Suasana di dalam mobil yang begitu canggung, Bahkan Laura tak pernah memalingkan wajahnya menatap Reyhan.
"Ra... Ayolah, jangan seperti ini terus, aku kan sudah minta maaf lagian apa yang aku lakukan sama kamu itu semuanya karena aku ingin melakukan yang terbaik!" imbuhnya memecah keheningan.
Laura tetap saja terdiam, matanya berkedip saat mendengar pengakuan Reyhan, merasa di abaikan Reyhan menarik pegal gas, melaju dengan kecepatan tinggi dan tiba-tiba mengeremnya tiba-tiba.
Laura seakan terpental meskipun memakai sabun pengaman, "Kak Rey!!! Kenapa kakak melakukan hal bodoh! Apa kakak mau nyawa kita melayang begitu saja?" jeritan Laura malah membuat Yohan tertawa geli.
"Ahahah.... Akhirnya aku bisa mendengar suaramu Ra! Kamu tau tidak, aku merasa tidak nyaman jika kamu seperti televisi rusak, jadi lain kali jangan seperti itu lagi!" titahnya.
Laura merasa aneh, mendengar tawa itu.
"Hah! Ternyata kak Rey ini sangat suka memerintah yah? Padahal aku ini belum jadi siapa-siapanya kakak loh, Kemarin merendahkanku, tadi bertindak seenaknya, dan sekarang mengaturku? Apa ini memang hobi seorang CEO seperti kak Rey?" dengan nada dingin Laura menegaskan sikap Reyhan.
Sambil menyetir, Reyhan sesekali menatapnya, terlihat bahwa dia menghela nafas berat, "Ra... Kenapa kamu terus mengomel seperti seorang istri yang mendapati suaminya selingkuh? Berapa... berapa kali aku sudah meminta maaf, apa kamu mau aku bersujud didepanmu agar bisa memaafkanku? Oke... Kalau itu mau kamu, tapi ingat Ra... Kemarahanmu tidak akan membuatku pergi! Jadi jangan sampai kamu berfikir untuk menyingkirkanku dengan alasan yang tidak masuk akal!" cekam Reyhan dengan emosi tertahan.
Laura hanya memutar bola matanya kesal, dia ingin membantah namun ucapan Reyhan yang terdengar mengintimidasi itu membuatnya terdiam kaku, ia hanya bisa menggenggam tangannya sendiri seraya menyembunyikan amarahnya.
Tiba didepan kampus Laura turun dari mobil tanpa mengucapkan sepatah katapun, "Aku akan datang menjemputmu kalau pulang kuliah!" teriak Reyhan disela langkah Laura memasuki kampus dengan langkah kaki besar.
"Apa dia benar-benar seorang CEO? tapi kelakuannya tidak seperti CEO-CEO di film-film yang sering ku tonton! Dia bahkan ingin selalu menjemputku? Ah ck... Aku tidak percaya!" Ragunya, Memasuki ruang kelas, terlihat ada beberapa mahasiswa yang sudah duduk dikursinya masing-masing, Laura mencari Vanno akan tetapi sahabatnya itu belum juga terlihat batang hidungnya.
Pada saat yang sama Reyhan belum meninggalkan lokasi kampus Laura, jemari panjangnya mengetuk-ngetuk stir mobil seperti sedang memikirkan sesuatu.
Dert... Dert... Dert....
Ponselnya bergetar sebuah panggilan masuk dari sekretarisnya, "Halo pak, apa meeting yang kemarin tertunda sudah bisa dilaksanakan hari ini?"
"Baiklah suruh mereka semua menunggu diruang meeting kita akan melakukannya secara daring, kamu siapkan semuanya agar berjalan dengan lancar!" Perintah Reyhan.
"Apa pak! Secara daring? Tapi...."
"Kenapa, Mau membantah? Apa sudah bosan berada diposisi sekretaris?" ancam Reyhan membuat sekretarisnya itu takut dan dengan gugup hanya mengiyakan.
Reyhan menutup panggilan tersebut, ia melajukan mobilnya menuju perpustakaan yang berada dekat dengan kampus Laura, tak selang beberapa menit dia sampai, dan masuk ke perpustakaan tersebut memesan ruang pribadi yang kedap suara.
