Akia menatap dingin pada sosok wanita yang sedang berdiri didepannya. Memandang intens pada tubuh wanita itu, dan tatapannya berhenti pada perut yang terlihat membesar. Dengan acuh dia meletakkan kembali sepatu yang ingin dia beli, niat untuk berbelanja seketika sirna karena moodnya yang berubah menjadi buruk.
Dengan cepat dia berbalik arah demi menghindari wanita tersebut. Namun belom sempat dia berjalan suara wanita itu menghentikan langkahnya.
"Apa kabarmu Kia ?"Tanya Lisa.
Akia kembali berbalik, dengan senyuman sinisnya dia menatap wajah Lisa dengan tangan yang bersidekap didadanya.
"Menurut loe ? Apa gue terlihat sangat buruk ? Ck ck ternyata selain jadi perebut loe juga terlihat buta ya." Sarkasnya tajam yang langsung membuat Lisa mengepalkan tangannya.
"Ternyata sikap loe ga pernah berubah ya. Pantas saja Brian lebih memilihku daripada loe." Sahutnya hendak memancing emosi Akia.
Akia tertawa keras membuat Lisa mengernyitkan dahinya.
"Loe itu bodoh sekali. Apa loe pikir gue bakal ke pancing sama omongan loe ? Loe salah j****g, justru gue harus ngucapin terima kasih sama loe karena loe udah ngerebut Brian dari tangan gue."
"Maksud loe ?"
"Ck, loe emang bodoh dari dulu. Loe tahu dengan sikap loe yang seperti itu, justru malah ngebuka mata gue kalo ternyata musuh paling dekat dari gue adalah sahabat gue sendiri. Dengan sikap loe yang begitu, cukup membuat gue yakin kalo ternyata loe hanyalah seorang wanita murahan saja yang rela tidur dengan pria hanya untuk bisa mendapatkan apa yang loe inginkan."
"Loe ! berani menghinaku." Geram Lisa.
"Loe pikir gue takut ? Ingat gue bukan Akia yang polos seperti dulu, loe salah kalo cari gara gara sama gue, karena gue yang sekarang tidak akan pernah membiarkan siapapun bisa ngerendahin gue ataupun menghina gue. Camkan itu baik baik."
Akia segera berbalik sebelum Lisa berhasil membalas perkataan nya. Namun langkahnya kembali terhenti ketika mendengar suara bass seorang pria yang sangat dia kenal.
"Sayang, apa kau belum selesai." Brian tiba tiba muncul ditempat mereka berdiri.
Melihat kemunculan Brian membuat Lisa tersenyum menyeringai. Dengan tiba tiba dia bergelayut manja di lengan Brian.
"Sayang, aku ingin membeli sepatu ini, tapi aku ingin nona didepan ini yang membawakan sepatu itu padaku." Ucapnya dengan nada manja, membuat Akia memutar kedua bolamatanya.
"Tapi sayang.." Jawab Brian ragu.
"Ayolah sayang, ini anakmu loh yang minta. Emang kamu mau anak kita nanti ileran." Sahutnya lagi.
Dengan terpaksa Brian berjalan kearah Akia sembari menghela nafasnya yang terasa berat.Sementara itu Lisa yang berada dibelakang nampak bersidekap sembari tersenyum penuh kemenangan. Posisi Akia yang berbalik, membuat Brian tidak bisa melihat wajah Akia.
"Nona, maaf bisakah kau membawakan sepatu ini untuk istriku ? Aku akan membayarmu nanti, tapi saya mohon anda bersedia. Ini demi anak saya, istriku sedang hamil." Pintanya sedikit ragu, jujur dia merasa malu dan ga enak dengan permintaan aneh istrinya.
Akia berbalik, spontan membuat Brian terkejut seketika.
"K-Kia ?!" Ujarnya dengan nada terkejut.
"Tidak masalah. Aku akan membawakan sepatu ini untuk istri anda ? Kenapa anda terlihat seperti terkejut setelah melihatku tuan ? Apakah aku mirip dengan seseorang yang ada dihatimu ? Atau aku mirip seseorang yang sudah kau khianati ?" Tanyanya sinis.
