"Loe kenapa sih Lun ? Dari tadi kayaknya ga semangat gitu." Celetuk Arumi pada sahabatnya yang sedang asik menggoyang goyangkan gelas jusnya.
Akia menatap heran pada Luna, Arumi berkata benar, hari ini sikap sahabatnya terlihat aneh. Sedikit murung dan jelas sekali ada gurat kesedihan di mata nya.
"Napa loe ?" Tanyanya datar.
"Gue..gak papa." Ucapnya lirih hampir tidak terdengar.
"Gue ga bakal nanya untuk yang ketiga kalinya. Cepat katakan kenapa loe ?"
Arumi nampak saling memandang dengan Dhafa serta Chiko. Lalu menghembuskan nafasnya yang terasa berat, kedua sahabatnya juga tidak tahu penyebab Luna bersedih.
"Cowok gue sudah beberapa hari ini ga ada kabar Kia."
"Ck..gue pikir karena apa, ga tahunya masalah pacar." Ketusnya nylekit. Namun sejurus kemudian dia bertanya kembali.
"Loe udah coba hubungi cowok loe belum ?" Luna mengangguk.
"Lalu ?" Luna menggeleng sebagai jawabannya.
"Ponselnya tidak aktif."
Akia geram, dia kesal menahan amarah dihatinya. Walaupun dia tidak pernah bertemu dengan kekasih sahabatnya, tapi melihat sahabatnya diperlakukan seperti itu, pasti membuat hatinya tidak terima. Bahkan ini bukan hanya sekali pria itu berulah, ini sudah berkali kali dan anehnya Luna selalu memaafkan kelakuan kekasihnya.
"Gue udah bilang, cowok seperti itu tinggalin aja. Loe kenapa keras kepala sih jadi orang, otak loe udah dicuci ya sama dia sampai loe jadi gadis bodoh gitu." Ketusnya kesal.
"Tapi..gue cinta Kia." Lirihnya lagi gadis itu berucap. Bagaimanapun dia sangat mencintai kekasihnya.
"Ck..makan tu cinta. Berdoa saja semoga pacar loe nggak nglakuin aneh aneh."
"Maksud loe Kia ?" Pekiknya mulai tidak terima sahabatnya itu menjelekkan kekasihnya.
"Loe bodoh apa pura pura bodoh Lun ? Pria seperti itu sudah jelas jika dia bukan pria baik baik. Loe masih saja pertahanin tu cowok."
"Kia !! Loe tidak berhak ngejelekin pacar gue. Gue yang lebih tahu gimana sifat cowok gue." Teriaknya dengan suara keras pertanda dia tidak terima akan ucapan Akia.
"Loe bilang loe tahu gimana sifat pacar loe ? Sekarang mana buktinya ? Bahkan dimana dia berada pun loe ga tahu. Cih.." Sinisnya.
"Gue ga nyangka loe tega ngucapin kata kata itu sama sahabat loe sendiri Kia. Gue tahu keadaan lo gimana, tapi tidak seharusnya loe bersikap seperti itu pada gue. Jangan samakan cowok gue dengan papa loe, karena jelas keduanya sangatlah berbeda." Teriak Luna histeris yang sontak memancing kemarahan Akia.
Akia langsung berdiri, lalu menghampiri Luna. Namun langkahnya ditahan oleh Dhafa yang memeluk gadis itu dari belakang.
"Kendalikan sikap loe Kia, dia sahabat kita. Jangan sampai emosi loe mengalahkan akal sehat loe." Sahut Dhafa sambil memeluk erat tubuh Akia.
Akia berdecik kesal.
"Jangan pernah sekalipun loe menyinggung keluarga gue, karena gue nggak akan nglepasin orang itu sebelum orang itu hancur berkeping keping. Harusnya loe bersyukur karena loe sahabat gue, makanya gue masih bisa menahan diri. Jika tidak gue nggak tahu apa yang akan terjadi sama loe. Ini terakhir kalinya dan juga pertama kalinya loe menyinggung keluarga gue, jangan sampai gue dengar untuk yang kedua kali, karena disaat itu gue pastiin kalo gue nggak bakalan menahan diri."
Akia menoleh kearah Dhafa.
" Lepas !!" Sentaknya kasar, membuat Dhafa dengan terpaksa melepas pelukannya.
Akia berjalan kearah meja bar, namun sejenak dia menghentikan langkahnya, lalu menoleh kearah Luna.
"Demi pria brengsek macam cowok loe, loe sampe bisa ngorbanin sahabat loe. Gue harap loe ga akan pernah menyesal. Mulai sekarang terserah loe dan loe semua mau ngelakuin apa, gue ga akan ikut campur lagi." Ucapnya dengan nada dingin dan sorot mata yang sangat tajam.
Luna bergetar, terdengar isakan yang keluar dari bibirnya. Gadis itu menatap kepergian Akia yang tengah berjalan kearah bar dengan pandangan mata sendu. Dia tidak menyangka perkataan yang spontan keluar dari bibirnya membuat Akia sangat murka.
