Sikapnya yang Lembut

Didepan kampus, Laura celingak-celiguk seperti sedang mencari seseorang, "Semoga kak Rey Sudah pulang! Aku tidak mau bertemu dengannya!" dalam hati ia begitu berharap.

"Laura ayo pulang!" tiba-tiba dari arah belakang, Ada yang memegang tangannya, "Kak Rey? Bukannya kakak sudah pulang? Kenapa masih ada disini?" tanya Laura begitu terkejut.

"Untuk apa lagi aku ada di sini kalau bukan untuk menjemputmu, aku kan tadi sudah bilang seperti itu, jadi ayo... aku akan mengantarmu!" katanya mengajak

"Tidak usah kak Rey!" Sekanya mencoba melepaskan tangan Reyhan, "Jangan menolakku lagi Ra... Asal kamu tau aku sudah menunggumu hampir 3 jam, kamu tau pant*tku keram karena terlalu lama duduk! Bibirku juga mulai pecah-pecah, terus tenggorokanku sudah kering karena haus, jadi kamu harus bertanggung jawab!" rengeknya.

"Apa! Kenapa harus aku kak? Aku kan tidak minta kakak untuk menunggu atau menjemputku!" Serkah Laura.

"Ta-tapi tetap saja aku yang jadi korban!" Reyhan dengan wajah kasihan, saat Dia sibuk berusaha mendapat simpati dari Laura, perempuan yang ada dihadapannya itu seketika merasa sakit di bagian perut. Hingga terduduk dihadapannya.

"Ahk... Kak... Kak Rey... Tolong!" lirih Laura kesakitan, "Ada apa Ra? Kamu kenapa?" suara panik Reyhan terdengar jelas

"Maagku kambuh kak! To-tolong!" balas Laura merintih.

"Lalu bagaimana? Apa kamu punya obat?" Laura menggeleng membuat Reyhan tak punya pilihan lain, selain menggendong Laura menuju mobilnya melaju cepat ke arah Apotik terdekat.

Dari kejauhan ternyata Ada Vanno yang melihat mereka sejak tadi, ia mengepal tangannya, "Dia benar-benar bukan orang biasa, dengan cepat mengubah ekspresinya dihadapan Laura sementara tadi dia begitu menyeramkan membalas omonganku! Semoga kamu tidak luluh karena sikap palsunya Ra!" khawatir Vanno bergumam.

***

Reyhan berhenti didepan apotik, berlari masuk dengan terburu-buru membeli obat maag untuk Laura, Ia membuka tutup botol obat tersebut menuangnya ke sendok kecil hendak menyuapi Laura.

"Buka mulut Ra... Aa.... " Suruh Reyhan begitu lambut namun Laura memalingkan Wajah, "Aku bisa sendiri kak!" katanya.

"Jangan buang-buang waktu Ra... Kamu itu sakit harus segera minum obat!" bentak Reyhan, membuat Laura akhirnya membuka mulut membiarkan sendok berisi obat cair itu masuk kemulutnya, menelan secara perlahan, hingga keadaannya berangsur-angsur membaik.

"Istirahatlah dulu!" Reyhan menurunkan jok mobil yang kini di duduki oleh Laura agar dia merasa nyaman untuk istirahat.

Tak ada kata yang keluar dari mulut Laura bahkan ucapan terimakasih, Ia malah memejamkan matanya berusaha untuk tetap tenang.

Reyhan kembali fokus menyetir, menuju suatu tempat disaat Laura sedang tertidur, terkadang ia tersenyum sambil menatap Laura dari sudut matanya.

"Tidurlah Ra! Kamu memang terlihat sangat lelah, tapi apa yang membuatmu sampai penyakit maag yang kamu derita bisa kambuh? Tadi pagi kamu terlihat bersemangat berdebat denganku tapi saat ini kamu malah seperti orang yang baru saja bertempur." batinnya.

