Sampai Rumah

Mobil hitam mengkilat yang sedang dinaiki dua orang itu memasuki daerah pedesaan. Kimmy bersikap seolah menghirup udara segar di dalam mobil.

"Sama juga dia menghirup AC mobil kan kalau seperti itu?" gumam Felix meliriknya.

"Apa Bos Pelix?" tanya Kimmy usai merenggangkan otot-ototnya.

"Aku tidak bilang apa-apa," jawab Felix mengedarkan pandangan ke depan lalu ke samping kanan.

Kimmy pun tak menghiraukan pria sentimen itu. Dia semakin berbinar saja saat mobil mulai memasuki kawasan rumah-rumah. Itu berarti, rumahnya sudah dekat.

"Nah, itu rumahku," ujar Kimmy menunjuk ke sebuah rumah.

"Sudah tahu!" jawab Felix.

Wanita ini kan dulu kuantar ke rumah juga, kan? Kenapa dia menganggapku tak tahu letak rumahnya sih?

Mobil berhenti di depan rumah. Kimmy langsung membuka pintu mobil dan keluar, berlari ke pintu rumah.

Felix berdecak, membuka bagasi dan mengeluarkan tas-tas Kimmy, lalu membawakannya keluar.

Bu Amy membuka pintu dengan wajah kaget tapi kemudian sumringah melihat anak perempuannya telah berada di depan pintu. Wanita paruh baya itu memeluk anak gadisnya karena lama sekali tak bertemu.

"Ah, Kimmy kesayanganku ... lama sekali kamu tidak pulang, Nak!" sambutnya.

Nya ... Nyonya, ini tas-tas anakmu diurusin!

Ingin rasanya Felix berteriak. Dia berdiri agak lama di belakang mereka, memegang tas-tas Kimmy yang bermotif bunga-bunga dan satu lagi tas besar berwarna pink kusam. Tas yang dibawa gadis itu pertama kali datang ke rumah Tuan Key. Kali itu, Felix memandang keduanya seperti tas anak TK karena motifnya yang menggelikan. Namun, sekarang dia berdiri dengan dua tas yang dipandangnya aneh satu setengah tahun yang lalu.

Sebentar kemudian, setelah drama pertemuan ibu dan anak yang terpisahkan, baru keduanya memandang ke arah Felix.

"Eh, Felix! Ayo masuk!" ajak Nyonya Amy.

Masuk? Ini lho Nya, tasnya .... Aih, si Kimmy konyol malah duluan masuk!

Felix terpaksa melebarkan senyum. Namun, bola matanya mengekori Kimmy, masih dengan posisi berdiri.

"Nyonya, terima kasih, tapi saya permisi dulu. Ini sudah malam. Nanti saya takut kemalaman di jalan," tolak Felix halus, membungkuk.

"Oh ... baiklah. Terima kasih, ya?" ujar wanita itu.

Felix memohon diri lalu masuk kembali ke mobil. Dia menyalakan mobil kemudian menjalankannya pelan memutar.

Ketika moncong mobil sudah menghadap ke arah jalan desa, Kimmy memanggilnya seraya membawakan nampan dan secangkir teh yang mengepul.

"Bos Pelix! Minum dulu!" teriaknya.

"Ugh! Sudah, tak usah! Aku nanti kemalaman!" seru pria itu menurunkan kaca mobil.

Tak disangka, Kimmy malah mengejarnya.

Ah, gadis itu kenapa sih!

"Minum dulu dari sini juga tidak apa-apa, Bos!"

Felix menghela napas, dia akhirnya mengambil gagang cangkir dan langsung meminumnya karena tergesa.

Hmmppftt!! Uhuk!

"Panas, bodoh!" seru Felix sesaat setelah menyemburkan teh panas itu dari mulutnya. Lidahnya telah mati rasa karena kepanasan.

"Maap, Bos! Bos juga tak meniupnya dulu, sih!" Kimmy meringis.

"Sudah! Aku mau pulang, permisi!" ujar Felix pada Kimmy. Dia menutup kaca mobilnya.

"Makasih, Bos Pelix!"

Kimmy membawa nampan dan berkali-kali membungkuk, berterima kasih.

Mobil telah berlalu dan menghilang. Kini, Kimmy membereskan semua yang ada di depan pintu.

