Boneka Maurin

Giska menyipitkan mata, memandang ke arah pintu kelas. Tak ada satu pun anak perempuan yang memakai baju putih dan kotor, masuk dari sana. Sekali lagi, ia berpikir bahwa Sukma hanya membual.

"Ah, kamu kebanyakan berkhayal. Nggak ada siapa-siapa, kok, di sana," kata Giska menoleh pada Sukma.

"Tapi aku lihat dia! Tuh, dia lagi ke sini!" tegas Sukma meyakinkan. "Giska, kamu minggir dulu sana! Biarkan dia duduk dulu di kursi kamu."

"Ih, kok, kamu ngusir aku, sih?" sungut Giska kesal.

"Ya udah, kamu minggir dulu. Biarin dia lewat sebentar, nanti aku suruh duduk di pojok bangku kita."

"Tapi nggak ada siapa-siapa, Sukma! Nggak ada orang yang mau ke sini!"

Setelah cukup lama berdebat, Sukma mendorong Giska, lalu mempersilakan teman baru yang dimaksudnya untuk duduk di meja. Giska menggaruk-garuk kepalanya sembari meringis. Sikap aneh Sukma hari ini benar-benar membuatnya tidak mengerti.

Sukma menoleh pada Giska. Senyumnya tampak semringah, seperti tidak sabar memperkenalkan seseorang yang dikenalnya. Sukma menyuruh Giska duduk kembali di kursinya, kemudian melirik pada teman barunya.

"Oya, nama kamu siapa? Aku lupa lagi sama nama kamu," tanya Sukma pada sosok gadis kecil berambut panjang dengan pakaian lusuh yang duduk di mejanya.

Sosok gadis kecil yang hanya bisa dilihat oleh Sukma itu, perlahan menyibakkan rambut panjangnya dari muka. Tampak wajah pucat dengan matanya yang sayu sedang menatap pada Sukma. Bibirnya tersenyum simpul, sebagai sambutan ramahnya pada Sukma hari ini.

"Aku Maurin. Namaku Maurin."

"Oh." Sukma mengangguk.

"Sukma! Kamu lagi ngobrol sama siapa?" tanya Giska penasaran, memperhatikan temannya berbicara sendiri sambil mendongak ke pinggir meja.

Sukma menoleh dan berkata, "Ya ampun! Aku lupa mau kenalin dia ke kamu. Perkenalkan, ini teman baru aku. Ayo, kalian salaman dulu!"

Giska semakin bingung dengan tingkah teman sebangkunya. Ia justru celingak-celinguk mencari seseorang yang dimaksud oleh Sukma. Namun, demi membuat Sukma senang, Giska mengulurkan tangannya ke sudut meja. Tak disangka, gadis kecil berambut pendek itu merasakan hawa dingin menyeruak dari telapak tangannya, seperti ada yang sedang menyalaminya. Seketika Giska bergidik, lalu menjatuhkan tangannya ke meja.

"Hai, Giska! Sudah lama sekali kita nggak ketemu," kata Maurin tersenyum lebar.

"Oh, jadi kalian sudah pada kenal? Bagus, dong, kalau begitu!" decak Sukma terkesima.

Mendengar perkataan Sukma, Giska terperanjat. "A-apa Sukma? Aku sama dia udah kenal? Memangnya dia siapa?"

"Dia Maurin. Katanya, kalian udah lama nggak ketemu," jelas Sukma.

Giska menelan ludah, menatap ke arah sudut meja di dekat Sukma. Terbayang olehnya wajah pucat seorang gadis kecil dengan rambut panjang bergelombang dan bajunya yang putih lusuh, sedang duduk di sana. Ia ingat pada nama itu. Ia juga ingat pada boneka bayi yang dipegangnya. Tubuhnya bergidik ngeri tatkala semua kejadian buruk yang menimpa keluarganya beberapa tahun lalu, melintas di pikirannya.

