Malu!

Laura mulai tersipu malu mendengar ucapan Reyhan, ia merasa aneh dengan wajahnya yang memanas ketika kontak mata dengan Reyhan terjadi beberapa saat.

"Jangan berkata seperti itu kak! Aku merasa tidak enak di perlakukan secara istimewah!" sanggahnya mencoba bersikap tenang.

"Ini bukan hanya sekedar godaan Ra! Tapi aku serius, aku memang ingin berkata seperti itu sama kamu!" Imbuh Reyhan.

Laura mulai salah tingkah menanggapi, tangannya begitu kaku untuk bergerak, bola matanya menatap ke segala arah menghindari tatapan Reyhan.

"A-aku sudah mendengarnya kak! Kalau begitu lebih baik kita makan sekarang sebelum makanan yang kakak pesan ini tak enak di pandang lagi!" alasan Laura.

Reyhan menengadah, matanya menerawang, "Itu tidak mungkin Ra! Karena apa yang ku pesan ini spesial dan pastinya akan selalu enak dipandang, kadang dari tampilan tidak menarik, tapi soal rasa aku jamin kamu pasti tidak akan pernah melupakannya!"

"Ohh sepertinya kak Rey sudah sering datang dan makan disini ya? Soalnya sangat hafal dengan cita rasanya! Pasti sama pacar ya kak! " goda Laura mencoba mengalihkan pembicaraan agar Reyhan berhenti mengucapkan kata-kata menggoda lagi.

Reyhan seketika terlihat risih, tangan yang tadinya terlihat tenang kini dengan gemetar memegang pisau, "Bu-bukan, Aku biasanya da-datang dengan rekan bisnisku, jangan berfikiran seperti itu karena aku tidak punya pacar Ra! Kecuali kamu setuju menjadi pacarku, barulah aku tidak menjomblo lagi!" cerocosnya terdengar begitu gugup.

"Hahah kak Rey bisa aja! Bagaimana mungkin seorang CEO seperti kakak tidak memiliki pasangan" Selidik Laura.

"Sudah jangan membahas soal itu lagi, Lebih baik kita makan saja!" Potongnya, Laura menaruh rasa penasaran terhadap sikap Reyhan, "Kenapa kak Rey tiba-tiba sangat gugup? Dia seperti sedang menyembuyikan sesuatu dariku!" curiganya dalam hati.

Mereka mulai makan dengan tenang, sekali-kali Laura dan Reyhan saling bertukar pandang, saking groginya Laura yang ditatap membuat ia mulai merasa tak nyaman.

"Uhhuk, kak! Jangan melihatku seperti itu!" dia tersendak, tangannya dengan cepat meraih gelas berisi air minum di dekatnya.

Reyhan yang melihat itu, tersadar akan kelakuannya, ia menghampiri Laura, "Maaf Ra! Aku tidak tau akan membuatmu seperti ini," lirihnya mengelus punggung Laura yang tengah meminum air.

Gluk... Gluk... Gluk...

Terdengar jelas air yang ia teguk memasukki tenggorokannya, Laura melotot mendapat sentuhan hangat itu dipunggungnya, tangan yang begitu kekar menyentuh dan mengelus dari belakang.

Namun ia tak menghindar, ia malah merasa itu cukup membantu, "Sudah cukup kak! Aku sudah baik-baik saja sekarang!" ditepisnya secara pelan tangan Reyhan, meskipun Reyhan sendiri tidak ingin berhenti mengelus punggung Laura.

"Yakin sudah baik-baik saja?"

Laura mengangguk, mendonggakkan sedikit wajahnya menatap Reyhan, "Ada sesuatu di sudut bibirmu Ra!"

Ehhh....

Tak sempat Laura menghapusnya sendiri, tangan Reyhan mendekati wajahnya, dengan menggunakan ibu jari Reyhan menghapus saus steak yang berada di bibir Laura.

Laura terperangah, saat ibu jari yang baru saja menyentuh area bibirnya itu, malah di jilat oleh Reyhan, "Sangat manis Ra!" ucapnya setelah menjilat jari lalu kemudian menjilati bibirnya sendiri.

Deg...

