Apa aku sudah mati? Apakah rasanya semenyakitkan ini..
Kubuka kelopak mataku pelan, hal pertama yang kulihat adalah atap kayu yang terlihat usang. "Ukhhh"
Kepalaku pening sekali, dan apa ini? tubuhku sangat kotor dan hitam, apa yang terjadi dengan kulit mulusku?!
Cukup Mantha, jangan berpura-pura bodoh lagi. Tatapan mataku menjadi datar, aku menatap sekeliling sambil berusaha duduk. Apa tidak ada orang disini?
Aku beranjak dari ranjang lusuh tersebut, berusaha berjalan menuju jendela. Kepala mungilku keluar, kulihat kini banyak orang berlalu lalang melewati gubuk yang kutempati.
Sebuah ingatan entah milik siapa tiba-tiba berputar di otakku seperti putaran video. Aku menggerang merasa pusing hebat di kepala.
Selamat yang mulia ratu, anak anda perempuan.
Namanya Aileen Astrid, anak terakhir kami, anak perempuan pertama kami, aku sebagai raja dan ayahnya akan memperkenalkan pada dunia dengan bangga!
Maaf baginda, anak anda ternyata memiliki bakat warna kuning
Aku tidak membutuhkan anak sepertinya! Asingkan dia di desa!
Tidak Kakek! Adik perempuanku Aileen tidak salah apapun!
Jangan membantahku cucuku!
Maafkan ayahmu harus mengasingkanku seperti ini, hiduplah dengan baik.. Kau boleh menaruh dendam kepada ayahmu ini, tapi jangan pada ibu dan ke empat kakakmu..
Ayah jangan tinggalkan aku!
Maaf putriku..
Aku.. Untuk apa aku hidup..
"Hosh hosh hosh.. Apa-apaan tadi?" Gumamku sambil menarik rambutku sendiri.
"Sialan, rambut anak ini mudah rontok..
Tapi yang lebih penting dari itu, aku hidup kembali? Di dalam gadis kecil malang berumur 3 tahun? Sendirian? Hidup sendiri didalam gubuk? Dan.. Dia membunuh dirinya sendiri?"
Aihh banyak sekali tanda tanya.
"Aku, remaja 15 tahun yang memiliki kepintaran diatas rata-rata, menguasai bela diri dan berbakat dalam memanah.. Wah akhirnya, bakatku berguna di dunia!" Kekehku.
"Aku cukup pintar, masih bisa bersantai walaupun sudah mengalami kematian" Ucapku sambil mengangguk-anggukkan kepala setuju.
"Sudahlah, aku harus mencari uang. Aku lapar"
***
"Apakah aku bisa membeli panah ini?" Tanyaku pada seorang kakek tua namun terlihat sangat bertenaga.
Tersenyum, "Tentu"
"Harganya?"
"1 Beata" Jawab kakek penjual itu singkat.
Aku berdecak, "Mahal sekali, kek.. Bisa aku membeli panah yang paling murah disini?".
Kakek itu terlihat berfikir, memang apa yang diharapkan oleh anak kumuh berumur 3 tahun sepertiku?
"Memangnya panah itu untuk apa?"
"Berburu"
"Jangan bercanda"
"Apa aku harus bertarung denganmu, kakek yang baik" Geramku dengan sengaja menekan kata 'Baik'.
"Hahahaha, gadis malang yang menarik. Baiklah ikuti aku, kita bertaruh. Jika kau bisa menancapkan anak panah tepat di apel itu, kau dapat panah seharga 1 Beata tadi" Tantang Kakek itu sambil menunjuk sebuah apel yang memang sudah berada disana.
Oh iya, aku hampir lupa. Disini, aku akan menjelaskan Uang di dunia ini.
100 Bilha : 1 Beata
100 Beata : 1 Batari
1 Batari : 10.000 Bilha / 100 Beata.
Sebutir permen hanya seharga 3 atau 4 Bilha. Seporsi makan siang bisa berharga sekitar 25 Bilha. Senjata biasanya berharga 1-50 Beata.
1 Batari merupakan hal yang mustahil bagi para rakyat biasa.
Bagaimana aku bisa mengetahui semua itu? Tentu saja dari perpustakaan gratis, aku tidak akan sebodoh itu untuk pergi membeli sesuatu tanpa mengetahui harga, bisa-bisa aku ditipu dengan harga mahal.
Darimana uangnya? Ayah kandungku yang Memberikannya, maksudku ayah kandung Aileen.
Aku menatap lurus kedepan sambil bersiap memanah.
"Wahh.. Kau lumayan hebat" Puji kakek itu saat melihat posisiku yang sempurna.
Aku tersenyum bangga, tentu saja aku sangat hebat! Kulepas anak panahku dengan percaya diri, sebentar lagi panah mahal itu akan menjadi milikku!
"Hei, bukalah matamu" Suara kakek menyadarkanku.
"Kenapa?"
"Kau gagal"
Aku melongo menatap anak panah yang menancap ditanah berjarak dua langkah dariku. "B-bagaimana bisa.."
"Kau gagal, pulanglah anak kecil"
"Tapi kek.. Aku sangat membutuhkan panahnya" Ucapku memohon.
"Kau masih terlalu kecil untuk memegang senjata" Jawabnya sambil menggeleng pelan.
"Uhh aku ingin membeli panah paling murah disini"
"Baiklah-baiklah. 50 Bilha" Kakek berjalan masuk ke lemari senjata. "Kenapa kau disana? Cepat ikuti aku"
Aku menghela nafas pelan lalu melangkah mengikuti kakek menyebalkan itu. Terlihat ia mrngambil sebuah panah usang dari dalam lemari berdebu.
"Ambillah, gratis"
"Apa?"
Dia berdecak, "Kau bodoh, anak muda? Ambillah itu gratis. Hadiah dariku karena sudah menghiburku dengan tembakan panahmu tadi".
Aku tersenyum senang "Terimakasih kakek, kesanku padamu sedikit berubah".
"Apapun itu aku tidak peduli. Sudahlah sana pulang"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
PHSNR👾
kenapa gak pake emas, perak perunggu gitu aja thor?
2025-03-05
0
Arra Enillin
nama mata Wang nya bikin aue pening
2022-10-03
3
☠ᵏᵋᶜᶟ🟢🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
masih bingung dengan mata uangnya taaapiiiii terserah othor ajalah 👉👈
2022-09-30
0