Akia masuk ke dalam ruangan kerjanya yang berada di restoran miliknya. Menjatuhkan tubuhnya pada sofa kecil yang berada di ruangan tersebut.
Cklek
Dahinya berkerut saat melihat pintu ruangannya terbuka dari luar dan memunculkan sosok wajah tampan seorang Dhafa.
"Bagaimana ?" Tanyanya tanpa basi basi.
Dhafa meletakkan sebuah amplop cokelat diatas meja.
"Loe yakin benda itu nggak akan loe kasih sama bokap loe ? "
Akia menggeleng, seringaian aneh muncul di bibirnya yang tipis.
"Belum saatnya, gue masih ingin bermain main dengan wanita itu. Jika waktunya sudah tiba, gue sendiri yang akan memberikan kejutan pada pria tua itu."
"Pria tua itu bokap loe jika loe lupa."
"Ck, bokap gue udah lama mati."
Dhafa menggelengkan kepala melihat keras kepala sahabatnya. Entah terbuat dari apa hati gadis itu.
"Ada pesan dari Mario."
"Apa." Jawab gadis itu dengan antusias.
"Ck, dasar. Selalu tidak sabaran jika sudah menyangkut Mario." Deciknya kesal.
Akia acuh tidak perduli.
"Nanti malam datanglah ke arena. Ada yang meragukan kemampuan loe."
"Siapa ?"
Dhafa mengangkat kedua bahunya. " Gue juga tidak tahu, dia bilang ada yang cari loe, trus pengen menjajal kekuatan loe."
"Gue datang." Sahutnya.
"Oke, kalau gitu gue pergi dulu. Gue harus segera kekantor." Ucapnya sembari beranjak.
" Fa, gue titip pria tua itu." Ucapnya tanpa ingin memanggil dengan sebutan papa.
Dhafa mengedikkan kedua bahunya acuh. Pria itu memang bekerja di perusahaan milik Khanza, sebagai sekretaris pribadi Tuan Aryan. Tidak ada yang tahu apa sebenarnya niatnya disana. Karena hanya dia dan Akia saja yang mengetahuinya.
Ya, Akia sengaja menempatkan Dhafa disana, selain karena pria itu memang cerdas dengan segala kegesitan, otak pintarnya dan juga kelicikannya. Dhafa bekerja disana juga untuk menjaga dan mengawasi segala tingkah laku Viona.
Sepeninggal Dhafa, Akia segera merampungkan pekerjaannya. Mengecek pendapatan dan pengeluaran restoran miliknya. Saking fokusnya, gadis itu sampai tidak menyadari jika waktu berlalu begitu cepat. Suara merdu yang berasal dari perutnya sekwtika menghentikan aktifitasnya.
Akia beranjak berdiri lalu berjalan menuruni tangga. Berniat meminta tolong pada salah satu kokinya untuk membuatkan makanan untuknya. Namun langkah kaki gadis itu terhenti ketika mencapai tangga terakhir.
Mata gadis itu terlihat memicing saat melihat kerumunan karyawannya yang berada di depan meja tamu.
"Cepat panggil pemilik restoran ini. Jika tidak maka restoran ini akan kurobohkan sekarang juga." Teriakan menggelegar yang berasal dari seorang pria disalah satu meja tamu terdengar begitu jelas ditelinga Akia.
"Tuan, sudahlah. Ini hanya ke tidak sengajaan. Kita tidak perlu memperpanjang masalah ini." Sahut seorang pria satunya lagi.
"Tidak bisa Tuan Azriel, pelayan rendahan seperti mereka harus diberi hukuman supaya mereka tidak berani lagi berbuat tidak sopan pada pelanggannya." Ucap pria itu lagi dengan nada yang berkobar kobar.
"Ampun Tuan, maafkan saya. Sungguh saya tidak sengaja. Kaki saya tersandung meja, hingga saya tidak sengaja menumpahkan minuman di baju anda." Tini salah satu karyawan Akia nampak menunduk sambil menggigil ketakutan. Wajah gadis itu terlihat sangat pucat.
"Simpan kata maaf mu itu. Kau tidak tahu berapa harga bajuku ini hah ? Bahkan gajimu selama 10 tahun pun tidak sanggup untuk menggantinya. Dasar pelayan bodoh." Umpatnya sembari melayangkan tangannya hendak menampar wajah Tini.
Tini nampak memejamkan matanya, gadis itu terlihat nampak pasrah ketika tangan pria sombong itu sudah berada dalam jangkauan beberapa centi lagi menyentuh pipinya. Airmatanya terus mengalir, hingga sebuah suara menghentikan laju tangan pria tersebut.
"Berhenti !"
Semua orang nampak terdiam, lalu bergerak mencari arah sumber suara tersebut.
"Ada apa ini." Suara emas seorang wanita namun lebih dominan terasa dingin dan datar dan sedikit mengintimidasi. Beberapa orang nampak bergidik ketika tiba tiba merasakan hawa dingin memenuhi restoran tersebut.
Pria sombong tadi langsung melihat kearah seorang gadis yang sangat cantik dengan penampilan yang terlihat menggoda meski terbilang agak tertutup. Lihatlah celana panjang namun terlihat sobek dibagian paha dan dengkulnya. Ditambah kaos putih ketat berlengan pendek. Rambut panjang gadis itu bahkan diikat cepol hingga memperlihatkan lehernya yang putih dan jenjang.
Pria sombong tadi menelan Saliva nya kasar, seketika imajinasi liarnya muncul saat melihat badan seksi seorang Akia. Namun lain halnya dengan pria yang dipanggil Daffa. Pria itu nampak memalingkan wajahnya sembari mengucap istighfar terus menerus.