***

Mobilnya berhenti tepat didepan sebuah restoran mewah, akan tetapi Laura masih belum terbangun dari tidur nyenyaknya.

Reyhan tak tega untuk membangunkan, ia hanya terus menatap lekat kearah Laura diiringi dengan senyum tipisnya, tanpa sadar ia menyelipkan rambut yang menghalangi wajah Laura.

Karena ulahnya itu, Laura seketika membuka mata dan langsung melotot, "Kak! Apa yang kakak lakukan?" ia terbangun dan menjauhkan diri dari Reyhan, "Jangan mendekat!! Kakak tadi mau melakukan apa? Dan kita ada di mana? Kemana kakak membawaku?" Laura panik mendapati dirinya berada di tempat yang sama sekali tak ia kenal.

"Tenanglah Ra! Kenapa kamu harus sepanik itu! Aku tadi hanya ingin membangunkanmu, karena kita sudah sampai di tempat tujuan!" ucapnya begitu lembut.

"I-ini sebenarnya dimana kak?" Tanya Laura lagi.

"Aku hanya ingin kita makan siang bersama itu saja, kalau selesai baru aku akan mengantarmu pulang!" Ucap Reyhan, Laura yang masih setengah sadar karena terbangun dengan keadaan terkejut belum paham akan maksud Reyhan.

"Sudah! Ayo turun, aku ingin mentraktirmu makan sesuatu!" Reyhan turun dari mobilnya kemudian beralih ke samping tepat di pintu mobil sebelahnya membukakan pintu tersebut untuk Laura, menjulurkan tangan agar Laura berpegangan akan tetapi Laura mengabaikan tangan Reyhan.

Dengan menahan malu, Reyhan menatap iba kepada tangannya, "Kasihan sekali kau tangan, belum berhasil menjangkau tangan wanita yang kini kau kejar!" lirihnya menggenggam sendiri tangannya.

Reyhan berjalan didepan Laura menuju ruangan yang ia pesan sebelum kesana, Laura sekali-kali mengucek matanya, seolah ia masih linglung apa apa yang di saksikan oleh sepasang matanya.

Tiba didalam ruangan, Reyhan menarik kursi untuk Laura mempersilahkannya untuk dusuk terlebih dahulu seakan dia sangat menghormatinya.

Ia ikut terduduk di hadapan Laura, kembali memandanginya disaat Laura tengah fokus memperhatikan interior yang ada diruangan tersebut.

"Sebenarnya ini tempat apa kak?" tanyanya penasaran, "Ini hanya restoran biasa Ra!" jawabnya singkat lalu memanggil pramusaji untuk segera menghidangkan makanan yang paling terfavorit ditempat tersebut.

Beberapa menit berlalu, akhirnya makanan datang dan mulai di tata diatas meja, terlihat begitu mahal tapi menggiurkan, "Makanlah Ra! Makan yang banyak, biar kesehatanmu kembali seperti dulu, aku takut terjadi apa-apa denganmu, aku tidak mau kamu seperti tadi, jika kamu sakit, aku malah merasa lebih sakit melihatmu menderita, jadi makanlah!" imbuh Reyhan.

"Aku sangat kenyang kak! Sebelum pulang tadi aku sudah makan di kantin kampus, jadi kakak saja yang makan! Bukannya dari tadi kakak belum makan karena menungguku?" timpal Laura.

"Jadi kamu mengkhawatirkanku?"

"Ti-tidak, siapa yang mengkhawatirkan kakak, aku hanya merasa kasihan aja sama kak Rey karena kelaparan!" Jawab Laura terbata.

"Haha aku puas! Aku anggap tadi itu kamu benar-benar khawatir sama aku Ra! Tapi sekarang aku mau kamu juga makan, karena kesehatanmu juah lebih penting daripada diriku sendiri!" tegasnya memberitahu.

