"DIIIIIIAAAAAAAMMMMMMMM" teriakku kesal dan sukses membuat mereka semua bungkam.
"Lihat telingaku sudah berdenyut karena omongan non faedah kalian?!" Ocehku sambil menunjuk mereka tepat dijawahnya.
"Non fa.. faedah? Apa itu?" Tanya Kak Felix.
Aku melototinya, "Diam atau akan kulempar ke kandang harimau" Ancamku.
Mulutnya terlihat berkedut "Baik-baik".
***
"Ahh.. Dunia yang damai" Ungkapku sambil terus mengunyah apel segar pemberian Kak Elios dan Kak Felix.
"Semenjak ada dirimu tentunya, kau tidak tahu seberapa hebohnya mereka berempat ketika tahu kau datang kembali".
Aku terdiam, teringat kembali dengan dulu aku diasingkan karena suruhan kakek. "Oh iya, sekarang kakek dimana?" Tanyaku.
"Berkelana" Jawab kak Elios singkat.
"Oh.. Begitu"
Suasana disekitar kami menjadi hening, namun tidak ada kecanggungan sedikit pun. "Kakak"
"Ya?" Respon mereka bersamaan membuat terkekeh gemas.
"Kenapa kalian membenci Fathia?" Tanyaku lagi.
"Karena telah merenggut setengah kesadaran ayah" Ucap Kak Chris sambil terus mengunyah apel.
"Apa?"
Kak Elios tersenyum, "Dia mengira kami berempat tidak tahu. Memang terlalu meremehkan kami, sampai sekarang pun kami berpura-pura tidak tahu" Jelasnya dengan sabar.
Aku mengangguk mengerti, "Jadi Fathia menguasai sihir?"
"Mnn"
Aku mendesah tidak percaya "Ini terlalu mengejutkan" Gumamku.
"Oh dan apakah kalian juga menguasai sihir juga?" Tanyaku 'lagi' namun dengan ekspresi berbinar.
Kak Chris terkekeh pelan, lalu mengelus puncak kepalaku. "Kami semua menguasai sihir"
"Apa bakat kalian?"
"Merah kehitaman, kami semua sama"
Aku terdiam, ternyata memang aku sangat lemah. Bahkan tidak bisa menggunakan sihir sedikit pun, selama ini aku hanya mengandalkan kekuatan fisikku. Selama di hutan, aku berhasil menaklukkan semua binatang buas disana juga dengan beladiri selama aku di bumi.
"Kau kenapa diam begini? Jangan merasa lemah, kau sangat hebat bisa menguasai panah dan pedang" Ucap Kak Felix membuatku tersentak.
"O-oh iya"
Omong-omong mereka tidak tahu jika aku mantan perampok, selama ini hanya Liam sialan itu yang mengetahuinya. Apa aku harus jujur sekarang? Apa mereka akan meninggalkanku ketika tahu jika aku mantan perampok?
Tetapi ini resiko yang harus kuambil, seharusnya aku sudah siap. Baiklah..
"Kakak, aku ingin mengatakan sesuatu" Ucapku sambil menggaruk lengan tak gatal.
Kak nathan menoleh dengan mulut penuh berisi apel, "A-aphwa?"
Ishhh.. Dia imut bangeettttt (emot nangis).
"Hufft.. Sebenarnya aku.."
"Aku.."
"Aku adalah mantan perampok" Ungkapku dengan tatapan serius.
Krik.. Krik.. Krik..
Kenapa mereka semua terdiam? Seharusnya responnya tidak seperti ini kan?
"Kami sudah tahu"
"Hmm kau tidak perlu khawatir"
"Hahaha lihat wajah ketakutanmu"
"Sangat imut bukan? Aku ingin menggigit pipinya yang tembam itu"
Apa? M-mereka sudah tahu?!
"Bagaimana bisa?"
"Kau kira darimana kami tahu jika kau bisa beladiri dan menguasai senjata" Kekeh Kak Elios.
Astaga.. Ini memalukan.
"Utututu.. Adikku yang manis ini malu"
"Diam kau!!" Teriakku jengah.
"Ahahahaha!! Sini kejar aku" Kak Felix berlari dan aku mengejarnya di belakang.
Melewati taman bunga yang memiliki banyak warna, aku dan Kak Felix terus saling mengejar.
"Tertangkap!" teriakku sambil memegang ujung baju miliknya.
"Ah sialan.. Hosh hosh"
"Hosh sa..ngat me..lelahkan hosh hosh"
"Be...nar"
Kulihat ketiga kakak datang menghampiri kami. "Dasar kalian ini, seperti bocah saja" Ejek Kak Nathan lalu memberikan sebotol minuman.
"Aku sudah besar, dia ini yang masih bocah" Ujar Kak Felix tak setuju.
"Aku sudah remaja tahu" Keukehku.
Bahkan sebenarnya aku ini berumur 26 tahun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Oi Min
Semoga ke 4 kakaknya tdk berubah
2022-01-15
2
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦a͒r͒r͒o͒w͒ 🏹
Syukurlah kalo ke4 kakaknya pada sadar
2021-12-28
1
⭐Lilia◽sherly⭐
senang aku liat tingkah mereka uwu
2021-09-22
1