Sukma yang menyadari kegelisahan Giska, mulai bertanya, "Giska, kamu kenapa?"

Giska tak bisa menjelaskan apa pun pada Sukma. Bergegaslah ia keluar kelas dan menjerit ketakutan. Semua orang di taman kanak-kanak itu terlihat heran dengan perilaku Giska. Ibunya Giska pun merasa khawatir mendapati putrinya yang berteriak histeris dan cepat-cepat memeluknya.

Sementara itu, Sukma tertegun melihat tingkah Giska. Ia melirik lagi pada Maurin sambil mengerutkan dahi.

"Katanya kalian sudah kenalan, tapi kenapa Giska malah pergi?"

Maurin mengedikkan bahu. "Aku nggak tahu. Dulu dia sering main sama aku, bahkan aku sering nginep di rumahnya. Tapi, entah kenapa Giska jadi begitu. Padahal aku cuma pengin main aja sama dia dan Susan."

"Siapa Susan?"

Maurin menunjukkan boneka bayi perempuan lusuh di tangannya. "Ini Susan. Boneka kesayangan aku. Aku suka ngasih boneka ini ke anak-anak lain, biar aku punya teman dan nggak kesepian."

"Oh, begitu. Tapi, sekarang kamu nggak kesepian lagi, 'kan?"

Raut wajah Maurin berubah sendu. "Aku masih kesepian. Kamu mau main sama aku, 'kan?"

"Tentu saja aku mau, tapi nanti kalau pulang sekolah."

"Kalau begitu, aku titip Susan, ya. Nanti sepulang sekolah, kita main bareng," kata Maurin menyerahkan boneka dari tangannya.

Dengan senang hati, Sukma menerima boneka bayi perempuan itu. Dilihatnya lamat-lamat boneka bernama Susan itu, lalu tersenyum semringah seperti menerima hadiah baru. "Baiklah, aku akan menjaga baik-baik boneka ini."

"Kalau begitu, aku pergi dulu. Nanti sepulang sekolah, aku akan main ke rumahmu."

"Memangnya kamu tahu rumahku?"

Maurin mengangguk cepat, lalu pergi keluar kelas. Setelah gadis kecil itu pergi, Giska masuk ke kelas bersama ibunya. Mata Giska tertuju pada pojok meja dekat Sukma. Bayangan Maurin kembali melintas dalam pandangannya. Ia memeluk tubuh ibunya erat-erat, dengan tubuh gemetaran.

"Kamu kenapa, Giska?" tanya ibu Giska.

"I-itu ... Maurin ada di sana. Di atas mejanya Sukma."

"Di sana nggak ada siapa-siapa, Giska. Cuma ada Sukma. Ayo, Ibu temani kamu duduk di sana, ya," bujuk ibunya Giska dengan lembut.

Giska mengangguk pelan, berjalan bersama ibunya duduk di samping Sukma. Ketika Giska sudah cukup tenang, ibunya keluar kelas. Giska melirik pada Sukma, yang sejak tadi memandangi boneka bayi perempuan pemberian Maurin di bawah meja.

"Sukma, kamu lagi pegang apa itu?"

Sukma menoleh, lalu menunjukkan boneka bayi perempuan yang sudah usang. "Ini boneka yang dititipkan Maurin sama aku. Lihat! Lucu, 'kan? Namanya Susan."

Sontak, mata Giska membelalak ketika mendengar nama 'Susan' keluar dari mulut Sukma. Gadis kecil itu merebut boneka usang dari tangan temannya, kemudian melemparnya ke depan kelas. Bibirnya gemetar, napasnya terengah-engah setelah melempar boneka bernama Susan itu.

"Giska, kenapa bonekanya dilempar?" tanya Sukma memelototi Giska.

"Jangan pernah main sama boneka itu!"

"Kenapa? Kalau kamu nggak suka sama boneka itu, nggak usah dilempar!" bentak Sukma bersungut-sungut. "Minggir! Aku mau ambil bonekanya."