1 piring steak masing-masing berada didepan mereka, Reyhan mulai memotong-motong kecil steak dipiringnya, begitu telaten hingga ukuran potongan steak tersebut hampir sama besar

Begitu selesai, dia menukar piringnya dengan piring Laura, "Nih ambil saja punyaku!" ucapnya, Laura tidak tau harus berkata apa, ada perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan dari perlakuan Reyhan padanya.

Deg....

"Kenapa kak Rey... Harus melakukan itu? Aku merasa terharu, ini perlakuan yang aku impikan sebelumnya dengan Yohan tapi ternyata kali ini bukan dia yang melakukannya! Aku mungkin terlalu banyak berfikir sampai-sampai ingat lagi dengannya!" gerutu Laura dalam hati.

"Kenapa melamun Ra? Ayo makan!" Sahut Reyhan menyadarkan.

Tanpa diduga, setelah ia memberikan steak itu pada Laura, ia kemudian memotong steak punyanya juga, namun dengan ukuran yang begitu hancur.

"Ehh... Kenapa.... "

"Ohh ini, punyaku tidak penting Ra! Kan aku sendiri yang akan memakannya, kecuali punyamu, itu sangat penting jadi ukurannya harus sesuai dengan yang bisa kamu kunyah didalam mulutmu itu, dan ingat selera makan itu muncul ketika yang ada dihadapan kita benar-benar begitu menghipnotis mata, terlebih lagi jika kita sangat lapar, dan sebaliknya, jika makanan yang ada itu terlihat tidak sedap di pandang, makan nafsu makan juga akan menurun jadi aku melakukan itu agar nafsu makanmu kembali jadi makan Yah! " bujuk Reyhan dengan suaranya yang sangat lembut.

