Vanno meminggirkan mobilnya, mematikan mesin lalu menatap lekat kearah Laura, "Ra... Kalau kamu ingin manangis, menangislah... aku tidak mau kamu memendamnya, biarkan semuanya menjadi lega untukmu!" Lirihnya.
"Tidak Van! Aku tidak mau menangisi laki-laki itu lagi, dan aku juga tidak mau terlihat lemah didepanmu!" balas Laura menggeleng, "Jangan memaksakan diri Ra... Nanti kamu sendiri yang merasakan sakitnya, aku tidak masalah, mau kamu memangis sekeras-kerasnya sampai gendang telingaku pecah, aku tidak perduli!" Canda Vanno.
"Aku tidak apa-apa, lebih baik kita pulang aja sekarang, aku sangat lelah!" pintanya yang langsung di anggukkan oleh sahabatnya itu.
Di lain sisi, Reyhan yang sejak tadi mengikuti dari belakangan, ternyata melihat Vanno meminggirkan mobil dan dia akhirnya melakukan itu juga, dari arah belakang ia terus memantau dengan berbagai pertanyaan di dalam otaknya.
"Kenapa mereka berhenti di tengah jalan? Apa Laura sudah sampai dirumahnya, ahh sepertinya tidak mungkin karena Laura belum juga turun dari mobil itu, atau jangan-jangan mereka mau melakukan sesuatu yang mesum?" curiga Reyhan.
"Tidak-tidak, aku tidak percaya kalau Laura adalah orang yang seperti itu, tapi...." Reyhan sudah tak bisa menahan diri lagi, ia turun dari mobilnya melangkah mendekati Mobil Vanno.
Sekitar 5 meter lagi Reyhan mungkin akan bisa mengetuk kaca mobil, akan tetapi Vanno sudah menyalakan mesin mobilnya.
Reyhan begitu kaget, dengan cepat ia berbalik badan dan berlari kembali kedalam mobilnya, "Hufh Sial... Hampir saja aku ketahuan membuntuti mereka," gumamnya menyalakan mesin dan melaju mengikuti mobil Vanno
***
Tiba didepan rumah Laura, dari kejauhan Reyhan masih menatapnya dengan serius, memperhatikan gerak-gerik Laura saat turun dari mobil, hingga ketika Vanno akhirnya pergi, barulah Reyhan melajukan mobilnya tepat didepan rumah Laura.
Bip... Bip... Bip...
Suara Klakson itu membuat Laura yang belum sampai didepan pintu sontak menoleh, dia terlihat begitu kaget saat menyadari orang yang berada didalam mobil itu sambil melambaikan tangan ke arahnya adalah Reyhan.
"Kak Rey? Kenapa kakak bisa ada disini? Apa jangan-jangan kakak sejak tadi mengikutiku?" selidik Laura menyipitkan kedua matanya.
"Cih... Mengikutimu? Aku ini orang yang sangat sibuk, jadi tidak mungkin melakukan itu, ehh aku kebetulan lewat sini dan melihatmu, jadi ini rumahmu ya?" Tanya Reyhan menatap kesegala sisi rumah sederhana milik Laura.
"Katanya orang sibuk, tapi kenapa alasannya harus sama seperti tadi didepan hotel? Dia memang laki-laki keren tapi tidak bisa membuat alasan yang seharusnya bisa kepercaya walaupun sedikit!" umpatnya dalam hati mengejek.
"Ohh begitu ya kak! Hm... Ini memang rumahku, aku tidak tau kakak dari mana mau kemana sampai-sampai kita berpapasan terus dari tadi ya? Heheh!" Tawa Laura membuat Yohan tercengang dan hanya bisa menahan malu.
"Eh... Be-begini... Sebenarnya aku memang mengikutimu sejak tadi, aku tidak bermaksud jahat hanya saja kamu menolakku mengantarmu pulang padahal aku ingin berkenalan dengan orangtuamu!" Laura memasang wajah muram ketika mendengar kata 'orangtua' "Maaf kak! Orangtuaku sudah meninggal!" jawab Datar olehnya.
Reyhan terkejut, ia tak sadar bahwa kalimat yang baru saja keluar dari mulutnya membuat Laura mengingat alm. Orangtuanya, "Apa! Kamu serius Ra? Memangnya orang tuamu sakit apa?"
Laura tertunduk, "Orangtuaku meninggal dalam kecelakaan!" balasnya singkat, "Maaf Ra... Aku tidak tau kalau orangtua sudah lama meninggal, aku turut berduka yah, Kalau begitu kamu tinggal dengan siapa sekarang?" imbuhnya memberi tatapan sayu.
"Tidak usah meminta maaf kak! Lagian kakak kan baru tau sekarang, walaupun hidupku sangat sulit tanpa kasih sayang kedua orang tua, aku masih punya adik dan dia yang selalu menemaniku!" ungkap Laura.
