Tawa ketiganya meledak saat wanita itu sudah menghilang dari hadapan mereka.
"Apa kau tidak keterlaluan padanya?" tanya Jerry.
"Wanita itu sangat menarik, aku suka mulutnya yang pedas itu." jawab Samuel. "Tapi aku tak suka apa yang dilakukan Celia padanya, kalian lakukanlah sesuatu untuk memberi pelajaran pada Celia dan gengnya." perintah Samuel.
"Mengapa kau sangat perduli Sam? Biarkan saja, itu urusan para wanita." ujar Given.
"Aku tak suka wanita mainanku di sentuh orang lain."
"Wanita itu sangat berani menjawab tapi saat di tampar, ia tak melawan sama sekali." kata Jerry.
"Apa satu lawan empat seimbang buatmu? Si culun itu cukup cerdas untuk mengalah. Apalagi ini hari pertamanya masuk kuliah." ujar Samuel.
"Kau benar, siapapun akan mengalah jika merasa terintimidasi seperti itu. Tapi kau harus tahu, Celia melakukan itu karena ulahmu." kata Given.
"Aku?"
Jerry dan Given mengangguk.
"Celia terus bertanya apa yang ia lakukan hingga membuatmu marah. Tapi sungguh malang, Clara memang tak mengenali pangeran yang ditanyakan padanya." jawab Jerry.
"Sialan, wanita itu terlalu mencampuri urusanku." umpat Samuel.
"Celia mengumumkan kepemilikannya Sam, kalian pernah tidur bersama. Bagi wanita itu, kau adalah..."
"Kau diamlah Given, kami sama sama mabuk. Malam itu sama sekali tak ada artinya buatku." potong Samuel.
"Oke...oke...aku salah..." kata Given menyesali ucapannya.
"Ikuti saja perintahku, buat Celia dan gengnya menyesali perbuatannya karena berani menyentuh Clara." ujar Samuel seraya keluar dari ruangan.
"Apa kau tidak merasa aneh?" tanya Given pada Jerry.
"Ini pertama kalinya aku melihat Samuel sangat perduli pada seorang wanita. Dan aku heran mengapa harus Clara, wanita itu terlalu jelek untuk Samuel." jawab Jerry.
Keduanya tertawa.
"Aku pikir Samuel hanya penasaran pada wanita yang mengabaikannya, ingatlah ia tak suka diabaikan siapapun." kata Given.
"Kau benar, kemungkinan hanya sebatas itu. Pria tampan seperti Samuel tak mungkin menyukai gadis seperti Clara. Aku saja merinding melihatnya." kata Jerry.
Keduanya kembali tertawa lalu meninggalkan ruangan basecamp mengejar Samuel yang lebih dulu meninggalkan mereka.
*****
Clara menghempaskan tubuhnya ke ranjang besarnya, hari yang sangat sial baginya. Selain mendapat tamparan, ia juga harus menjadi pembantu seorang pria yang tidak ia kenal.
"Haruskah aku mengatakan semua ini pada papi. Tidak... tidak... aku tak ingin membuat penyakit papi kambuh. Aku bisa mengatasinya sendiri." gumam Clara.
Clara mulai menghapus bedak kecoklatan dari wajahnya. Ia harus menutupi warna kulit asli wajahnya hanya untuk menghindari pria pria hidung belang di kampus, tapi ia justru terjebak dalam permainan tiga pria disana. Ia menekan tombol telepon yang menghubungkan ke ruang bu Lani.
"Ya non, apa mau makan sekarang?" jawab bu Lani.
"Tidak bu, aku masih kenyang. Aku hanya butuh es batu untuk kompres."
"Apa non Clara sakit, bu Lani antarkan ke rumah sakit ya atau bu Lani menelpon dokter Firdaus agar kemari."
Clara tertawa. "Aku baik baik saja bu, aku hanya butuh kompresan untuk wajahku yang kaku."
"Baiklah kalau begitu, bu Lani hampir jantungan."
"Terima kasih bu." jawab Clara seraya menutup teleponnya.
Beberapa menit kemudian, bu Lani mengetuk pintunya. Clara menutupi wajahnya dengan handuk kecil, ia takut bu Lani melihat bekas tamparan itu. Clara membuka pintunya sedikit dan mengambil alat kompresan itu.
"Aku akan tidur sebentar, siapkan makan malam saja bu. Siang ini aku sudah makan di kantin kampus." ujar Clara.
"Non baik baik saja kan, tidak makan mecin kan?" tanya bu Lani.
"Tenang saja, di kantin kampus ada food court khusus non MSG. Sangat aman bu."
"Syukurlah, kalau begitu selamat beristirahat non."
"Terima kasih bu." jawab Clara seraya menutup pintu kamarnya.