Terpopuler

Comments

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

mungkin s rey hnya mau anak az

2022-06-01

0

Just Rara

Just Rara

semoga aja reyhan gak menyakiti hati laura

2021-11-28

2

lihat semua
Episodes
1 Bukan Lamaran? (Visual)
2 Teriaknya ditengah keramaian
3 Sumpahnya!
4 Iya atau Yes!
5 Suami?
6 Penyebab Laura Menangis
7 Tidak Yakin!
8 Kenangan Masa Kecil
9 Datang menepati Janji
10 Pernikahan Mantan
11 Berusaha Terlihat Kuat
12 Benar-benar Muak
13 Gombalnya
14 Ungkap Reyhan
15 Perlakuannya
16 Menjemput Laura!
17 Orang berbahaya!
18 Ketemu Mantan Lagi
19 Sikapnya yang Lembut
20 Malu!
21 Karena Luka biasa
22 Membicarakanku atau tidak?
23 Tatap Aku Ra!
24 Ke Toko Perhiasan
25 Ada Apa Dengannya?
26 Malah tertawa
27 Ke Pesta Ulangtahun
28 Aku cemburu!
29 Hanya Karena Sebuah Kalung
30 Bodoh!
31 Bertarung Lewat Tatapan
32 Adu Mulut
33 Perjalanan Pulang
34 Senjataku?
35 Menampar Reyhan
36 Keluarga Vanno
37 Ada Manis-manisnya
38 Ungkapan Sang Sahabat
39 Genggaman Tangan
40 Vanno Mengantar Pulang
41 Menunggu Vanno
42 Saling Menggoda
43 Di Depan Toilet
44 Pembuktian?
45 Tiga Pria
46 Ingin Membicarakan Sesuatu
47 Vanno yang Salah Tingkah
48 Harapan
49 Sesuatu yang penting itu
50 Gigitan Sebagai Tanda Kepemilikan!
51 Waktu Untuk Menemui Reyhan
52 Reyhan Murka
53 Akan Kesepian
54 Membujuk
55 Curiga dengan telfonan
56 Ingin kejujuran Laura
57 Seperti Sebuah Ancaman
58 Keputusan Yang Tiba-tiba
59 Keberangkatan Maira
60 Pesan kakak!
61 Di Lihat Vanno
62 Marahi Saja Aku!
63 Pertanyaan Yang Sama
64 Menginap Dirumah Laura
65 Makanan Pemberian Reyhan
66 Ancaman dari Ayah
67 Bagaimana ini?
68 Undangan?
69 Mimpi Buruk
70 Ke Rumah Vanno
71 Ejekan dari Keyla
72 Reyhan bukan Vanno
73 Karena Payung
74 Mandi!
75 Memakai Pakaian Laura
76 Petir
77 Jelas Laura
78 Tertidur pulas
79 Masuk Kamar Tanpa Izin
80 Minuman
81 Sudah bereaksi
82 Akhirnya Menjadi Miliknya
83 Bukan Mimpi?
84 Mengakhiri Hubungan?
85 Kenapa harus seperti ini!!!
86 Mencurigai
87 Membuang Sesuatu
88 Pernikahan Vanno
89 Alasan Yang Tidak Masuk Akal Itu Lagi
90 Kecelakaan
91 Melihat Yohan
92 Sepi Dalam Ruangan
93 Niat Vanno
94 Kata Dokter
95 Mereka Mau Kemana?
96 Tanpa Ada Keluarga
97 Butik
98 Gaun!
99 Cincin Lamaran
100 Seperti Tak Nyata
101 Pemaksaan
102 Melihat Cincin
103 Tak Ingin Menyembunyikan Apapun Lagi
104 Kepergian Vanno
105 Sayangku?
106 Tinggal Dengan Reyhan
107 Sekamar
108 Tak Bisa lagi Percaya
109 Ada Apa di Lantai 2?
110 Sikap Reyhan yang berubah-ubah
111 Mengusir Pembantunya
112 Surat
113 Alesa, Sepupu Reyhan
114 Ibu?
115 Lolucon?
116 Ruang Kerja
117 Mendengar Semuanya
118 Tunggu Saja
119 Aku Merindukanmu
120 Sangat Menyenangkan
121 Berbicara dengan Yohan
122 Fakta Malam Itu
123 Mengungkap Kebenaran
124 Di Usir
125 Ingin Menceraikan Alesa
126 Apa yang Laura Fikirkan?
127 Kembali Ke Rumah Reyhan
128 Darah!!
129 Kamu Pasti Senang kan?
130 Perceraian
131 Ajakan Vanno
132 Reyhan Datang
133 Penjelasan Maira
134 Ketemu Ayah Vanno
135 Hangatnya Keluarga Vanno
136 Derita Alesa
137 Melahirkan
138 Terprovokasi
139 Akhir Hidupnya
140 Rencana Pernikahan
141 Sangat Gugup
142 Di Tembak
143 Tapi?
144 Kedatangan Maira Dan Revan
145 Cerita Revan
146 Reyhan menanyakan kabar
147 Revan Ternyata....
148 Saudara?
149 Bangun
150 Bahagia -THE END
