Sepanjang jalan, banyak baby sitter yang gemas pada baby Kin, tapi tak ada seorang pun yang berani mendekat atau pun mendapatkan fotonya. Telah beredar di kawasan elit itu bahwa ada pelarangan mengambil gambar putra dari Tuan Key. Hukuman setimpal bagi yang melanggar.
Baby Kin pun tak mengerti. Bayi yang sedang belajar berbicara itu mengoceh dengan lucunya sepanjang jalan. Pipinya yang menggemaskan memerah seperti tomat saat terkena sinar matahari. Benar-benar balita yang lucu.
Seperempat jam kemudian Baby Kin muncul di depan pintu rumah dengan gelak tawa bersama Pak Anton, kakeknya.
Kimmy segera menyambutnya.
"Bos Tuan Kecil, ayo kita makan. Setelah itu, kita mandi, ya?"
"Nah, sekarang Kin sama Tante Kimmy dulu, ya?" ujar Pak Anton.
Kimmy membawa Kin untuk disuapi kemudian memandikannya. Acara makan sendiri lalu mandi, begitu mengasyikkan bagi seorang balita. Sebuah kolam plastik disediakan untuk mandi balita itu, dengan dua pelampung di lengannya, dia seperti berenang dalam kolam.
Usai mandi, balita yang manis itu menguap.
"Bos Kin, ngantuk, ya?" tanya Kimmy.
Kin mulai rewel, mengucek matanya kemudian meminta gendong Kimmy untuk menimang seperti yang dilakukan ibunya.
"Iya, sini Kimmy gendong!"
Dia meraih selendang lalu membawa Kin dalam pelukannya. Dalam waktu sekejap, balita itu tertidur pulas.
*
Siang harinya, Bianca pulang dan menyambut balitanya yang sedang bermain bersama Kimmy. Sepertinya, dia baru saja tidur siang. Rambut balita itu masih acak-acakan.
"Halo, Dear ...." sapa Bianca pada Kin-nya tersayang.
Kin meraih tangan Bianca dan meminta gendong pada ibunya.
Kimmy meremas kedua tangannya. Gadis itu memikirkan keinginan ibunya untuk pulang ke desa. Dia ingin meminta ijin agar diperbolehkan Bianca.
"Bos Nona ...." ujarnya sedikit merengek.
Meskipun tak ada larangan untuk pulang, tapi kebaikan semua orang di rumah ini membuat Kimmy merasa tak enak untuk meminta ijin.
"Iya, Kimmy. Ada apa?" Bianca menggendong Kin dan sesekali menatap ke Kimmy.
Kimmy terlihat sedikit menghela napas, menenangkan diri.
"M-mama saya di desa rindu dan meminta saya pulang sejenak. A-apakah boleh, Bos Nona?" ujar Kimmy agak terbata.
"Tentu saja boleh! Asal kamu kembali lagi. Kami sangat menyayangimu," sahut Bianca tersenyum.
Senyum Kimmy mengembang, lega mendengarnya. Ketakutannya sirna.
"Kapan kamu akan pulang?" tanya Bianca duduk memangku Kin.
"Minggu depan, Bos Nona!"
"Hmm ... kenapa tak nanti sore saja? Karena kamu satu tahun tidak pulang, aku akan memberimu cuti selama satu minggu!" ujar Bianca membuat Kimmy begitu senangnya.
"Lalu, bagaimana dengan Bos Kecil Kin, Bos Nona?"
"Itu bisa diatur, aku bisa mengurusinya, kalau repot, ada mama yang akan ke sini," jawab Bianca melegakan.
"Tambah lagi, urusan hotel pun aman karena laporan akhir tahun telah selesai. Kamu bisa liburan, Kimmy!" lanjut Bianca.
Mata Kimmy berbinar. Dia membayangkan akan menghirup udara desa yang jujur saja, dia rindukan.
"Sekali lagi, terima kasih, Bos Nona!"
Kimmy berkali-kali membungkukkan badannya.
"Iya, sudah. Kamu bersiap-siaplah. Nanti sore, Felix mungkin akan mengantarmu seperti biasa."
"Bos Pelix?" tanya Kimmy.
"Iya, dia pun mendapat cuti selama satu hari saja."
Bianca tersenyum.
"Kenapa hanya satu hari untuk Bos Pelix, Bos Nona?"
Kimmy merasa tak enak lagi.
"Felix banyak dibutuhkan di perusahaan. Jadi, dia tak bisa lama-lama meninggalkan perusahaan," ujar Bianca.
"Oh, baiklah, Bos Nona. Tuan Kecil Kin sudah makan siang. Saya permisi dulu, mau menyiapkan segala sesuatu untuk dibawa pulang."