"Tenang saja, nanti jika aku sudah menikahimu, aku akan memberikan sebuah keluarga yang harmonis, dan kita akan menikmati masa tua bersama anak-anak kita!" tutur Reyhan.
Laura tercengang, ia kaget saat mendengar ungkapan itu, pasalnya Kalimat yang baru saja disampaikan oleh Reyhan hampir sama dengan ucapan Yohan ketika ia masih menjadi pacarnya.
"Hahah kakak ini bisa aja!" Laura bermasa bodoh tak ingin mempercayai kata-kata seperti itu lagi.
"Aku serius Ra... Aku janji akan membuktikannya padamu suatu hari nanti!" Kata Reyhan namun Laura tetap tak percaya, "Ahh ayo masuk kak, aku akan memperkenalkan adikku pada kakak!" Dirinya mengalihkan pembicaraan dan Reyhan dengan senang hati langsung menyetujuinya.
"Ahh baiklah aku tidak sabar ingin segera bertemu dengan calon adik iparku!" dengan bangga Reyhan mengatakan itu.
***
Di ruang tamu rumah Laura, adiknya Maira kini berhadapan dengan Reyhan sambil menjulurkan tangan, "Halo calon adik ipar, aku Reyhan calon suami kakakmu!" katanya memperkenalkan diri.
Kakak beradik itu melongo, Maira menatap sekilas ke arah kakaknya, ia belum paham akan apa yang baru saja ia dengar.
Maira menyambut jabat tangan Reyhan, "Ahh... Aku Maira, kakak ini Calon suami kak Laura? Tapi bukannya kak Laura baru putus? Kenapa sekarang sudah ada calon suami?"
Di lepaskannya jabattangan itu oleh keduanya, kini tatapan intens dari Maira tertuju Pada kakaknya, "Tenang saja, itu sudah masalah lalu dan aku adalah masa depannya kakakmu jadi mulai sekarang kamu bisa memanggilku kakak ipar!" ucapnya.
"Ahahah apa itu tidak terlalu cepat kak! Aku sebaiknya menyebut kakak seperti itu, jika kakak benar-benar membuktikannya!" tukas Maira membalas.
Laura yang berdiri ditengah-tengah mereka sejak tadi hanya menyimak perbincangan Reyhan dengan adiknya, dengan cepat ia meraih tangan Maira dan menariknya menuju dapur.
"Maira... Ikut kakak sebentar! Ehh kak Rey... Tunggu kami yah, aku akan membuat teh manis untuk kakak!" sahutnya setelah berbisik pada Maira.
"Tidak perlu yang manis-manis Ra... Aku cukup melihatmu, pasti tehnya sudah sangat manis!" gombalnya terdengar begitu pasaran.
Laura dan Maira yang kini berada di dapur tengah menyeduh teh, "Kak sebenarnya siapa laki-laki tadi? Kenapa dia bisa dengan mudah berkata seperti itu di depan kakak?" seru Maira penasaran.
"Dia hanya teman masa kecil kakak! Jadi kamu tidak usah mendengarkan apa yang baru saja dia katakan!"
"Tapi dia terlihat lebih baik dari mantan kakak itu, pakaiannya juga sangt rapi, sepertinya dia bukan orang biasa ya kak?"
"Yah... Kamu benar Mai... Dia seorang CEO!" sahut Laura, "Apa! CEO? Aku merasa kakak lebih baik jaga jarak dulu deh... Aku takut teman kakak itu tidak serius sama kakak!" sarannya.
Laura mengangguk, "Mmm.... Kamu benar! Tapi kakak memang tidak terlalu serius menanggapinya, jadi kamu tenang saja, lagian kakak masih ingin fokus sama kuliah!"
Selang Beberapa menit, Laura dan Adiknya kembali keruang tamu membawa secangkir teh diatas nampan.
"Silahkan diminum kak! Maaf aku tidak punya kopi jadi hanya bisa membawakan kakak teh ini!" Ucap Laura, "Ahh tidak apa! Aku tidak masalah karena aku memang tidak ingin minun kopi didepanmu, Takutnya pahit dari kopi mengurangi rasa manis di senyummu Ra!" goda Reyhan terdengar menjijikan baginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Just Rara
duh reyhan baru juga ketemu udah ngegombala aja,dan gombalwnnya pasaran bgt lg😄😄😄
2021-11-27
0
Lanang sejati
sepertinya reyhan bukan pria yg baik.suka nhegombal....apakah nantinya ada laki2 lain yg lebih serius dripada Reyhan nyaaak
2021-08-15
0
Wely Tantri 83
rayuan gombal yg sring q dgr😆😆😆😆
2020-12-30
3