Clara mengompres pipinya, ia tak ingin ayahnya melihat wajahnya yang bengkak karena tamparan saat ia kembali ke rumah.
"Aku merindukan mami, apa yang akan mami lakukan jika putri kesayangan mami di tampar orang. Kalian bahkan tak pernah membentakku. Tapi aku justru membiarkan orang lain menyentuh pipiku. Jika saja mereka tak berempat, aku sudah menjambak rambutnya." gumamnya seraya meringis saat batu es menyentuh pipinya.
Setelah merasa sudah cukup, ia naik ke ranjangnya dan menarik selimutnya. Clara pun akhirnya tertidur dengan lelap.
*****
Sentuhan lembut pada wajah Clara samar samar terasa, tapi matanya sangat enggan terbuka. Dan akhirnya kecupan di keningnya membangunkannya. Clara membuka matanya perlahan dan mendapati ibunya sedang tersenyum cantik padanya.
"Selamat sore putri kesayanganku." sapa Velly Loman.
Seketika Clara terbangun dan memeluk ibunya. "Mami sudah kembali."
Velly terkekeh. "Kau sudah gadis tapi masih seperti anak anak. Mami bisa menyelesaikan pekerjaan lebih cepat, makanya sudah kembali. Bagaimana hari pertamamu kuliah sayang?"
"Tidak ada yang spesial, tapi aku sudah memiliki teman disana namanya Violin. Ia wanita tomboi yang cantik." jawab Clara.
"Tentu saja kau bisa dengan mudah mendapatkan teman, kau putriku yang sangat cantik."
"Mami, maafkan Clara." ujarnya ragu.
"Ada apa sayang? Mengapa kau minta maaf?" tanya Velly.
Clara mengambil ponselnya, ia memang mengabadikan penampilannya untuk ditunjukkan pada ibunya setelah wanita itu kembali.
"Siapa wanita ini? Mengapa penampilannya... Oh Tuhan, kau..."
Seketika Clara bergelayut manja. "Jangan marah mi, aku melakukan itu karena tak ingin menjadi pusat perhatian dan menimbulkan masalah."
Alih-alih marah, Velly justru tertawa terbahak-bahak membuat Clara kebingungan.
"Mami tak bisa membayangkan seperti apa penampilan jelekmu ini sayang. Dan bagaimana reaksi orang di sekitarmu?" tanyanya.
"Tentu saja mereka jijik, bahkan papi bilang menakutkan." jawab Clara.
Velly kembali tertawa. "Ya Tuhan, kau benar benar aneh. Orang jelek pun ingin menjadi cantik, tapi kau malah sebaliknya."
Clara kembali memeluk ibunya. "Aku menyayangi mami."
"Mami juga sangat menyayangimu Clara, sekarang bangunlah dan segera mandi. Sebentar lagi waktunya makan malam, papi juga sedang dalam perjalanan pulang."
"Siap bu bos." jawab Clara sambil memberi hormat membuat Velly kembali terkekeh.
"Tunggu sebentar." ujar Velly seraya membalik balikkan pipi Clara. "Ada apa dengan pipimu sayang, terlihat sedikit bengkak?" sambungnya.
Clara terkejut, ibunya memang sangat sensitif terhadapnya. Wanita itu selalu tahu jika putrinya tergores walaupun hanya seujung kuku saja.
"Aku tidur siang terlalu lama mi, mungkin karena posisi tidurku miring, jadi terlihat bengkak." jawab Clara berbohong demi kebaikan.
"Kau tidak sedang membohongi mami kan?"
Clara turun dari ranjangnya seraya mendorong ibunya agar keluar dari kamarnya. "Jika mami terus mengajakku berbicara, kapan aku akan mandi."
"Oke... oke... mami berhenti sekarang. Jangan terlalu lama berendam, kau bisa masuk angin."
"Iya, mami bawel sekali."
Velly menarik hidungnya dengan gemas lalu meninggalkan kamar putrinya. Clara menghela nafasnya.
"Hampir saja ketahuan, mami sangat sensitif. Aku senang ia sudah kembali dan tidak marah karena aku mengubah penampilanku saat pergi ke kampus. Malam ini pertama kalinya kami akan makan malam bersama. Aku benar benar bahagia." gumam Clara seraya masuk ke kamar mandinya.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
𝕸y💞Uʟғᴀ ིྀ༙࿐
kau kurang jeli menilainya jer tidak bisa membedakan mana bebek🦆 dan mana angsa🦢
2022-08-06
0
𝐙⃝🦜aya𒈒⃟ʟʙᴄ
kurain maminya bakalan marah liat penampilan clara eh mslah terbahak2,lucu kali ya liat penampilan anaknyw
2022-08-06
0
𝕸y💞BL🏃♂️
hore mami pulang
2022-08-05
1