Laura seketika menegang, wajahnya kembali memanas, "Ya ampun ada apa denganku? Kenapa aku harus gugup seperti ini, hanya karena mendengar ucapan kak Rey... Ayo Ra! Sadar, jangan membuat dirimu malu didepannya!" gerutunya mengumpat diri sendiri.

"Ke-kenapa kakak melakukan itu!"

"Ini benar-benar manis Ra! Apalagi dari mulutmu!" ujarnya lebih menggoda mendekatkan wajahnya ke wajah Laura,

"A-ada apa kak!" Saat itu fikiran Laura seakan berhenti, tanpa sadar matanya terpejam ketika merasakan hembusan nafas Reyhan semakin mendekati wajahnya.

"Kenapa memejamkan mata Ra?" Tanya Reyhan seketika membuat Laura langsung melotot, "A-apa? A-aku barusan hanya sedikit mengantuk!" alasannya terbata.

"Ahk... Kenapa tadi aku terlalu banyak berhalu, aku fikir kak Rey akan menciumku, sungguh gila bagaimana bisa otakku bisa berfikiran kesana!" Batinnya.

Reyhan kembali menengadah, "Jangan bilang kamu berharap aku menciummu ya Ra! Hahah jangan seperti itu, aku memang sedang mengejarmu! Tapi aku tidak akan melakukan sesuatu diluar persetujuanmu, tapi ingat aku juga lelaki tulen, jika kamu yang menggodaku duluan aku tidak bisa menjamin untuk menahan diri lagi!" tuturnya.

"Si-siapa yang berharap kakak menciumku! Aku tidak.... "

"Jangan bohong Ra! Kamu sangat jelas terlihat gugup, kamu tau tidak di saat kamu gugup seperti ini wajahmu akan terlihat memerah dan itu sangat menggemaskan! Aku ingin sekali mencubitnya heheh!" Seru Reyhan bertingkah gemas.

"Hentikan kak! Aku...."

"Iya-iya aku akan tutup mulut sekarang! Tapi... Kamu pasti malu yah? Karena aku menggodamu!" Sekali lagi Reyhan memotong ucapan Laura

"Aku tidak malu!!!" ia meninggikan suaranya menahan sesuatu yang tak bisa di jelaskan dengan kata-kata.

Reyhan tertawa begitu keras memenuhi ruangan, "Ahahah... Kamu sangat malu sampai harus berteriak seperti itu ya Ra?" ledeknya.

"Aku bilang! Aku tidak malu! "katanya tegas.

"Hahah Oke... Oke... Aku tau kamu malu! Tidak usah menyangkalnya!" Reyhan masih meledek, Laura mulai emosi ia cemberut dengan sorot mata tajam.

"Aku mau pulang!" ia berdiri, hendak berjalan menuju pintu keluar, "Memangnya kamu tau jalan pulang?" Sahut Reyhan disela langkahnya.

Laura mengabaikan dan hanya terus berjalan hingga meninggalkan ruangan tempat makan siang mereka

***

Didepan Restoran ia menatap datar ke arah jalan, ditengah teriknya matahari, ia melongos, berkali-kali menghentakkan kaki dengan kesal

"Ini semua gara-gara kak Rey! Sebenarnya aku berada di mana? Kenapa aku sama sekali tidak ingat tempat restoran ini, dan ya ampun tasku masih ada didalam!! " Laura panik ia ingin masuk namun tidak mau bertemu Reyhan lagi.

"Ahk... Kenapa hari ini aku selalu saja sial! Tidak, aku harus masuk kedalam, ponselku ada didalam tas, kalau aku tidak masuk mengambil tas dan ponselku, bagaimana caranya aku memesan ojek untuk pulang! Ahk... " gumamnya meremas rambut.

Tiba-tiba mobil Reyhan datang dan berhenti tepat didepan Laura, "Kenapa masih berdiri disitu? Bukannya tadi kamu sudah pulang? Apa tidak punya ongkos? Perlu aku mengantarmu?" Tawar Reyhan.

"Tidak usah!" ketusnya, "Kamu Yakin?" Reyhan memperlihatkan tas Laura, ia terkinjak melihat tasnya itu berada ditangan Reyhan.