Giska yang tak bisa menjelaskan penyebabnya, hanya bisa bergidik tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Saat Sukma kembali membawa Susan, sekilas Giska melihat boneka itu tersenyum menyeringai ke arahnya. Giska menutup mata rapat-rapat sembari beringsut, mempersilakan Sukma duduk di sebelahnya.

Tak terasa, bel tanda jam pelajaran dimulai pun berbunyi. Tampak Bu Leli datang ke kelas, membawa buku pelajaran. Sebelum pelajaran dimulai, anak-anak dianjurkan untuk berdoa. Seperti biasa, Sukma hanya ikut-ikutan komat-kamit tanpa tahu apa yang diucapkannya. Sementara itu, Giska masih memejamkan mata dan gemetaran.

Melihat tingkah aneh salah satu muridnya, Bu Leli berjalan ke bangku tempat Giska dan Sukma duduk. Ia menepuk pundak Giska, sampai bocah perempuan itu terperanjat.

"Aaaa ...! Ampun! Ampun! Jangan bikin aku sakit lagi, Susan!" teriak Giska histeris.

"Giska, ini Ibu. Buka matamu!"

Perlahan, Giska membuka mata. Saking takutnya, ia langsung memeluk tubuh Bu Leli dan berkata, "Ibu, aku nggak mau duduk sama Sukma. Aku mau pindah, Bu."

Terpopuler

Comments

Maz Andy'ne Yulixah

Maz Andy'ne Yulixah

Apakah Susan boneka setan,kayak nya ada misteri dengab boneka susan nie,makin penasaran🤔🤔