Gadis itu menyeka wajahnya dengan air dingin saat tiba di kamar mandi malam itu. Dua adik lelakinya menyambut dengan gembira kedatangan sang Kakak.

"Kakak, nilaiku kemarin bagus-bagus!" pamer mereka.

"Oh ya, sipp ... Adikku itu pintar-pintar! Makin rajin ya, belajarnya!" puji Kimmy mengacungkan ibu jarinya untuk kedua adiknya, Rama kelas sembilan dan Raka kelas tujuh.

"Eh, di mana Pita??" tanya Kimmy.

"Kak Vita ...." Ucapan keduanya terpotong dan terdiam. Kemudian mengangkat bahu mereka.

"Lho, kok aneh nggak tahu?" tanya Kimmy. Dia beranjak ke belakang, menemui mamanya.

"Ma, si Pita kemana?"

Wanita yang sedang membuka bungkus mie instan itu menoleh, kemudian kembali memasukkan mie ke dalam panci. Dia terlihat gusar.

"Ma ...." ulang Kimmy.

Pikiran Kimmy beralih pada apa yang dilakukan mamanya.

Dia melihat mie instan itu, "Mama bilang kalau kita tidak boleh makan banyak mie instan, tapi kenapa ada bungkus-bungkus mie di dalam tong sampah??" ujar Kimmy mengerutkan dahi.

Sang mama menghela napas.

"Kimmy, maafkan Mama ...." ujar wanita itu pada akhirnya.

"Apa sih? Apa yang kalian sembunyikan??" kejar Kimmy.

"Pita ... pergi dari rumah."

Ucapan mamanya itu bagai petir menggelegar, bergemuruh di dalam dada Kimmy.

"Apa dia terlibat kenakalan remaja? Kenapa dia, Mama??" berondong Kimmy.

Sepengetahuan Kimmy, keluarganya baik-baik saja. Namun, ternyata selama dia tinggalkan ada masalah juga.

"Begini, biar Mama mulai bercerita dari awal."

Wanita itu menyelesaikan masaknya, kemudian dia menaruh mie rebus sawinya di dalam mangkuk besar dan membawanya ke ruang makan. Kimmy mencoba bersabar menunggunya, kemudian mengikuti mamanya dengan rasa penasaran yang begitu besar.

"Makan dulu ...." ujar Mamanya. Dia memanggil kedua anak lelakinya yang lain ke ruang makan.

"Sebentar, kita hanya makan mie?" tanya Kimmy melihat apa yang ada di atas meja.

"Iya, beberapa bulan Mama hanya bisa masak mie. Semua sayuran yang ditanam di depan rumah rusak oleh-...."

Kalimat Raka dipotong oleh ibunya dengan mengelus lengan anak itu.

"Kita makan dulu," ujar wanita itu mengulur waktu.

"Tidak, Ma! Jelaskan!"

Kimmy sudah tak bisa menahan rasa keingintahuannya itu. Sikap cerianya menghilang entah kemana.

"Kimmy, adik-adikmu belum makan, kita makan dulu, ya?" kata Nyonya Amy.

Kimmy menatap pada kedua adiknya yang terlihat agak kurus itu. Seketika rasa iba muncul, tak bagus juga jika dia memaksa ibunya untuk bercerita di saat kedua adiknya kelaparan. Sedangkan, ini sudah jam sembilan malam. Mereka pasti sangat ingin makan.

"Oh iya, Raka, tolong ambilkan makanan di tas pink Kak Kimmy. Bos Nona memberi Kakak makanan yang sangat banyak."

Tiba-tiba Kimmy teringat dengan apa yang dibawakan oleh Bos Nonanya.

"Ya, Kak!"

Raka, anak lelaki itu segera beranjak dan mencari tas kakaknya, mengambil plastik besar berisi makanan dari tas Kimmy.

Beberapa potong roti manis yang sangat lezat, kue kering yang renyah, buah-buahan dan minuman di dalam sebuah plastik besar.

Raka membawanya ke ruang makan dengan tergopoh. Kedua anak itu segera menyerbu apa yang ada di atas meja. Kimmy melihat mereka dengan miris. Bahkan hidup di desa yang bertetangga baik pun tak berpengaruh pada kekurangan mereka saat ini.