Sorry, Kia. Gumamnya lirih.
Arumi dan Chiko hanya bisa saling memandang, mereka nampak merasa bingung ingin membela yang mana. Karena keduanya sama sama sahabat mereka.
"Apa gue keterlaluan Ar ?" Tanyanya lirih.
Arumi memeluk tubuh Luna dengan erat. Mencoba memberikan sahabatnya itu ketenangan dengan dekapannya. Disampingnya sudah duduk Chiko yang dengan ekspresi wajah bingungnya dan juga Dhafa yang terlihat sedang memijit pelipisnya.
"Kia sedang emosi, bahkan kita sudah tahu dari pertama kali datang. Bukankah dia cerita kalau dia sedang kesal lalu kenapa loe tidak bisa menahan diri Lun ? Gue tidak bisa menyalahkan loe, karena bagaimanapun hari ini loe butuh sandaran. Gue hanya kecewa karena sikap loe yang mengungkit masalah keluarganya Lun. Dan loe pun tahu jika hati Kia sangat sensitif sekali jika sudah menyangkut keluarganya." Ucap Arumi lirih, yang mana membuat tangisan Luna semakin deras.
Disaat dia sedang terisak, ujung matanya melihat sekilas pada orang yang sangat familiar baginya. Semakin lama sosok itu semakin jelas. Kini degup jantung Luna berdetak sangat kencang. Rasa sakit dihatinya kembali dia rasakan saat dia dengan mata kepala sendiri melihat orang yang sudah beberapa hari ini dia cemaskan, sekarang malah terlihat sedang asik tengah bersama dengan seorang wanita yang nampak cocok menjadi ibunya.
Bukan masalah umur yang dia permasalahan, tapi wanita yang saat ini bersama dengan kekasihnya itu, jelas dia sangat mengenal wanita itu. Dengan perlahan dan juga tubuh yang bergetar hebat, Luna menghampiri kekasihnya yang saat ini sedang duduk disofa sembari bibirnya yang terus mencumbu wanita itu. Luna terus berjalan mengabaikan panggilan dari ketiga sahabatnya.
Jantung Luna kembali berdetak sangat kencang. Dengan tangan yang gemetar hebat dan airmata yang terus mengalir, dia menyentuh bahu kekasihnya, mencoba membuat pria itu berpaling. Luna sangat ingin berharap jika pria itu bukanlah kekasih tercintanya. Namun harapan tinggallah harapan, nyatanya pria itu memang kekasihnya ketika pria itu menoleh padanya.
Nyutt
Jlebb
Seakan ada sebuah belati yang menusuk jantungnya, pedih dan nyeri. Sangat sakit, hingga tak berdarah. Begitupun pria itu, wajahnya memucat saat melihat wajah gadis yang berdiri tepat dibelakangnya.
Luna, lirihnya berucap.
"Siapa sayang ? Kenapa kau berhenti, ayolah kau harus lanjutkan kembali. Atau kita kekamar saja ya seperti biasanya. Aku sangat merindukan sentuhanmu."
Ucapan vulgar wanita tua itu meruntuhkan semua urat urat ditubuhnya. Tubuh Luna hampir saja membentur lantai jika sepasang tangan tidak menahan tubuhnya. Sejenak gadis itu berdiri dan menoleh kearah samping. Berniat melihat siapa penolong dirinya saat ini. Hatinya kembali tercubit kala matanya melihat wajah sahabatnya yang beberapa saat lalu dia sakiti.
Kia...
Akia melirik sekilas pada Luna lalu beralih pada sosok pria dan wanita yang saat ini berdiri didepannya dengan pandangan mata terkejut. Gadis itu memberi tanda pada sahabatnya untuk memegang tubuh Luna.
Tidak berselang lama, Dhafa and the geng datang lalu memapah tubuh Luna yang terasa lemas. Membawa tubuh mungil itu duduk disofa tunggal. Kini disana tertinggal Akia yang tengah menatap sinis pada dua orang yang berada didepannya kini.
"VIONA !" Desis Akia lirih.
TBC..
Alhamdulillah eps 17 bisa terselesaikan..
yuks ah giliran sahabat dukung author kece ya.
tinggalkan jejak untuk author..
jangan lupa like ~ komen~ dan vote ya.
salam bahagia dari ASKHA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Kimmy Hannara
Viona lagi bae.... itu si Aryan buta apa gimna kok bisa2 nya melukai berlian demi seonggok sampahh....
hufttt jdi esmosi jiwaa😡😡
2021-10-18
0
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
lirih 🙂
2021-10-15
0
🐾♎🕸️ Alaska 12🕸️⚖️🐾
Ngeri dengan Viona, tidak takut kena penyakit dia ini 🤮🤮🤮🤮🤮
2021-08-27
0