"Ak-aku.."
"Kenapa anda jadi gugup dan salah tingkah begini Tuan ? Ayolah, bersikaplah santai. Tenang saja, aku akan menuruti kemauan istrimu, karena dari yang aku dengar wanita hamil identik dengan permintaan yang aneh aneh. Dan sekarang anggap saja aku sedang membantu ngidam istrimu itu." Sahut Akia cepat, lalu gadis itu meraih sepasang sepatu tersebut lalu membawanya ke kasir.
"Karena tugasku sudah selesai, maka aku pamit undur diri. Oh iya, jagalah kandungan istrimu, karena kalau tidak anda akan kembali kehilangan orang yang anda cintai." Ketusnya dengan menatap tajam kedua oramg didepannya.
"Kia, maafkan aku." Lirih Brian berucap sembari menundukkan kepalanya.
Akia menoleh kearah Brian.
"Apa loe punya salah sama gue sampai loe harus meminta maaf ? Gue rasa loe kesambet deh. Oh iya buat loe Lisa, itu sepatu mending buat loe aja deh. Sorry gue udah ga berminat sama barang yang sudah disentuh orang. Lagipula itu sepatu juga cocok buat loe. Karena loe emang pantas mendapatkan barang bekas apalagi bekas dari gue. Entah itu sepatu ataupuan pria yang sekarang jadi laki loe." Ucapnya sinis lalu segera pergi dari hadapan kedua makhluk tersebut.
Lisa yang niat awalnya ingin mempermalukan Akia, namun kini malah dirinya yang terpojok dengan kata kata dan sikap Akia. Mukanya memerah menahan amarah. Dengan kesal Lisa berlalu meninggalkan toko tersebut tanpa perduli jika Brian masih ada didalamnya.
Sementara itu Brian hanya bisa menatap punggung Akia dengan tatapan sendu.
Maafkan aku Kia, aku memang bodoh, seandainya aku tidak tergoda oleh rayuan Lisa, mungkin saat ini kita sudah bersama.
Setelah menormalkan deru nafasnya berkali kali, Brian lalu pergi meninggalkan toko menyusul kepergian istrinya.
💞 💞 💞
Dalam keheningan malam yang semakin beranjak naik, Akia melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Wajah cantiknya yang mendadak berubah merah pertanda jika saat ini dia sedang menahan amarahnya.
Hingga tiba disebuah jembatan, gadis itu menghentikan laju motornya. Menatap hamparan derasnya arus sungai yang berada dibawahnya. Pandangan matanya terlihat sangat kosong.
"Sial !! Kenapa harus bertemu dengannya lagi ?" Ucapnya lirih
Cukup lama Akia berada ditempat itu, hingga tanpa terasa malam sudah semakin naik. Samar samar namun sangat jelas dia mendengar suara azhan berkumandang. Lagi lagi gadis itu tersentak dari lamunannya. Suara merdu seseorang yang mengumandangkan azhan terasa sangat menyentuh hingga kerelung hatinya.
Suara itu, lagi lagi aku mendengarnya kembali. Ini sudah kedua kalinya akuendemgar suara itu. Siapa pemilik suara merdu ini ? Kenapa hatiku terasa nyaman dan damai ? Seolah olah beban hidupku langsung sirna seketika.
Akia langsung berdiri dari duduknya, berjalan gontai kearah motor besarnya. Dengan wajah lesu, gadis itu kembali melajukan motornya membelah keheningan malam.
Sampai di sebuah Taman, Akia berhenti sejenak. Lalu duduk di bangku kecil yang berada di taman tersebut. Dilihatnya jam yang melingkar di lengan kecilnya. Pukul 8 malam, kepalanya menengok kekanan dan ke kiri. Seolah olah sedang mencari seseorang yang tengah dia tunggu sedari tadi.
Tidak berselang lama, senyumnya terbit di bibirnya yang tipis. Dia beranjak berdiri dan berjalan pelan menghampiri sosok yang tengah mendorong sebuah gerobak dengan kedua kakinya yang berjalan tertatih tatih.
