Alamat yang diberikan Clara adalah kompleks elite di kota itu. Violin dengan motor besarnya menuju rumah Clara, ia benar benar seperti pria bukan wanita. Sesampainya di rumah Clara, Violin berhenti tepat di depan pintu gerbang yang tinggi itu.
"Wow... benar benar anak Sultan." gumam Violin. Ia turun dari motornya. "Permisi..." teriaknya.
Seorang security menghampiri dari balik pintu gerbang. "Cari siapa?" tanyanya.
"Maaf pak, apa benar ini rumah Clara Aldrey Loman?" tanya Violin.
"Benar, anda siapa?"
"Aku Violin teman kuliahnya." jawab Violin lagi.
Seketika security itu membuka pintu gerbang. "Silahkan non Vio, non Clara sudah menunggu. Biar pak Nazriel saja yang memasukkan motornya."
"Terima kasih pak Nazriel." jawab Violin seraya menyerahkan motornya. Ia masuk ke dalam rumah itu, halaman yang begitu luas sampai ia bingung pintu mana yang harus ia ketuk.
"Non Violin ya?" tanya seorang pria membuat Violin terkejut.
"Iya pak."
"Aku pak Syukur supir tuan besar, non Clara sudah menunggu, mari aku antar." ujarnya.
"Terima kasih pak Syukur, rumah ini terlalu besar sampai aku bingung." jawab Violin.
Pak Syukur hanya tertawa lalu membukakan pintu utama. "Masuk saja, nanti ketemu bu Lani".
"Baik pak, terima kasih sekali lagi." jawab Violin.
Pak Syukur mengangguk lalu menutup pintunya. Violin masuk sambil mengedarkan pandangannya kemana mana, ia sangat mengangumi interior rumah itu dan barang barang mewahnya. Ia juga memiliki rumah yang mewah di Bandung tapi tak sebesar dan semegah rumah Clara.
"Selamat malam non Vio, aku bu Lani. Silahkan non ikut ibu ke ruang santai." ujar bu Lani.
Lagi lagi Violin terkejut, ia menatap bu Lani ternyata wanita itu sudah separuh baya. "Selamat malam juga bu, maaf aku tak mendengar kedatangan bu Lani."
Bu Lani hanya tersenyum, lalu mengajak Violin ke ruang santai. "Non Vio tunggu saja, nanti non Clara turun dari kamarnya."
Violin mengangguk, ia duduk di sofa yang super empuk itu sambil menatap tangga tinggi yang seperti tangga kerajaan kerajaan besar. Tak lama suara langkah terdengar dari arah atas tangga, kaki cantik sedikit demi sedikit terlihat. Violin terbelalak dan mulutnya ternganga saat melihat wanita cantik turun dari sana bak putri raja, lebih tepatnya bidadari surga bagi Violin. Ia pun bisa seperti itu bagaimana jika seorang pria melihatnya.
"Vio..." teriak Clara seraya berlari kecil ke arahnya. "Vio...hei..." ujar Clara lagi saat temannya belum memberi tanggapan.
Violin menatapnya dari atas sampai bawah lalu memutar tubuh Clara. "Ini si culun yang duduk di sampingku di kelas."
Clara terkekeh. "Apa kau tak mengenali suaraku? wajah boleh beda tapi suara tak bisa dibohongi kan?"
"Tetap saja, ini benar benar 180 derajat. Bagaimana kau bisa begitu bodoh untuk menutupinya?" tanya Violin.
Clara akhirnya tertawa. "Bagaimana perjalananmu menuju kemari, tidak terlalu jauh kan?"
"Tidak jauh, tapi aku hampir pulang lagi. Pak Nazriel, security mu sangat galak." bisiknya.
Clara tak bisa berhenti tertawa. "Itulah gunanya security, tapi ia sebenarnya sangat baik."
"Memang baik setelah aku menyebut namaku, dan pak Syukur juga baik padaku. Tadi aku nyaris tersesat jika saja tak bertemu dengannya."
"Kau sangat berlebihan, ayo kita makan. Aku sudah sangat lapar." ajak Clara.
Violin mengangguk dan mengikuti Clara menuju ruang makan.
"Wow...ini ada jamuan besar. Siapa lagi yang akan datang?" tanya Violin.
Clara menggeleng. "Hanya kau dan aku."
"Kau gila nona Clara, ini sih bisa di makan satu kampung."
"Kau tamu pertamaku setelah kembali dari Jepang, jadi kau sangat istimewa."
"Kau benar benar gila." jawab Violin membuat Clara kembali tertawa.
Bu Lani menyiapkan makanannya bersama pelayan yang lain. "Ini makanan khusus non Vio, sebelah sini untuk non Clara tanpa penyedap. Silahkan menikmatinya."
"Terima kasih bu Lani." jawab Clara.
"Terima kasih bu." jawab Violin.
Keduanya mulai makan malam.
"Kemana orang tuamu?" tanya Violin.