2024-04-03

0

Berdo'a saja

Berdo'a saja

Giska takut sama Susan ada misteri apa dengan boneka itu

2023-05-08

0

Umi Hidayati

Umi Hidayati

thor sukma kn titisan dr setan masak gtw klw temen baru'a itu juga setan sih

2021-09-08

1

lihat semua
Episodes
1 Kelahiran Putri Iblis
2 Penolakan Bu Ratmi
3 Anak yang Dibuang
4 Uang Tumbal
5 Dibayar Nyawa
6 Rencana Pindah Rumah
7 Mimpi Bu Inah
8 Penerimaan Hilman
9 Sakit
10 Kasih Sayang Ibu
11 Didekati Dedemit
12 Berusaha Bertahan
13 Potong Rambut
14 Dongeng Kesayangan
15 Mengaji
16 Meniti Jalan Lurus
17 Teman Baru
18 Boneka Maurin
19 Susan Pembawa Kesembuhan
20 Bermain
21 Kenakalan Albi
22 Teror Malam
23 Penyerap Energi
24 Janji Tak Ditepati
25 Mencari Solusi
26 Saran Pak Risman
27 Pertemanan yang Kandas
28 Amarah Tak Terbendung
29 Orang Tua Idaman
30 Kediaman Farida
31 Pencarian Sukma
32 Firasat
33 Ketika Mata Terbuka
34 Kedatangan Arini
35 Masa Lalu yang Dikubur
36 Arisan
37 Spesialis Kulit
38 Menjahili Kera Kiriman
39 Bara Dendam
40 Masalah Pelik
41 Terusir
42 Rezeki Tak Ke Mana
43 Kemudahan Hidup
44 Kontrakan Haji Gufron
45 Retrokognisi
46 Peliharaan Baru
47 Kelawuk
48 Jatuhnya Harga Diri
49 Rahasia Yang Terungkap
50 Pembersihan
51 Menaklukkan Wanara
52 Tewasnya Mbah Suro
53 Penglaris
54 Menutup Mata Batin
55 Ketakutan Sere
56 Bu Inah Gelisah
57 Naik Kelas
58 Sebuah Pertanyaan
59 Keguguran
60 Sandekala
61 Menangkap Pak Beni
62 Nasihat Kyai Soleh
63 Percobaan Kedua
64 Meredam Amarah
65 Menjemput Ajal
66 Jalan Keluar
67 Memusnahkan Mantra
68 Api Banaspati
69 Kesepian
70 Memilih Sendirian
71 Dendam Bu Lastri
72 Melawan Ki Purnomo
73 Santet
74 Pemakaman
75 Kala Ramadhan Tiba
76 Mencari Albi
77 Sukma Hilang
78 Tragedi Di Gedung Terbengkalai
79 Kera vs Buta
80 Pulang
81 Berita Buruk
82 Keterangan Sukma
83 Mudik
84 Kumpul Keluarga
85 Menginap di Rumah Abah
86 Akal Busuk
87 Pengaruh
88 Sebuah Peringatan
89 Silaturahmi
90 Gagal
91 Malam Berdarah
92 Adu Ilmu
93 Warisan Emak
94 Pertemuan Terakhir
95 Anak yang Mengutuk
96 Mengantar Jenazah
97 Kesepakatan
98 Acara Perpisahan
99 Menuju Lingkungan Baru
100 Visual
101 Pendaftaran Sekolah
102 Rasa Penasaran
103 Berkenalan
104 Antisipasi
105 Ritual Pemanggilan Arwah
106 Meraga Sukma
107 Kegaduhan
108 Dimensi Lain
