Si Pemeran Figuran
"Cepat masukkan kentangnya, jangan pakai api besar"
"Ya, Ma"
Hai, namaku Viviiana, panggil saja Viana. Umurku baru saja menginjak 15 tahun bulan kemarin, yah.. Kubilang apapun kalian juga tak akan peduli.
Aku memiliki seorang kakak berumur 19 tahun, seorang wanita. Aku juga memiliki adik lelaki yang masih berumur 6 tahun.
"Viana, sudah kubilang kecilkan apinya!" Sentak ibu saat melihat pinggiran kentang yang ku goreng sedikit menghitam.
"Kapan Mama bilang begitu?" Tanyaku sambil menatapnya.
"Baru saja"
"Bukannya tadi Mama hanya mengatakan jangan pakai api besar. Menurutku ini sudah sedang" Kekehku lalu mengangkat kentang yang sudah matang itu.
"... Terserah kau" Jawabnya menyerah.
Apa? Aku anak durhaka? Jangan salahkan aku, kemampuanku ini menurun dari ayah. Tetapi jika bicara tentang Ayah, aku tak terlalu akrab denganya. Walaupun ia sudah menginjak usia hampir setengah abad, ketampanannya tidak memudar! Bahkan aku hampir terlena karenanya.
Ayah sangat misterius dimataku, maupun dimata saudara-saudara kandungku. Saat pagi kami akan sarapan bersama dan berangkat sekolah pukul 07.00. Saat itu juga ayahku berangkat, ia pulang sehabis maghrib atau terkadang tengah malam jika lembur. Wajahnya sangat datar, dingin bagai es di kutub utara. Jika kami berbincang juga bila ada hal penting saja, namun ia adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab. Kami tidak pernah kesusahan dalam masalah keuangan.
"Kak!!! " Suara teriakan bocah yang sangat familiar masuk ke pendengaranku.
Sedikit berdecak, "Apa?"
"Kau punya uang? Ada penjual permen kapas lewat depan rumah.. Aku jadi menginginkannya" Dia Galen, adikku.
"Heh.. Minta saja pada kakak pertamamu, aku tidak punya uang" Ucapku ketus lalu kembali menggoreng kentang.
"Hiks hiks.. Berbaiklah sedikit pada adikmu ini hiks"
Aihhh.. Sialan! Adik sialan! Lihat wajah sok menderitanya, jika ia bukan adikku pasti sudah bunuh sejak dulu.
"Mantha, berikan saja Sepuluh ribu padanya"
Sudah kuduga, ibu tercintaku membela adik sialan itu. Uhhh, padahal aku hendak menabung untuk membeli komik keluaran baru.
"Baiklah-baiklah, ambil di tas hitamku. Hanya Sepuluh Ribu, jangan lebih!"
"Mnn!"
***
Aku berjalan menuju kamarku, alisku terangkat ketika melihat kakak perempuanku disana.
"Tumben.. Ngapain disini?" Tanyaku sembari mengambil salah satu novel di rak buku yang tertata rapi.
Kulihat ia menggeleng pelan, "Hanya ingin. AC dikamarku rusak" Jawabnya singkat, seperti ayah saja.
Aku tidak lagi mengajaknya bicara, karena aku tahu ia pasti akan mengabaikanku jika itu tidak penting. Dengan malas kubolak-balikkan lembar demi lembar novel yang kubaca. Sangat bosan, apakah ada yang bisa mengantarku ke toko buku sekarang? Haishh kau gila Mantha, sekarang sudah pukul delapan malam.
Tunggu, jam delapan malam? Apakah ada penjual permen kapas di malam hari berkeliaran? Apa adikku membeli manisan itu pada hantu? Benar juga.. Sekarang hari selasa!
Aku menggigit ujung jariku dengan perasaan resah, ingin keluar namun aku sangat takut dengan hantu. Tetapi keselamatan adikku lebih penting, bagaimanapun juga dia adalah tempat aku melampiaskan kekesalan setiap hari.
"Kak, aku keluar dulu"
"Mau kemana kau?" Tanya nya yang menghentikan langkahku.
"Beli minuman dingin" Jawabku dengan asal.
"Uangmu?"
"Ada di saku"
"Kau memakai baju yang tidak memiliki saku sekarang"
Bodoh, kakakku terlalu pintar untuk dibohongi. Bagaimana ini, apa aku harus mengatakan yang sejujurnya? Tapi bagaimana jika ia menertawakan pikiran konyolku ini? Itu sangat memalukan!
Sudahlah.
"Sebenarnya aku menghawatirkan Galon" Jujurku.
"Galon?"
"Ah maaf maksudku, Galen. Mulutku typo tadi"
"Kenapa kau menghawatirkannya?" Tanyanya yang mengabaikan candaan garingku.
"Karena.. Dia ijin keluar untuk membeli permen kapas. Namun apa kau berfikir ada yang aneh? Kenapa jam semalam ini ada penjual manisan".
Dia menutup mulutnya menggunakan tangannya sendiri, kenapa? Dia menahan tawa!
"Apa yang kau tertawakan" Ucapku merajuk sambil membuang muka.
"Hufftt.. Kau khawatir pada Galon-maksudku Galen? Ayo kita keluar" Ajaknya sambil sedikit terkekeh.
Hei, hatiku berbunga sekarang. Dia tertawa, dia tidak mengabaikanku, dia menanggapi candaanku, dan yang palibg penting dia terlihat bahagia.
"Itu adikmu" Ucap kakakku datar sambil menunjuk Galen di seberang jalan.
"Adik sialan, dia malah membeli nasi goreng? Dia.. Galen sini kau!!" Teriakku geram lalu berlari menyebrang jalan tanpa waspada.
Suara klakson yang sangat kukenal mengetuk pendengaranku, cahaya sangat terang melaju kencang kearahku.
BRUKKK
Tubuhku serasa dihantam batu, semua organku terasa remuk. Aku meringis kesakitan, air mataku jatuh tanpa sadar. Remang-remang aku mendengar Kakak meneriaki namaku. Dia menangis, untukku. Ahh.. Aku menjadi berbunga untuk sekian kalinya.
Dan galon, dia.. Entahlah. Aku masih kesal Padanya. Ibu, ayah.. Aku harus pergi, mataku sangat berat rasanya. Untuk bernafas saja sangat menyakitkan, aku ingin tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
sahabat pena
nyimak
2024-06-14
0
Dede Mila
baca
2024-04-18
0
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
mitos hari Selasa....waah harus tanya sesepuh dulu neeeh
2022-09-30
0