Kimmy menatap wanita berwajah sendu yang sedang memakan mie di dalam piringnya. Seolah bebannya begitu berat.

Pikiran Kimmy berkecamuk.

Apakah yang terjadi pada adiknya? Di mana ayah saat semua ini terjadi?

Kimmy mencoba bersabar menunggu perut mereka kenyang. Dia bahkan tak berselera untuk makan.

******

Plagiarisme melanggar Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Terpopuler

Comments

iyut_PAntes

iyut_PAntes

😭😭

2021-10-17

0

Munce Munce

Munce Munce

kira"ada msalah apa sampai Vita pergi

2021-10-11

0

ibune Aldo

ibune Aldo

kalau anak desa... dan dari keluarga kurang mampu... gk ada yg manggil ortu.. mama sama Papa Thor... maaf ya sekedar koreksi... 🙏... tapi aku menikmati cerita nya...

2021-05-04

0

lihat semua
Episodes
1 Kehidupan Baru
2 Kerja Bersama
3 Nifas
4 Jendela Lucknut
5 Jendela Lucknut Lagi
6 Susah Bicara Denganmu!
7 Berbaikan
8 Kunjungan Teman
9 Bahasa Asing
10 Kata Orang Dulu
11 Jamur
12 Tengkurap
13 Sudah Seperti Pasangan
14 Belanja
15 Kelakuan Daddy
16 Satu Tahun Baby Kin
17 Cuti
18 Psikopat
19 Sampai Rumah
20 Persoalan Keluarga Kimmy
21 Juragan Burhan
22 Mendatangi Rumah Juragan
23 Terpaksa Menikah
24 Ketinggalan
25 Terpaksa Menikah 2
26 Pesan Tio
27 Wanita Ini?
28 Tidur Sekamar
29 Pinjam Baju
30 Menjemput Tuan Key
31 Pulang Ke Desa
32 Mengantar Pengantin Baru
33 Apartemen
34 Hari Kedua di Apartemen
35 Chatting
36 Pertemuan
37 Kekesalan Vs Kebahagiaan
38 Satu Kamar (Lagi)
39 Omelete
40 Pembalasan
41 Pandai Memasak
42 Panas
43 Saatnya Kembali Bekerja!
44 Chef
45 Ganti Jadwal
46 Belanja Sore
47 Coklat
48 Topa
49 Siapa Cemburu?
50 Ponsel Baru
51 Menunggu Chef
52 Bebas Tugas
53 Masa Lalu Felix
54 Rencana Amoy
55 Minuman
56 Bertemu
57 Menyadari Sesuatu
58 Ayah Biologis
59 Paling Tampan
60 Kenapa Felix?
61 Kapan?
62 Rumah Siapa?
63 Kamuflase
64 Sayang
65 Undangan Pernikahan
66 Persiapan Ke Pesta
67 Pesta Pernikahan
68 Bonus Liburan Felix
69 Bulan Madu?
70 Takut
71 Berenang
72 Aku Mau!
73 Belanja
74 Sibuk
75 Hamil?
76 Tak Menyangka
77 Bos Nona Lelah
78 Penjelasan
79 Kejutan
80 Persiapan Resepsi
81 Checking
82 Meriah
83 Sama
84 Ngidam
85 Cari Rumah Baru
86 Memilih Brosur
87 Peresmian Rumah Baru
88 Usai Acara
89 Tak Mau Parfum
90 Belanja
91 Bulan Ke-9
92 Bareng
93 Panik Oh Panik
94 Lahir
95 Pulang ke Rumah
96 Suka
97 Ternyata Benar
98 Nonton Bioskop
99 Tugas Akhir
100 Persiapan
101 Selamat Susan!
102 Gantungan Kunci
103 Membantu Orang
104 Reuni
105 Identitas Susan
106 Bertemu
107 Keinginan Susan
108 Ingin Bertemu
109 Pengakuan
110 Panti Asuhan
111 Panti Asuhan (2)
112 Kehangatan Di Panti Asuhan
113 Pekerjaan Susan
114 Yoshua Pulang
115 Operasi Adele
116 Jemputan
117 Romantis?
118 Warung Makan
119 Ketahuan
120 Kado
121 Dapat Email