109 Kembali ke Raga
110 Kesurupan Massal
111 Menyusun Strategi
112 Iblis dalam Diri
113 Pengumuman
114 Pesan dari Alam Gaib
115 Persaingan
116 Petunjuk Paranormal
117 Mengunjungi Gunung Ciremai
118 Datangnya Malapetaka
119 Kasarung
120 Kembali ke Alam Manusia
121 Pengakuan Bu Ratmi
122 Jin Kiriman Mbah Kasiman
123 Permintaan Pak Jaka
124 Derita Belum Berakhir
125 Kasiman, Mbah Kasiman
126 Gosip
127 Menuntut Kejujuran
128 Biang Keladi
129 Di Luar Dugaan
130 Satu Lawan Satu
131 Kritis
132 Petunjuk dari Sawitri
133 Penebusan Dosa
134 Teror Dimulai
135 Pak Risman Tumbang
136 Rencana Sukma
137 Diskusi
138 Doa Restu Ibu
139 Menunggu Waktu
140 Saatnya Tiba
141 Pertarungan Sengit
142 Akhir Penyesalan
143 Usik
144 Nilai Harga Diri
145 Membela Teman
146 Playing Victim
147 Elegi
148 Sebuah Ikatan
149 Pilihan Fatma
150 Kepastian
151 Cakra Menggoda
152 Dedemit Berulah
153 Menyatakan Perasaan
154 Obsesi
155 Jamuan Makan Malam
156 Ratu Pengasihan
157 Pengintaian
158 Introgasi
159 Pantangan
160 Melepuhnya Susuk
161 Pertaruhan Verina
162 Sumpah Serapah
163 Mantra Pemikat
164 Hilang Kendali
165 Ilmu yang Dicabut
166 Demi Konten
167 Memperoleh Izin Bapak
168 Rumah Tua
169 Diikuti
170 Dusta
171 Ereup-Ereup
172 Mengantar Pulang
173 Bidan Ana
174 Video Perdana
175 Sisi Lain
176 Kencan Rahasia
177 Over Dosis
178 Bayang-Bayang
179 Verina Menyerah
180 Rumah Duka
181 Tantangan
182 Perlindungan
183 Cinta dan Benci
184 Ketulusan
185 Menolak Mati
186 Pengaruh Mimpi
187 Murka Pak Risman
188 Pergi
189 Penghinaan
190 Cakra Adikara
191 Bertukar Nasib
192 Kebal
193 Mengungkap Kebenaran
194 Hasutan
195 Koma
196 Bertemu Kembali
197 Pelukan Hangat
198 Pecundang
199 Ibu Kandung
200 Keji
201 Ulang Tahun Ketujuh Belas
202 Hasrat Pemburu
203 Pembunuhan
204 Curiga
205 Serangan Gaib
206 Incaran Selanjutnya
207 Waspada
208 Sirep
209 Mencari Kelemahan
210 Undangan
211 Ancaman Serius
212 Fitnah
213 Wasiat Pak Risman
214 Beristirahatlah dengan Tenang
215 Muram
216 Alam Bawah Sadar
217 Celah
218 Menculik Tatang
219 Umpan
220 Sarang Iblis
221 Merebut Jiwa Tatang
222 Melarikan Diri
223 Menuju Tempat Lain
224 Menghela Napas Sejenak
225 Bersembunyi di Balik Senja
226 Dikepung Api
227 Menarik Iblis
228 Di Ambang Maut
229 Surga Asmaraloka
230 Visual 2
Episodes

