menunggunya." sahut Jerry.
"Kami sudah selesai, bawalah." kata Celia.
Mereka semua menjauhi Clara. Jerry dan Given menatap wanita itu, pipinya merah, terlihat bekas 5 jari disana. Wanita culun itu terlihat lumayan cantik tanpa kaca mata. Celia menyadari akan tatapan kedua pria itu, ia segera memberikan kaca mata Clara.
"Nona, ada yang ingin bertemu denganmu. Ikutlah dengan kami." ujar Jerry.
Clara menatap mereka dengan tajam. "Aku tak punya urusan dengan siapapun disini. Mengapa kalian melakukan pembullyan di kampus?"
Mereka semua terkejut, ini pertama kalinya ada seorang mahasiswi yang berani berteriak di depan Jerry dan Given. Alih-alih marah, justru Jerry dan Given tertawa.
"Ternyata wanita ini memiliki mulut yang tajam." ujar Given.
"Sayang sekali kami harus memaksamu nona." sahut Jerry seraya menarik tangan Clara.
*****
Mereka membawanya ke basecamp Samuel. Basecamp yang dimaksud adalah tempat beristirahat para pebasket, karena ketiganya memang atlit basket di kampus itu. Tapi untuk pertama kalinya, seorang wanita akan menginjakkan kakinya disana.
"Kalian ingin membawaku kemana?" tanya Clara.
"Kau akan tahu sebentar lagi." jawab Jerry tanpa melepaskan tangannya.
"Aku salah apa, aku bahkan tak mengenali kalian."
"Kau sangat berisik." kata Given.
Ketiganya sudah sampai di basecamp, Given membuka pintu itu lalu Jerry membawa wanita itu masuk.
"Aku akan berteriak jika kalian berbuat sesuatu padaku." ujar Clara, ia mulai ketakutan sekarang.
Suara bola basket yang dipantulkan ke lantai terdengar.
"Kami sudah membawanya bos." ujar Given.
"Siapa pria yang mereka panggil bos, dan apa hubungannya denganku." pikir Clara.
Samuel keluar untuk menemui mereka, Clara seketika terbelalak saat melihat pria itu. Pria yang ia lihat di kantin. Dan ia baru sadar kedua pria yang membawanya adalah pria yang bersama sama membuat keributan di kantin kampus.
Samuel menatap Clara dari atas sampai bawah. "Jadi kaulah mahasiswi pindahan itu yang berani mengabaikan keberadaanku."
Clara terdiam, ia tak tahu apa keinginan ketiga pria itu. Samuel mendekati Clara.
"Apa yang mau kau lakukan?" tanya Clara.
Samuel terpaku pada bekas 5 jari di pipinya. "Siapa yang melakukan ini? Jerry, Given... Apa kalian memukul wanita?" bentaknya.
"Tenang Sam, kami mana berani memukul wanita. Itu perbuatan kekasihmu Celia." jawab Jerry.
Samuel mengumpat. "Sejak kapan wanita itu menjadi kekasihku?"
"Aku hanya bercanda Sam, kau terlalu serius." ujar Jerry.
"Kami menjemputnya saat itu sudah terjadi." sahut Given.
"Dasar wanita jala**, berani sekali ia melakukannya pada wanita mainanku." ujar Samuel.
Clara mundur lagi. "Aku sama sekali tak mengenal kalian, jadi biarkan aku pulang sekarang."
Samuel tertawa. "Kau sangat gigih nona, penampilanmu akan membuat orang lain mudah membullymu. Aku Samuel Kelt, pemilik gedung kampus ini. Kau bisa bertanya pada siapapun siapa aku, karena kau berani mengabaikan aku tadi pagi, maka aku akan memberimu hukuman."
"Tadi pagi, aku tak mengerti." kata Clara.
Lalu akhirnya ia pun ingat saat berlari melewati ketiganya. Aura buruk yang ia rasakan adalah mereka.
Samuel menyunggingkan senyumnya. "Sepertinya kau mengingatnya."
"Aku terburu buru menemui Dekan, dan panggilan "Hei kau..." aku pikir bukan untukku karena aku memiliki nama."
"Wanita ini sangat menarik, walaupun ia sangat jelek tapi ia masih berani menjawab ucapanku. Ini pertama kalinya aku menemukan wanita seberani ini." pikir Samuel.
"Karena kau sudah mengingatnya, maka kau harus menerima hukumannya." ujar Samuel.
"Tapi apa kesalahanku? Aku tak mengenal kalian."
"Kau berani mengabaikanku, itulah kesalahan terbesarmu. Aku bisa mengeluarkanmu dari kampus ini jika kau tak mau mengikuti perintahku." ancam Samuel.
"Ini adalah kampus terbaik pilihan papi. Aku tak ingin mengecewakannya. Jika pria ini bilang pemilik kampus artinya ia putra dari sahabat papi. Dan itu akan lebih menyakiti papi jika aku berselisih dengan pria ini. Tapi apa yang mau ia lakukan padaku." pikir Clara.
"Hei...kau mengabaikanku lagi." bentak Samuel.
"Aku memiliki nama, bisakah kau berhenti memanggilku dengan "Hei"." jawab Clara kesal.
Samuel tertawa lagi diikuti Jerry dan Given. "Sangat menarik, wanita jelek yang mampu melawanku. Jadi kau pilih hukuman atau keluar dari kampus?"
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Clara.
"Siapa namamu?"
"Clara."
"Baiklah Clara, mulai besok kau harus menjadi pembantuku di kampus. Membawakan tasku, membelikan makanan, dan menyelesaikan tugas kampusku. Itu berlaku sampai satu minggu." ujar Samuel.
"Satu minggu, kau gila. Aku mau melakukannya satu hari." tawar Clara.
"Keluarlah dari kampus jika kau tak setuju." ancam Samuel.
Clara mengumpat. "Oke aku setuju, sekarang biarkan aku pulang."
Samuel meminta Given membukakan pintu untuk wanita itu.
"Dasar pria gila..." ucap Clara seraya meninggalkan mereka.
Tawa ketiganya meledak saat wanita itu sudah menghilang dari hadapan mereka.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
𝕸y💞Uʟғᴀ ིྀ༙࿐
sam sam kau terlalu merendahkan orang 🙄ingat air tenang bukan berarti dalamnya tak arus sekarang kau mengejek besok bisa jadi rasa kagum😒
2022-08-06
1
🍭ͪ ͩ𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ🍒⃞⃟🦅̈́
jangan bilang kamu suka Clara sam🤔
kenapa dg sam kenapa dia ngebet sama clara aneh
2022-08-06
1
𝕸y💞BL🏃♂️
sengaja ya bro
mau ngerjain wanita..
jangan terlalu berlebihan
kamu sendiri nanti yang terperangkap dalam mainan mu sendiri..
kenapa dikampus ada pembulian sih.. apa karena kamu pemilik jadi seenaknya jidat..
🤔🤔🤔🤔🤔😔😔😔😔😔
2022-08-05
2