"Silakan pesanannya," ujar si pelayan meletakkan semangkuk sup jamur, sepiring ayam bakar, lalapan, sambal, dua piring nasi, satu gelas jeruk panas dan satu cangkir capuccino.
"Ada tambahan, Nyonya?" tanya si pelayan.
"Kenapa ini paha?"
Felix mengerutkan dahi, protes dengan santapan di hadapannya.
Kimmy menghela napas.
"Bos Pelix tidak bilang mau pesan bagian mana," ujar Kimmy.
Pelayan menunduk takut. Pria itu seram sekali kalau marah.
"Aku mau dada," ujar Felix.
Dia ... dingin di luar, tapi ribet di dalam.
Kimmy menghela napas. Gadis itu mengusap dahi baby Kin yang berkeringat.
"Kak, buatkan satu lagi, dada ayam bakar," pesan Kimmy pada si pelayan.
"Baik, baik."
"Lalu, ini paha buat siapa?" tanya Felix heran.
"Aku juga doyan, Bos Pelix. Bos tenang saja. Berapa pun pesanan dicancel, aku habisi! Selamat makan!"
Kimmy melotot pada Felix sambil menusukkan garpu ke jamur kancing, sosis kemudian jamur kancing lagi yang ada di supnya.
Felix menelan ludah, membayangkan bentuk apa itu yang ditusuk Kimmy.
Seram juga kalau dia marah ....
Felix membuka ponselnya, mengalihkan mata dari gadis yang bahkan tak tahu bentuk apa yang dia tusuk asal itu.
Gadis itu terlihat menikmati makanannya dengan lahap. Dia sungguh kelaparan, terlebih menghadapi pria di depannya yang rewel itu dan mengabaikan suara perut Felix.
"Kipas," ujar Kimmy pada Felix yang sedang menatap ke layar ponsel. Pria itu kebingungan maksudnya.
"Tolong, ambilkan kipas, Bos Pelix!"
"Dimana?"
"Tas bayi," jawab Kimmy.
Felix membuka tas bayi, kemudian mencari sebuah kipas dan memberikannya ke Kimmy. Gadis itu menerimanya sambil mengunyah makanannya.
Sepertinya dia telah menikmati makanannya.
Felix melirik ke arah paha ayam bakar.
Ah, andai tadi aku tidak usah protes macam-macam, tentu sudah mengunyah juga!
"Bos Pelix!"
Pria itu terperanjat dari lamunan. Kimmy menenangkan baby Kin yang juga sempat kaget karenanya. Dia berdiri dan menepuk-nepuk pantat si bayi. Memandang tajam lagi ke Felix.
"Sapu tangan," pinta Kimmy.
Felix segera mencarikan sapu tangan di dalam tas, lalu menyerahkannya ke Kimmy.
Kimmy meraihnya kemudian memakai sapu tangan itu untuk mengelap keringat baby Kin. Dia terpaksa menghentikan makan untuk membuat bayi itu kembali tenang.
Beberapa mata memandang mereka dan berbisik cukup terdengar di telinga Felix yang tajam.
"Kasihan suaminya takut banget sama istrinya, ya?"
"Hey! Aku bukan suaminya!" seru Felix kesal.
Seketika semua orang yang memandang kembali melanjutkan makan mereka mendengar kegalakan pria itu.
Felix yang melotot perlahan meredup melihat keheningan itu. Puas. Sementara Kimmy masih menimang baby Kin karena bayi itu kembali menguap, sepertinya masih mengantuk.
Akhirnya, pesanan Felix datang juga. Pelayan meletakkan piring berisi dada ayam bakar di depan Felix. Pria itu segera menyantap pesanan untuk mengisi perutnya yang telah lapar.
Sementara di posisi lawan, Kimmy pun telah menggigit paha ayam bakar. Tak ada keluhan sedikit pun untuk menghabiskan makan yang dibatalkan itu. Felix merasa salut atas kerepotan yang dia ciptakan tapi tak membuat gadis itu emosi berkepanjangan.
Dia manis sekali .... Aargh, pikiran apa inii?
Felix menjambak rambutnya sendiri, membuat Kimmy mengerutkan dahi melihat pria aneh itu.
Sebentar kemudian, dua orang yang telah membawa masing-masing satu kereta belanja yang penuh dengan belanjaan telah datang.
Beberapa mata sekarang memandang pasangan tenar itu. Felix bersiaga agar tak ada yang mengambil gambar. Kini, semua yang di dalam restoran tahu bahwa si galak ternyata adalah sang asisten Tuan Key yang terkenal. Mulut mereka hanya mampu berbisik betapa tampan dan cantik pasangan itu.