Namun sebelum itu, ia memastikan kursi serta meja yang akan ia gunakan haruslah sangat bersih, ia mengendus, "Ahh Andaikan aku tidak berjanji untuk menjemput wanita itu, aku tidak akan kesini, dan juga.... Sepertinya ruangan ini tidak higenis, ada bau-bau sarang laba-laba... Uhh menjijikkan!" umpatnya bergumam.
Dari dalam saku jaznya ia mengeluarkan handsanitizer menyemprotkannya terus menerus hingga pada tetesan terakhir.
"Mmm... Bau laba-labanya masih ada! Sial sekali hari ini.... " Merasa tak ingin kotor, Reyhan mengambil masker dan kos tangan yang ada didalam tas kerjanya, ia memakai masker dan kos tangan tersebut lalu memberitahukan sekretarisnya untuk bersiap dalam 3 menit lagi.
Tiba saatnya ia membuka laptop, menghubungkannya kelayar besar yang ada di ruang meeting, terpampanglah wajah Reyhan lengkap dengan memakai masker membuat para ketua dibidang masing-masing perusahaannya itu terkejut.
"Mulai sekarang!" katanya dengan nada dingin sontak mengguncang hati bawahannya, ada yang kakinya sudah lemas gemetaran, ada juga yang kehilangan kata-kata saat ingin presentase.
Tidak mengherankan jika seperti itu, sosok Reyhan di mata mereka adalah seekor harimau jantan yang siap menerkam mangsanya, apalagi ketika melihat bawahannya membuat satu kesalahan maka dia tak segan-segan mengusirnya tanpa rasa hormat.
Baru beberapa menit berlalu Reyhan terlihat gusar, matanya sesekali melirik kearah jam tangan bermerek limited edition yang terpasang dipergelangan tangannya.
"Stop!" ia memberhentikan proses meeting disela seorang bawahannya tengah menjelaskankan, hingga beberapa dari mereka syok dan ketakutan.
"A-ada apa ini? Kenapa pak Reyhan menyuruhku berhenti? Apa aku berbuat salah? Ya tuhan tolonglah jangan membuat Pak Rey marah, kalau sampai aku kehilangan pekerjaanku, istriku dirumah akan melempar keluar pakaian dan mengusirku dari rumah! Ahk... Aku mau buang air kecil karena rasa takut ini!" batin bawahannya yang mempresentasikan.
"Ada apa pak Rey?" tanya sekretarisnya
"Hentikan meeting ini sekarang juga, aku ada urusan penting! Dan ingat harus ada laporan dari setiap orang yang ikut meeting hari ini, dan itu harus ada sebelum aku sampai dikantor!" tegasnya.
"Siap pak!" jawabnya bersamaan.
Reyhan mematikan sambungan video itu, matanya kembali menerawang berkali-kali memperhatikan jarum jam yang terus berjalan di jamnya.
"Aku Bosan!!! Ahk...apa yang harus aku lakukan, aku tidak suka menunggu! Ini semua gara-gara Laura, dia yang membuatku menunggu, tidak-tidak aku yang dengan senang hati menawarkan diri, tapi kalau aku pulang sekarang dan dia mengharapkan aku datang menjemputnya, pasti dia akan kesal lagi, baiklah kalau begitu aku hanya bisa stand by di depan kampusnya!" dia terus berbicara seorang diri, menjawab pertanyaannya dengan percaya bahwa Laura akan berharap menunggu kedatangan dirinya.
***
Pantulan cahaya matahari membuat Reyhan sangat mengantuk didalam mobilnya, terkadang ia memperhatikan mahasiswa yang berada disekitar kampus, takut jika Laura ada di antara mereka dan kabur darinya lagi.
"Kenapa Laura sangat lama?" rasa bosan terus ia rasakan, hingga seseorang tampak tidak asing baru saja memasuki kampus.
Bip.....
Dia membunyikan klakson mobilnya dengan sangat panjang, orang yang tak lain adalah Vanno itu sangat amat terkejut.
Reyhan menurunkan kaca mobilnya, menjulurkan tangan keluar dan memberi isyarat pada Vanno untuk mendekat,
"Kamu!!" Vanno mengerutkan dahinya, entah mengapa ada rasa kesal saat ia melihat wajah Reyhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Adiva Pratama
iy kayak ny Reyhan orang yg memfaatkn sja😔😔😔
2022-05-19
0
Just Rara
sepertinya si reyhan bukan org baik 😔😔
2021-11-28
0