"Ahk tasku! Sini.... " Pintanya menjulurkan tangan, akan tetapi dengan usil Reyhan malah melempar tas tersebut ke jok tengah mobilnya.

"Kak Rey! Apa yang kakak Lakukan? Kenapa melemparnya? Didalam tas itu ada ponselku kak!" Ia kembali panik.

"Aku akan bertanggung jawab kalau ponselmu rusak, tenang saja! Memangnya berapa harga ponselmu itu? Kenapa kamu harus panik seperti kehilangan barang berharga saja!" Reyhan berkata begitu sombong.

"Ayo masuk! Aku akan memberikan ponselmu kalau kamu masuk sekarang, nanti kamu tidak bisa pulang kalau hanya berdiri menjadi patung disitu!" lanjutnya begitu angkuh.

Terpopuler

Comments

Adiva Pratama

Adiva Pratama

kyakny Rey punya istri deh

2022-05-19

0

Just Rara

Just Rara

sepertinya si reyhan udah punya istri ni,dan sepertinya istrinya gak bisa ngasih dia keturunan

2021-11-28

0

Lanang sejati

Lanang sejati

sepertinya ada sesuatu yg di sembunyikan reyhan

2021-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bukan Lamaran? (Visual)
2 Teriaknya ditengah keramaian
3 Sumpahnya!
4 Iya atau Yes!
5 Suami?
6 Penyebab Laura Menangis
7 Tidak Yakin!
8 Kenangan Masa Kecil
9 Datang menepati Janji
10 Pernikahan Mantan
11 Berusaha Terlihat Kuat
12 Benar-benar Muak
13 Gombalnya
14 Ungkap Reyhan
15 Perlakuannya
16 Menjemput Laura!
17 Orang berbahaya!
18 Ketemu Mantan Lagi
19 Sikapnya yang Lembut
20 Malu!
21 Karena Luka biasa
22 Membicarakanku atau tidak?
23 Tatap Aku Ra!
24 Ke Toko Perhiasan
25 Ada Apa Dengannya?
26 Malah tertawa
27 Ke Pesta Ulangtahun
28 Aku cemburu!
29 Hanya Karena Sebuah Kalung
30 Bodoh!
31 Bertarung Lewat Tatapan
32 Adu Mulut
33 Perjalanan Pulang
34 Senjataku?
35 Menampar Reyhan
36 Keluarga Vanno
37 Ada Manis-manisnya
38 Ungkapan Sang Sahabat
39 Genggaman Tangan
40 Vanno Mengantar Pulang
41 Menunggu Vanno
42 Saling Menggoda
43 Di Depan Toilet
44 Pembuktian?
45 Tiga Pria
46 Ingin Membicarakan Sesuatu
47 Vanno yang Salah Tingkah
48 Harapan
49 Sesuatu yang penting itu
50 Gigitan Sebagai Tanda Kepemilikan!
51 Waktu Untuk Menemui Reyhan
52 Reyhan Murka
53 Akan Kesepian
54 Membujuk
55 Curiga dengan telfonan
56 Ingin kejujuran Laura
57 Seperti Sebuah Ancaman
58 Keputusan Yang Tiba-tiba
59 Keberangkatan Maira
60 Pesan kakak!
61 Di Lihat Vanno
62 Marahi Saja Aku!
63 Pertanyaan Yang Sama
64 Menginap Dirumah Laura
65 Makanan Pemberian Reyhan
66 Ancaman dari Ayah
67 Bagaimana ini?
68 Undangan?
69 Mimpi Buruk
70 Ke Rumah Vanno
71 Ejekan dari Keyla
72 Reyhan bukan Vanno
73 Karena Payung
74 Mandi!
75 Memakai Pakaian Laura
76 Petir
77 Jelas Laura
78 Tertidur pulas
79 Masuk Kamar Tanpa Izin
80 Minuman
81 Sudah bereaksi
82 Akhirnya Menjadi Miliknya
83 Bukan Mimpi?
84 Mengakhiri Hubungan?
85 Kenapa harus seperti ini!!!
86 Mencurigai
87 Membuang Sesuatu
