"Silakan rakyat biasa mengirim perwakilan keluarga untuk berbaris mengirim hadiah kepada yang mulia"
Perwakilan keluarga? Keluargaku diatas sana.. Hei.. Arghh sudahlah. "Sebaiknya aku berbaris" Gumamku.
Cukup lama, namun mereka tidak terlihat bosan karena terdapat pertunjukan tari membuat semua orang bersemangat. Kenapa? Itu hanya tarian biasa dan sangat kaku, bahkan aku lebih baik darinya. Namun sekarang aku tahu, lihatlah baju para penari sangat terbuka, sepertinya mereka semua dari rumah hiburan yang disewa.
"Baiklah, giliranmu gadis kecil" Ucapan pria disamping ayahku membuatku tersentak.
"Ahh maaf.."
Aku melangkahkan kakiku dengan wajah sedikit menunduk, kuberikan sebuah kotak berbalut kain padanya. "Terimalah hadiah kecil dari rakyat jelata ini" Ucapku dengan hormat.
Tanpa mengucapkan apapun, ayah mengambilnya. Dengan wajah tertarik ia membolak-balikkan kotak hadiahku. "Ini.. Kenapa kainnya menjadi berwarna? Trik apa yang kau lakukan?"
"Baginda, hamba hanya mewarnainya dengan buah dan biji-bijian"
"Hmm.. Akan kubuka hadiahmu sekarang"
Decihan iri dengan cepat terdengar diseluruh penjuru aula. Aku memainkan jari-jemariku, kenapa ayah mau membuka hadiahku sekarang? Apa ia benar-benar sudah tahu bahwa aku anaknya?
"Hm? Botol minuman?"
"Benar baginda, hamba mendengar bahwa yang mulia tidak enak badan akhir-akhir ini.. Hamba berfikir untuk memberikan wedang jahe kepada anda sebagai hadiah" Ucapku.
"Wedang jahe?" Tanya nya lagi.
Mengangguk, "Benar.. Itu dapat membantu anda yang mulia-"
"APA KAU INGIN YANG MULIA MATI!" Teriak seorang lelako disamping ayah dengan wajah arogan.
"Maksud anda?"
"Jahe itu tidak bisa dimakan, apa kau gila? Kau ingin membunuh rajamu sendiri?" Tekannya sambil melangkahkan kaki menghampiriku.
Tangan pria itu bergerak menyentuh leherku, mencekik membuatku kesulitan bernafas. "M-maaf y-y-yang mu-lia" Ucapku terbata-bata. Hei, apakah tidak ada yang mau membantuku?
"Kasian sekali gadis itu, dia memang bodoh"
"Haihh.. Padahal tadi aku iri padanya tadi"
"Semua itu pantas untuknya"
"CUKUP! EDWIN, APA KEHENDAKMU MEMBUNUHNYA!" Teriak ayahku yang berhasil membuat cekikan pria bernama Edwin itu melemah.
"Lepaskan" ucap lagi ayahku dengan wajah dingin.
"Tapi Harry-"
"Panggil aku yang mulia, dan lepaskan dia" Potong ayahku.
"Huh!"
Ayah berdiri menghampiriku, tangannya terulur memberikan bantuan. "Aku minta maaf atas sikapnya, ayo berdirilah"
"T-terimakasih yang mulia" Ujarku dengan tulus.
"Tak perlu sungkan, aku juga akan meminum wedang jahe mu"
Mendengar ucapannya membuatku mendelik saat itu juga, "Raja! Itu jahe t-tidak bisa... Di.. Makan"
Ayahku terkekeh lalu mengelus puncak kepalaku "Tenang saja. Jahe tidak akan membunuhku, jangan meremehkan kekuatan raja".
Narsis sekali..
Kulihat ayah membuka tutup botol tersebut, tanpa basa-basi ia meminumnya. "Hmmm.. Ini enak sekali, badanku terasa lebih hangat. Bisa kau membuatkankan ku lagi?"
Aku memgembungkan pipi sedikit kesal, "Jangan mengucapkan itu untuk menghiburku yang mulia".
"Aku tidak berbohong, jika tidak keberatan beri tahu aku cara membuat wedang jahe ini" Ucapnya lagi.
"Apa-"
Ucapanku terhenti saat merasakan anak panah meluncur kearah ayah, tidak pikir panjang aku pun berlari sedikit mendekatinya.
Sebuah anak panah tertancap di dada bagian kananku, kututup kedua mataku menahan sakit. Tuhan.. Sudah sering aku merasakan ini tapi-kenapa.. Ini sakit sekalii..
"Shhh"
"Aileen!!" Ayah berteriak lalu memegang kedua pipiku. "Apa sangat sakit?"
Kenapa dia mengetahui namaku? Aku tidak tahu, ini sakit sekali.. Pandanganku sedikit memburam, yang pasti panah ini.. Beracun.
"Nona manis!"
Suara itu juga... Pangeran Liam?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Neng Niehan
pas diminum musim dingin wedang jahe, hadia yg tak terpikirkan oleh pembaca 😂😂😂
2022-06-27
0
Zulvianti
sadiss........ ngapain di tolong in coba
2022-03-10
0
Oi Min
Ternyata raja mngenali putri satu2 nya
2022-01-15
0