122 Mulai Bekerja
123 Cincin
124 Pencarian
125 Penyelamatan
126 Oalah, Yon.
127 Aku Belum Siap!
128 Maukah Kamu?
129 Ketiban Durian
130 Kapan Kamu Melamar Adikku?
131 Kamu Nanti Lamaran, Lho!
132 Lamaran
133 Sebelum Pernikahan
134 Pernikahan
135 Tangkap Buket Bunga!
136 PENGUMUMAN
137 PROMO BUKAN UP
138 NOVEL BARU DI NT
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Kehidupan Baru
2
Kerja Bersama
3
Nifas
4
Jendela Lucknut
5
Jendela Lucknut Lagi
6
Susah Bicara Denganmu!
7
Berbaikan
8
Kunjungan Teman
9
Bahasa Asing
10
Kata Orang Dulu
11
Jamur
12
Tengkurap
13
Sudah Seperti Pasangan
14
Belanja
15
Kelakuan Daddy
16
Satu Tahun Baby Kin
17
Cuti
18
Psikopat
19
Sampai Rumah
20
Persoalan Keluarga Kimmy
21
Juragan Burhan
22
Mendatangi Rumah Juragan
23
Terpaksa Menikah
24
Ketinggalan
25
Terpaksa Menikah 2
26
Pesan Tio
27
Wanita Ini?
28
Tidur Sekamar
29
Pinjam Baju
30
Menjemput Tuan Key
31
Pulang Ke Desa
32
Mengantar Pengantin Baru
33
Apartemen
34
Hari Kedua di Apartemen
35
Chatting
36
Pertemuan
37
Kekesalan Vs Kebahagiaan
38
Satu Kamar (Lagi)
39
Omelete
40
Pembalasan
41
Pandai Memasak
42
Panas
43
Saatnya Kembali Bekerja!
44
Chef
45
Ganti Jadwal
46
Belanja Sore
47
Coklat
48
Topa
49
Siapa Cemburu?
50
Ponsel Baru
51
Menunggu Chef
52
Bebas Tugas
53
Masa Lalu Felix
54
Rencana Amoy
55
Minuman
56
Bertemu
57
Menyadari Sesuatu
58
Ayah Biologis
59
Paling Tampan
60
Kenapa Felix?
61
Kapan?
62
Rumah Siapa?
63
Kamuflase
64
Sayang
65
Undangan Pernikahan
66
Persiapan Ke Pesta
67
Pesta Pernikahan
68
Bonus Liburan Felix
69
Bulan Madu?
70
Takut
71
Berenang
72
Aku Mau!
73
Belanja
74
Sibuk
75
Hamil?
76
Tak Menyangka
77
Bos Nona Lelah
78
Penjelasan
79
Kejutan
80
Persiapan Resepsi
81
Checking
82
Meriah
83
Sama
84
Ngidam
85
Cari Rumah Baru
86
Memilih Brosur
87
Peresmian Rumah Baru
88
Usai Acara
89
Tak Mau Parfum
90
Belanja
91
Bulan Ke-9
92
Bareng
93
Panik Oh Panik
94
Lahir
95
Pulang ke Rumah
96
Suka
97
Ternyata Benar
98
Nonton Bioskop
99
Tugas Akhir
100
Persiapan
101
Selamat Susan!
102
Gantungan Kunci
103
Membantu Orang
104
Reuni
105
Identitas Susan
106
Bertemu
107
Keinginan Susan
108
Ingin Bertemu
109
Pengakuan
110
Panti Asuhan
111
Panti Asuhan (2)
112
Kehangatan Di Panti Asuhan
113
Pekerjaan Susan
114
Yoshua Pulang
115
Operasi Adele
116
Jemputan
117
Romantis?
118
Warung Makan
119
Ketahuan
120
Kado
121
Dapat Email
122
Mulai Bekerja
123
Cincin
124
Pencarian
125
Penyelamatan
126
Oalah, Yon.
127
Aku Belum Siap!
128
Maukah Kamu?
129
Ketiban Durian
130
Kapan Kamu Melamar Adikku?
131
Kamu Nanti Lamaran, Lho!
132
Lamaran
133
Sebelum Pernikahan
134
Pernikahan
135
Tangkap Buket Bunga!
136
PENGUMUMAN
137
PROMO BUKAN UP
138
NOVEL BARU DI NT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!