Updated 230 Episodes

1
Kelahiran Putri Iblis
2
Penolakan Bu Ratmi
3
Anak yang Dibuang
4
Uang Tumbal
5
Dibayar Nyawa
6
Rencana Pindah Rumah
7
Mimpi Bu Inah
8
Penerimaan Hilman
9
Sakit
10
Kasih Sayang Ibu
11
Didekati Dedemit
12
Berusaha Bertahan
13
Potong Rambut
14
Dongeng Kesayangan
15
Mengaji
16
Meniti Jalan Lurus
17
Teman Baru
18
Boneka Maurin
19
Susan Pembawa Kesembuhan
20
Bermain
21
Kenakalan Albi
22
Teror Malam
23
Penyerap Energi
24
Janji Tak Ditepati
25
Mencari Solusi
26
Saran Pak Risman
27
Pertemanan yang Kandas
28
Amarah Tak Terbendung
29
Orang Tua Idaman
30
Kediaman Farida
31
Pencarian Sukma
32
Firasat
33
Ketika Mata Terbuka
34
Kedatangan Arini
35
Masa Lalu yang Dikubur
36
Arisan
37
Spesialis Kulit
38
Menjahili Kera Kiriman
39
Bara Dendam
40
Masalah Pelik
41
Terusir
42
Rezeki Tak Ke Mana
43
Kemudahan Hidup
44
Kontrakan Haji Gufron
45
Retrokognisi
46
Peliharaan Baru
47
Kelawuk
48
Jatuhnya Harga Diri
49
Rahasia Yang Terungkap
50
Pembersihan
51
Menaklukkan Wanara
52
Tewasnya Mbah Suro
53
Penglaris
54
Menutup Mata Batin
55
Ketakutan Sere
56
Bu Inah Gelisah
57
Naik Kelas
58
Sebuah Pertanyaan
59
Keguguran
60
Sandekala
61
Menangkap Pak Beni
62
Nasihat Kyai Soleh
63
Percobaan Kedua
64
Meredam Amarah
65
Menjemput Ajal
66
Jalan Keluar
67
Memusnahkan Mantra
68
Api Banaspati
69
Kesepian
70
Memilih Sendirian
71
Dendam Bu Lastri
72
Melawan Ki Purnomo
73
Santet
74
Pemakaman
75
Kala Ramadhan Tiba
76
Mencari Albi
77
Sukma Hilang
78
Tragedi Di Gedung Terbengkalai
79
Kera vs Buta
80
Pulang
81
Berita Buruk
82
Keterangan Sukma
83
Mudik
84
Kumpul Keluarga
85
Menginap di Rumah Abah
86
Akal Busuk
87
Pengaruh
88
Sebuah Peringatan
89
Silaturahmi
90
Gagal
91
Malam Berdarah
92
Adu Ilmu
93
Warisan Emak
94
Pertemuan Terakhir
95
Anak yang Mengutuk
96
Mengantar Jenazah
97
Kesepakatan
98
Acara Perpisahan
99
Menuju Lingkungan Baru
100
Visual
101
Pendaftaran Sekolah
102
Rasa Penasaran
103
Berkenalan
104
Antisipasi
105
Ritual Pemanggilan Arwah
106
Meraga Sukma
107
Kegaduhan
108
Dimensi Lain
109
Kembali ke Raga
110
Kesurupan Massal
111
Menyusun Strategi
112
Iblis dalam Diri
113
Pengumuman
114
Pesan dari Alam Gaib
115
Persaingan
116
Petunjuk Paranormal
117
Mengunjungi Gunung Ciremai
118
Datangnya Malapetaka
119
Kasarung
120
Kembali ke Alam Manusia
121
Pengakuan Bu Ratmi
122
Jin Kiriman Mbah Kasiman
123
Permintaan Pak Jaka
124
Derita Belum Berakhir
125
Kasiman, Mbah Kasiman
126
Gosip
127
Menuntut Kejujuran
128
Biang Keladi
129
Di Luar Dugaan
130
Satu Lawan Satu
131
Kritis
132
Petunjuk dari Sawitri
133
Penebusan Dosa
134
Teror Dimulai
135
Pak Risman Tumbang
136
Rencana Sukma
137
Diskusi
138
Doa Restu Ibu
139
Menunggu Waktu
140
Saatnya Tiba
141
Pertarungan Sengit
142
Akhir Penyesalan
143
Usik
144
Nilai Harga Diri
145
Membela Teman
146
Playing Victim
147
Elegi
148
Sebuah Ikatan
149
Pilihan Fatma
150
Kepastian
151
Cakra Menggoda
152
Dedemit Berulah
153
Menyatakan Perasaan
154
Obsesi
155
Jamuan Makan Malam
156
Ratu Pengasihan
157
Pengintaian
158
Introgasi
159
Pantangan
160
Melepuhnya Susuk
161
Pertaruhan Verina
162
Sumpah Serapah
163
Mantra Pemikat
164
Hilang Kendali
165
Ilmu yang Dicabut
166
Demi Konten
167
Memperoleh Izin Bapak
168
Rumah Tua
169
Diikuti
170
Dusta
171
Ereup-Ereup
172
Mengantar Pulang
173
Bidan Ana
174
Video Perdana
175
Sisi Lain
176
Kencan Rahasia
177
Over Dosis
178
Bayang-Bayang
179
Verina Menyerah
180
Rumah Duka
181
Tantangan
182
Perlindungan
183
Cinta dan Benci
184
Ketulusan
185
Menolak Mati
186
Pengaruh Mimpi
187
Murka Pak Risman
188
Pergi
189
Penghinaan
190
Cakra Adikara
191
Bertukar Nasib
192
Kebal
193
Mengungkap Kebenaran
194
Hasutan
195
Koma
196
Bertemu Kembali
197
Pelukan Hangat
198
Pecundang
199
Ibu Kandung
200
Keji
201
Ulang Tahun Ketujuh Belas
202
Hasrat Pemburu
203
Pembunuhan
204
Curiga
205
Serangan Gaib
206
Incaran Selanjutnya
207
Waspada
208
Sirep
209
Mencari Kelemahan
210
Undangan
211
Ancaman Serius
212
Fitnah
213
Wasiat Pak Risman
214
Beristirahatlah dengan Tenang
215
Muram
216
Alam Bawah Sadar
217
Celah
218
Menculik Tatang
219
Umpan
220
Sarang Iblis
221
Merebut Jiwa Tatang
222
Melarikan Diri
223
Menuju Tempat Lain
224
Menghela Napas Sejenak
225
Bersembunyi di Balik Senja
226
Dikepung Api
227
Menarik Iblis
228
Di Ambang Maut
229
Surga Asmaraloka
230
Visual 2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!