Kimmy meminta ijin.
"Ya, bawa uang ini untuk uang saku, juga oleh-oleh kue dari dapur untuk keluargamu, Kimmy!" titah Bianca mengeluarkan lima belas lembar uang merah.
"Terima kasih banyak, Bos Nona! Baik, Bos Nona!"
Gadis itu menerima uang dari Bianca dengan senang. Dia memohon diri untuk ke kamarnya.
Kimmy berdendang riang saat berjalan ke kamar. Dia berlari saking senangnya, tak sengaja menabrak pria yang bersiap juga untuk pulang.
"Ah! Maap Bos Pelix! Tak sengaja aku tuh."
Felix hanya memutar bola matanya, lalu melanjutkan jalannya ke kamar mandi bawah.
Kimmy mengelus dadanya. Tak ayal, dia kaget juga saat menabrak pria itu. Kemudian dia berjalan cepat ke kamar.
Selama ada baby Kin, Kimmy tidur di ruang bayi. Dia memilih sendiri untuk tidur di sana walau ada ruangan untuknya. Itu dipilihnya agar sewaktu-waktu baby Kin tidur di kamarnya sendiri, dia bisa menjagainya, tanpa sang bos harus mengetuk pintu kamar untuk membangunkannya.
Kimmy merapikan kamar Kin, kemudian masuk ke kamarnya sendiri untuk menata baju ke dalam kopernya.
Seminggu ... ah, dia membayangkan akan mengitari desa selama seminggu. Uang di tasnya pun dirasa sangat cukup untuk menghabiskan waktu tujuh hari di desa, karena di desa semua begitu murah meriah.
Hingga waktu menunjukkan pukul tiga sore, saat itu Bianca sedang bersama anaknya.
"Aku akan memandikan Bos Kecil Kin lagi dulu! Nanti kesorean jika tak mandi sekarang," ujar Kimmy. Semua yang dia persiapkan untuk pulang telah ditata rapi di kamarnya.
Kimmy berjalan ke arah Bianca.
"Bos Nona, biar saya mandikan Bos Kin sore ini," pintanya.
"Oh, baiklah. Kamu sudah siap-siap?" tanya Bianca.
"Sudah, Bos Nona! Nantinya, seminggu saya tak bertemu Bos Kin, saya akan memandikannya dulu," ujar Kimmy memohon.
"Baiklah, Kimmy, kamu pasti akan merindukannya," sahut Bianca.
"Iya, Bos Nona."
Sehari-hari dalam satu tahun Kimmy bersama dengan anak kecil itu. Sekarang seminggu dia akan berpisah. Tentu saja Kimmy merasa agak berat meninggalkannya walau hanya beberapa hari saja. Hampir saja dia menangis, tapi dia pun rindu akan keluarganya.
Kin terlihat sangat manis saat akan ditinggalkan. Begitulah anak kecil, seperti malah makin menggemaskan dan makin membuat seseorang tak ingin pergi darinya.
"Timi ... tayang," ujar Kin saat Kimmy mengusap bayi itu dengan sabun cair.
"Iya, sayang juga sama Bos Kin. Tante Kimmy nanti pergi dulu seminggu, ya? Bos Kin yang baik ya sama Mommy dan Daddy? Nurut, ya?" tanya Kimmy.
Kin mengangguk, seolah mengerti apa yang dikatakan Kimmy.
Kimmy menciumi balita itu usai mandi, lalu mendekapnya dengan handuk, membawanya ke kamar. Dia mengeringkan tubuh si balita dan memakaikan baju hangatnya di sore itu. Saking gemasnya, ala desa, dia membedaki wajah bayi itu dengan bedak bayi.
Tak lama, dia berhenti mendengar Nonanya memberi tahu bahwa berbahaya bedak yang ditaburkan ke wajah bagi balita. Bisa masuk ke hidungnya. Baru kali ini Kimmy membedaki wajah balita itu. Sekarang dia mengerti kenapa Bos Nonanya tak pernah melakukannya.
Kimmy tersenyum karena pemberitahuan dari nonanya selalu tak seperti memarahi.
Gadis itu menggendong Kin lagi keluar dan berpapasan lagi dengan Felix.
Kali ini Felix terkejut melihat wajah balita itu penuh bedak.
"Huh, gadis aneh! Wajah tuan kecil dia buat kayak kesemek!"
******
Maaf kalo ceritanya membosankan skip aja yah ....
Plagiarisme melanggar Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Sri Astuti
hehehe
2021-12-21
0
iyut_PAntes
kesemek ya felix
2021-10-16
0
Munce Munce
kesemek Mateng🤣🤣🤣
2021-10-10
0