151 TERIMAKASIH
152 Info Karya Baru "CINTA CEO TAMPAN"
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Bukan Lamaran? (Visual)
2
Teriaknya ditengah keramaian
3
Sumpahnya!
4
Iya atau Yes!
5
Suami?
6
Penyebab Laura Menangis
7
Tidak Yakin!
8
Kenangan Masa Kecil
9
Datang menepati Janji
10
Pernikahan Mantan
11
Berusaha Terlihat Kuat
12
Benar-benar Muak
13
Gombalnya
14
Ungkap Reyhan
15
Perlakuannya
16
Menjemput Laura!
17
Orang berbahaya!
18
Ketemu Mantan Lagi
19
Sikapnya yang Lembut
20
Malu!
21
Karena Luka biasa
22
Membicarakanku atau tidak?
23
Tatap Aku Ra!
24
Ke Toko Perhiasan
25
Ada Apa Dengannya?
26
Malah tertawa
27
Ke Pesta Ulangtahun
28
Aku cemburu!
29
Hanya Karena Sebuah Kalung
30
Bodoh!
31
Bertarung Lewat Tatapan
32
Adu Mulut
33
Perjalanan Pulang
34
Senjataku?
35
Menampar Reyhan
36
Keluarga Vanno
37
Ada Manis-manisnya
38
Ungkapan Sang Sahabat
39
Genggaman Tangan
40
Vanno Mengantar Pulang
41
Menunggu Vanno
42
Saling Menggoda
43
Di Depan Toilet
44
Pembuktian?
45
Tiga Pria
46
Ingin Membicarakan Sesuatu
47
Vanno yang Salah Tingkah
48
Harapan
49
Sesuatu yang penting itu
50
Gigitan Sebagai Tanda Kepemilikan!
51
Waktu Untuk Menemui Reyhan
52
Reyhan Murka
53
Akan Kesepian
54
Membujuk
55
Curiga dengan telfonan
56
Ingin kejujuran Laura
57
Seperti Sebuah Ancaman
58
Keputusan Yang Tiba-tiba
59
Keberangkatan Maira
60
Pesan kakak!
61
Di Lihat Vanno
62
Marahi Saja Aku!
63
Pertanyaan Yang Sama
64
Menginap Dirumah Laura
65
Makanan Pemberian Reyhan
66
Ancaman dari Ayah
67
Bagaimana ini?
68
Undangan?
69
Mimpi Buruk
70
Ke Rumah Vanno
71
Ejekan dari Keyla
72
Reyhan bukan Vanno
73
Karena Payung
74
Mandi!
75
Memakai Pakaian Laura
76
Petir
77
Jelas Laura
78
Tertidur pulas
79
Masuk Kamar Tanpa Izin
80
Minuman
81
Sudah bereaksi
82
Akhirnya Menjadi Miliknya
83
Bukan Mimpi?
84
Mengakhiri Hubungan?
85
Kenapa harus seperti ini!!!
86
Mencurigai
87
Membuang Sesuatu
88
Pernikahan Vanno
89
Alasan Yang Tidak Masuk Akal Itu Lagi
90
Kecelakaan
91
Melihat Yohan
92
Sepi Dalam Ruangan
93
Niat Vanno
94
Kata Dokter
95
Mereka Mau Kemana?
96
Tanpa Ada Keluarga
97
Butik
98
Gaun!
99
Cincin Lamaran
100
Seperti Tak Nyata
101
Pemaksaan
102
Melihat Cincin
103
Tak Ingin Menyembunyikan Apapun Lagi
104
Kepergian Vanno
105
Sayangku?
106
Tinggal Dengan Reyhan
107
Sekamar
108
Tak Bisa lagi Percaya
109
Ada Apa di Lantai 2?
110
Sikap Reyhan yang berubah-ubah
111
Mengusir Pembantunya
112
Surat
113
Alesa, Sepupu Reyhan
114
Ibu?
115
Lolucon?
116
Ruang Kerja
117
Mendengar Semuanya
118
Tunggu Saja
119
Aku Merindukanmu
120
Sangat Menyenangkan
121
Berbicara dengan Yohan
122
Fakta Malam Itu
123
Mengungkap Kebenaran
124
Di Usir
125
Ingin Menceraikan Alesa
126
Apa yang Laura Fikirkan?
127
Kembali Ke Rumah Reyhan
128
Darah!!
129
Kamu Pasti Senang kan?
130
Perceraian
131
Ajakan Vanno
132
Reyhan Datang
133
Penjelasan Maira
134
Ketemu Ayah Vanno
135
Hangatnya Keluarga Vanno
136
Derita Alesa
137
Melahirkan
138
Terprovokasi
139
Akhir Hidupnya
140
Rencana Pernikahan
141
Sangat Gugup
142
Di Tembak
143
Tapi?
144
Kedatangan Maira Dan Revan
145
Cerita Revan
146
Reyhan menanyakan kabar
147
Revan Ternyata....
148
Saudara?
149
Bangun
150
Bahagia -THE END
151
TERIMAKASIH
152
Info Karya Baru "CINTA CEO TAMPAN"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!