"Perjalanan bisnis ke Samarinda." jawab Clara.
"Apa tak apa membawa orang asing masuk ke istanamu?"
"Kau temanku bukan orang asing, mereka sudah tahu. Mereka senang kau mau menemaniku disini."
"Aku lebih nyaman saat kau menyamar Clara, wajahmu yang sekarang terlalu menyilaukan." ejek Violin.
Clara tersedak. "Sialan..." umpatnya. "Apa kau naksir sekarang?" sambungnya.
"Ciiiih, aku bilang masih normal. Tapi jika aku pria, tentu saja aku akan bertekuk lutut padamu." jawab Violin.
"Syukurlah kau bukan pria, aku tak suka pria jelek." ejek Clara.
Kali ini Violin yang tersedak. "Hei... aku cukup tampan untuk menjadi pria."
Clara tertawa. "Kau sangat cantik Vio, mengapa kau bersikap seperti seorang pria. Aku yakin jika rambutmu panjang, maka kau adalah saingan terberatku."
"Ciiiih, tidak akan. Aku lebih nyaman seperti ini." jawab Violin.
"Baiklah, aku panggil den Vio saja." goda Clara.
"Maka aku akan membongkar penyamaranmu." ancam Violin.
Clara menjulurkan lidahnya. "Kau lebih curang."
Violin tertawa. "Rahasiamu lebih besar nona cantik."
"Sudah, sudah...kalian justru tidak menyentuh makanan karena terus berbicara." ujar bu Lani.
"Siap bu Lani, Clara akan diam."
Violin ikut mengangguk, keduanya kembali makan malam dengan tenang. Setelah selesai, Clara mengajak Violin langsung ke lantai 3.
"Ya Tuhan, apa kau tidak lelah naik turun." ujar Violin.
"Aku jarang turun kecuali untuk makan bersama dan keluar rumah, semuanya lengkap di dalam kamar. Jika aku sendirian, bu Lani atau pelayan yang lain akan mengantarkan makanan ke kamar. Jika aku butuh sesuatu juga tinggal tekan telepon yang terhubung ke dapur atau kamar pelayan." jawab Clara seraya membuka pintu kamarnya.
"Wah...luar biasa Clara, aku bahkan belum pernah melihat design interior seindah ini. Keluargaku memiliki bisnis properti tapi rumahnya tak seindah ini." kata Violin.
"Sebenarnya aslinya tak seperti ini, tapi mami sangat pintar soal design, ia yang mengubah semuanya. Mami juga sangat pintar memilih barang barang ini, semuanya bukan dari lokal. Ia membelinya dari luar negeri."
"Mami mu pasti sangat cantik dan lembut." ujar Violin.
"Tentu saja, lihatlah putrinya. Buatlah dirimu nyaman, kau bisa melihat album foto keluargaku di lemari itu. Jika kau menyukai sesuatu disini, kau boleh mengambilnya." kata Clara.
"Kau sangat narsis. Kau pikir aku orang seperti itu, aku tak suka banyak barang di apartemenku. Karena aku tak ingin memindahkan barang itu jika aku pindah nanti."
"Pindah?" tanya Clara.
"Kembali tepatnya Clara, aku orang Bandung. Aku kesini hanya untuk kuliah." jawab Violin.
"Aku sedih mendengarnya, aku pikir kau mau tinggal lama dan bekerja di perusahaan ayahku."
"Aku juga harus meneruskan bisnis keluarga, aku sih ingin sekali mencoba bekerja di tempat lain. Tapi papa ku pasti akan mengeluarkan tanduknya."
Clara tertawa. "Kau benar, aku lupa tentang bisnis keluargamu. Kau menyewa apartemen, bagaimana jika kau tinggal disini saja sampai kita lulus."
"Aku tak mau, selain membuat keluargamu repot, aku juga senang memiliki privasi sendiri." jawab Violin.
"Huuufffttt... Aku menyerah."
"Apa kau tak takut tidur di kamar sebesar ini?" tanya Violin.
"Takut? Untuk apa? pak Nazriel security terbaik, ia mantan anggota militer. Lalu ada pak Syukur, bu Lani dan juga pelayan yang lain." jawab Clara.
"Bukan itu, tapi sesuatu yang tak kasat mata." goda Violin.
"Vio..." seketika Clara memukulnya dengan bantal, keduanya terus bercanda ria dan akhirnya kelelahan.
Keduanya perlahan lahan tertidur dengan posisi tidur yang tak beraturan.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Anisa 977
maaf thor bukankah lebih baik menggunakan kata "saya" dr pada kata "aku"
2023-09-06
1
𝕸y💞𝕄𝕆𝕆ℕ🍀⃝⃟💙
Si Clara Sultan low profile 😁
2022-08-09
0
𝕸y💞𝕄𝕆𝕆ℕ🍀⃝⃟💙
pak security namamu kek nama penyanyi femes, yg nama bandnya Noah tuh 😂
2022-08-09
0