"Abah, kok baru lewat sih ?" Ujarnya sembari memegang ujung gerobak tersebut.
Pria tua itu nampak menengok kearahnya sembari mengurai senyuman tipis.
"Aih si eneng geulis, sudah lama nungguin ya. Maaf ya, abah mah baru lewat, tadi ban gerobak nya bocor, jadi abah benerin dulu." Jawab pria tua tersebut.
"Abah masih banyak ya dagangannya ?" Tanyanya lagi sambil mengecek satu persatu dagangan pria tua tersebut.
"Alhamdulillah masih ada neng, hari ini sudah terjual 10 bungkus." Ucapnya dengan nada bersyukur.
Akia menatap intens wajah pria tua didepannya. Abah Umar, kebanyakan orang memanggilnya. Pria tua yang sudah nampak keriput, namun tetap berjualan dengan semangatnya yang membara. Tidak perduli apakah hari ini dagangannya itu habis terjual ataupun tidak. Abah Umar tidak pernah mengeluh sekalipun. Baginya jika dia tidak berjualan lalu siapa yang akan menghidupi dan membiayai sekolah cucu satu satunya.
Anak dan menantu Abah Umar sudah meninggal karena kecelakaan. Dan kini dia hidup hanya dengan cucu laki lakinya. Istrinya ? Istri Abah pun sudah meninggal 6 tahun yang lalu karena sebuah penyakit.
Akia menatap pada dagangan Abah Umar yang masih terlihat banyak, tersenyum getir saat melihat gurat lelah di wajah pria tua tersebut.
"Abah, kenapa Arfan ga ikut ?" Akia menanyakan bocah laki laki berusia 12 tahun tersebut.
"Cucu abah lagi sakit neng, makanya nggak bisa bantuin abah."
Akia mengangguk pelan.
"Abah, bungkusin semuanya ya. Hari ini Kia sedang ada acara, jadi Kia kepikiran mending pesen makanan di abah aja. Makanya Kia sedari tadi nungguin abah lewat." Ucap Akia mencari alasan yang kira kira masuk akal.
Abah Umar hanya tersenyum kecil, dia tahu jika gadis didepannya ini hanya mencari alasan. Karena hampir tiap hari Akia selalu memborong dagangannya. Kadang Abah Umar merasa tidak enak, ingin mencari jalan lain. Namun bagaimana lagi, usia yang sudah tua, membuat tenaganya juga sangat lemah jika harus lewat jalan lain yang nampak harus memutar jauh.
Tanpa banyak berkata, Abah Umar lalu membungkus semua dagangannya. Bahkan gadis itu nampak sangat lihai membantu Abah Umar untuk membungkus ketoprak tersebut.
Setelah beberapa saat kini selesai sudah abah Umar membungkus dagangannya. Sebanyak 20 bungkus ketoprak yang kini sudah berada didalam kantong berukuran agak besar.
"Abah, ini uangnya. Dan ini Kia nitip buat Arfan ya, suruh berobat biar cepet sembuh. Dan juga untuk membeli keperluan sekolah Arfan." Ujar Akia sambil memberi Abah Umar segepok uang.
Tangan pria tua itu nampak terlibat gemetar saat memegang segepok uang yang Akia berikan padanya. Jujur baru kali ini dia memegang uang sebanyak itu.
"N-neng, ini terlalu kebanyakan. Abah ga bisa menerima ini semua. Neng sudah terlalu baik sama abah." Ucapnya dengan suara bergetar.
Akia tersenyum sambil melihat wajah pria tua didepannya.
"Abah, uang ini untuk Arfan." Jawabnya.
TBC
Alhamdulillah..eps 12 bisa selesai juga.
Jangan lupa tinggalkan jejak buat author kece ya..
Sallam sayang dari ASKHA😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Alan Bumi
aku mendengar
2022-09-04
0
Alan Bumi
suara adzan
2022-09-04
0
😎 ȥҽɳƙαɱʂιԃҽɾ 😎
jawabnya 😄
2021-10-15
0