Untung saja Felix dan Kimmy telah menyelesaikan makan.
"Sudah makan?" tanya Bianca pada mereka, dia melihat ke beberapa piring kosong yang ada di meja.
"Sudah, Bos Nona," jawab Kimmy.
"Felix?" Bola mata Bianca bergulir ke wajah Felix.
"Sudah, Nona."
"Hmm ... ya sudah, Kimmy, segera masukkan Baby Kin ke mobil. Felix, bawa barang belanjaanku ke dalam mobil!" titah Bianca menyadari keamanan bayinya. Untung saja tak ada yang sempat merekam wajah si bayi.
"Baik!" Mereka menjawab hampir bersamaan. Felix menyerahkan kunci mobil ke Kimmy.
Kimmy dan Bianca bergegas masuk ke parkiran mobil dan mengeluarkan mobil dari parkiran.
"Fyuh! Kimmy, jadi terkenal itu senang dan bangga. Namun, ada kalanya merasa kebebasan kita terancam."
Bianca telah memangku baby Kin yang terbangun, lalu menyusuinya di jok belakang.
"Iya, Bos Nona. Untunglah tadi hanya ada beberapa orang dan sebelum anda datang, tak ada yang menyadari bahwa baby Kin adalah anak anda, hingga tak sempat mengambil gambar."
Kimmy melajukan mobil, menjemput kedua pria yang berdiri di depan mall, menunggu mereka dengan dua kereta belanja.
Sesampainya di rumah, Bianca bersemangat untuk mencari resep MPASI bersama Kimmy. Sebelumnya, mereka membuka plastik belanjaan, lalu menata di atas meja.
"Banyak sekali yang bisa dibuat puree, aku sudah beli beberapa buah dan sayur yang aman untuk Kin, unsalted butter, keju anak, dan oh ... kemana minyak zaitun?"
Bianca menepuk jidat. Dia terlupa membelinya karena banyak barang yang dia beli.
"Kimmy, aku jaga baby Kin. Kamu keluar sebentar ya, tolong belikan minyak zaitun," titah Bianca.
"Baik, Bos Nona."
"Apa yang ketinggalan, Sayang?" tanya Key yang menuruni tangga.
"Minyak zaitun," ujar Bianca.
"Felix mau keluar untuk membeli sesuatu, sekalian saja," usul Key.
Pria yang disebut sedang mengikuti tuannya menuruni tangga.
"Oh, baiklah. Kebetulan sekali! Tolong mampir ke supermarket, belikan minyak zaitun ya, Felix?" pinta Bianca.
"Baik, Nona."
Felix menurut. Dia mengingat apa yang harus dibeli kemudian masuk ke mobil dan berlalu dari depan rumah.
"Kimmy, bantu beresi barang belanjaan ke dapur ya, biar disimpan oleh Hana," pinta Bianca.
"Siap, Bos Nona."
Sore itu, beberapa menit kemudian, Felix telah kembali membawa sebuah plastik berlogo sebuah supermarket. Dia menemui Kimmy di ruang kerja.
"Kimmy, ini minyak zaitunnya!" ujar Felix meletakkan plastik di depan gadis yang sedang mengetik.
"Iya, Bos Pelix!"
Kimmy menghentikan pekerjaan. Dia mengintip sebentar, mengerutkan dahi dan mengeluarkan botol, melirik ke Felix, lalu mendesah pelan.
"Kenapa?" tanya Felix.
"Aku akan ke supermarket sebentar, barang belanjaan ini perlu revisi!" ujar Kimmy. Dia memasukkan botol itu lagi ke plastik lalu meletakkan kembali plastik itu di meja, kemudian menyambar kunci motor, memakai jaketnya dan keluar dari ruangan.
"Apa salahku??" gumam Felix memeriksa kembali isi plastik itu, membaca labelnya kembali, mengangkat bahu, mencebik dan melanjutkan pekerjaannya.
"Dasar lelaki, diminta beli minyak zaitun untuk masak, malah beli minyak zaitun untuk pijat!" ujar Kimmy sembari menyalakan sepeda motor di garasi sembari tertawa.
******
Plagiarisme melanggar Undang-undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 138 Episodes
Comments
Munce Munce
ampun Felix salah beli minyak zaitun🤦🤦🤦
2021-10-10
0
nilana
🤣🤣🤣
minyak zaitun salah tanggap
2021-06-17
0
Nöç Bäýëď Bäýëď
hahahaha babang felix kenapa buat pijit 😂😂😂😂
2021-04-11
0