"Aku bertanya ada apa ini. Tidak adakah yang mau menjawabnya ?" Tanyanya lagi.
"Siapa kau ?" Tanya pria yang diketahui bernama Max.
"Aku pemilik restoran ini."
Max menyeringai.
"Bagus kalau begitu. Karyawanmu ini membuat kesalahan yang mana membuatku harus menanggung rugi. Dan dia harus membayar ganti ruginya kalau tidak aku akan membawanya kekantor polisi." Ucapnya dengan nada sombong.
Akia melihat kearah Tini yang nampak duduk bersimpuh dilantai. Keadaan gadis itu terlihat memprihatinkan. Bajunya yang nampak basah, dan rambutnya yang acak acakan. Sontak membuat Akia merasa geram. Di lihat dari kondisi Tini, gadis itu sudah tahu apa yang terjadi pada karyawannya itu.
"Apa itu benar Tini ?" Tanyanya dengan nada santai.
"Ma-maaf kak, aku su- sungguh tidak sengaja. Kakiku tersandung meja, lalu minuman yang aku bawa tumpah menimpa baju Tuan ini." Jelas Tini dengan tubuh gemetar menahan tangis.
"Bukankah dia sudah minta maaf ?" Tanya Akia sambil menatap nanar kearah Max.
"Maaf saja tidak akan membuat bajuku kembali seperti semula." Sahut Max sombong.
"Apa maumu."
Max menyeringai penuh kenangan. Matanya menatap sekeliling restoran. Otaknya berputar licik.
"Aku punya penawaran untukmu. Pertama dia harus mengganti rugi maka aku akan melepasnya, dan dia juga harus mencium kakiku. Kalau tidak aku akan membawanya kekantor polisi. Yang kedua kau yang harus menggantinya. Jika tidak ada uang, maka kau bisa menggantinya dengan..." Max menghentikan ucapannya, matanya menatap lapar tubuh Akia.
Akia mengepal geram namun matanya menatap nyalang kearah Max. Sementara Tini dan juga yang lainnya nampak terkejut mendengar ucapan pria sombong didepan mereka. Tidak terkecuali Azriel.
"Tuan, hentikan. Anda sudah keterlaluan." Sergah Azriel.
"Biarkan saja Tuan Azriel, ini urusanku dengan wanita itu."
"K-kak, biarkan Tini melakukan apa yang Tuan ini minta. Tini mohon, jangan turuti kemauan orang ini." Pinta Tini ketika melihat Akia yang hanya terdiam saja. Sudah cukup dia merepotkan bosnya yang sudah sering membantunya.
Lalu gadis itu beringsut kearah Max, berniat untuk mencium kaki pria itu yang nampak tertawa puas.
"Apa yang kau lakukan Tini ? Apa aku menyuruhmu untuk melakukan perbuatan rendah itu." Ucapan Akia spontan menghentikan aksi Tini yang sebentar lagi mencium kaki Max.
Akia memberi isyarat pada salah satu karyawannya untuk membawa Tini pergi dari tempat itu. Setelah kepergian Tini, Akia berjalan santai kearah Max.
"Kau pintar, jadi kau memilih opsi yang kedua." Ucap Max penuh kemenangan.
Akia menyeringai, sorot matanya terlihat dingin dan menakutkan. Dia melirik kearah Azriel.
"Cih, orang yang sok alim yang sok sokan menyuruh orang lain untuk bertobat. Namun kenyataannya sikapnya terlihat lebih rendah dan tidak lebih baik dari seekor semut. Membiarkan orang lain yang terlihat lemah dan hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun. Sungguh pria pengecut, dan hanya pria banci yang hanya diam saja ketika melihat ketidakadilan terjadi di depan matanya." Ketusnya sinis pada Azriel.
Rio sang asisten nampak tidak terima mendengar bosnya dihina sedemikian rupa. Pria itu berjalan kearah Akia dengan wajah memerah, namun Azriel segera menahan gerakan Rio. Menggelengkan kepalanya pelan, lalu menyuruh asistennya itu untuk mundur.
Melihat itu Akia kembali tersenyum sinis.
"Berapa yang kau minta." Matanya kembali beralih kearah Max.
Max tertawa remeh.
"Apa kau mampu membayarnya ? Lihatlah kau hanya mempunyai restoran kecil ini."
"Ck, tidak perlu basa basi. Katakan berapa yang kau minta." Ucapnya kembali.
"Satu Milyar !! Apa kau sanggup ?"
Semua mata membelalak sempurna mendengar nominal angka yang disebutkan pria itu. Sedangkan Max tersenyum puas, seakan yakin jika gadis didepannya tidak sanggup untuk membayarnya. Namun yang ditatap masih terlihat santai.
"Akan kubayar." Ucapnya dengan sorot mata dingin membuat Max terperangah tak percaya.
TBC.
Alhamdulillah..akhirnya** bisa update. Terima kasih karena terus setia menunggu. Tetap dukung author kece dengan meninggalkan jempolnya ya..😘😘
Sekedar pemberitahuan,,karena sebagian pembaca setia author pada bingung karena kesamaan nama Dhafa dan Daffa jadi author putuskan jika nama Daffa yang ada di depan nama Azriel akan author buang dan ganti menjadi nama lain. Supaya para pembaca tidak kebingungan..hehe..author juga salah sih, kenaka kok bisa sama nama Azriel demgan nama sahabat Akia..
mohon maaf ya pembaca setiaku..🤗😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Herlinatriyono 786
sok iye nih orang, kagak tau aja siapa lawannya.
gue udah beberapa kali baca tetep greget
2024-04-30
0
Abizar zayra aLkiaana
1m😲😲
2023-07-09
0
Alan Bumi
seketika
2022-09-04
0