88 Pernikahan Vanno
89 Alasan Yang Tidak Masuk Akal Itu Lagi
90 Kecelakaan
91 Melihat Yohan
92 Sepi Dalam Ruangan
93 Niat Vanno
94 Kata Dokter
95 Mereka Mau Kemana?
96 Tanpa Ada Keluarga
97 Butik
98 Gaun!
99 Cincin Lamaran
100 Seperti Tak Nyata
101 Pemaksaan
102 Melihat Cincin
103 Tak Ingin Menyembunyikan Apapun Lagi
104 Kepergian Vanno
105 Sayangku?
106 Tinggal Dengan Reyhan
107 Sekamar
108 Tak Bisa lagi Percaya
109 Ada Apa di Lantai 2?
110 Sikap Reyhan yang berubah-ubah
111 Mengusir Pembantunya
112 Surat
113 Alesa, Sepupu Reyhan
114 Ibu?
115 Lolucon?
116 Ruang Kerja
117 Mendengar Semuanya
118 Tunggu Saja
119 Aku Merindukanmu
120 Sangat Menyenangkan
121 Berbicara dengan Yohan
122 Fakta Malam Itu
123 Mengungkap Kebenaran
124 Di Usir
125 Ingin Menceraikan Alesa
126 Apa yang Laura Fikirkan?
127 Kembali Ke Rumah Reyhan
128 Darah!!
129 Kamu Pasti Senang kan?
130 Perceraian
131 Ajakan Vanno
132 Reyhan Datang
133 Penjelasan Maira
134 Ketemu Ayah Vanno
135 Hangatnya Keluarga Vanno
136 Derita Alesa
137 Melahirkan
138 Terprovokasi
139 Akhir Hidupnya
140 Rencana Pernikahan
141 Sangat Gugup
142 Di Tembak
143 Tapi?
144 Kedatangan Maira Dan Revan
145 Cerita Revan
146 Reyhan menanyakan kabar
147 Revan Ternyata....
148 Saudara?
149 Bangun
150 Bahagia -THE END
151 TERIMAKASIH
152 Info Karya Baru "CINTA CEO TAMPAN"
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Bukan Lamaran? (Visual)
2
Teriaknya ditengah keramaian
3
Sumpahnya!
4
Iya atau Yes!
5
Suami?
6
Penyebab Laura Menangis
7
Tidak Yakin!
8
Kenangan Masa Kecil
9
Datang menepati Janji
10
Pernikahan Mantan
11
Berusaha Terlihat Kuat
12
Benar-benar Muak
13
Gombalnya
14
Ungkap Reyhan
15
Perlakuannya
16
Menjemput Laura!
17
Orang berbahaya!
18
Ketemu Mantan Lagi
19
Sikapnya yang Lembut
20
Malu!
21
Karena Luka biasa
22
Membicarakanku atau tidak?
23
Tatap Aku Ra!
24
Ke Toko Perhiasan
25
Ada Apa Dengannya?
26
Malah tertawa
27
Ke Pesta Ulangtahun
28
Aku cemburu!
29
Hanya Karena Sebuah Kalung
30
Bodoh!
31
Bertarung Lewat Tatapan
32
Adu Mulut
33
Perjalanan Pulang
34
Senjataku?
35
Menampar Reyhan
36
Keluarga Vanno
37
Ada Manis-manisnya
38
Ungkapan Sang Sahabat
39
Genggaman Tangan
40
Vanno Mengantar Pulang
41
Menunggu Vanno
42
Saling Menggoda
43
Di Depan Toilet
44
Pembuktian?
45
Tiga Pria
46
Ingin Membicarakan Sesuatu
47
Vanno yang Salah Tingkah
48
Harapan
49
Sesuatu yang penting itu
50
Gigitan Sebagai Tanda Kepemilikan!
51
Waktu Untuk Menemui Reyhan
52
Reyhan Murka
53
Akan Kesepian
54
Membujuk
55
Curiga dengan telfonan
56
Ingin kejujuran Laura
57
Seperti Sebuah Ancaman
58
Keputusan Yang Tiba-tiba
59
Keberangkatan Maira
60
Pesan kakak!
61
Di Lihat Vanno
62
Marahi Saja Aku!
63
Pertanyaan Yang Sama
64
Menginap Dirumah Laura
65
Makanan Pemberian Reyhan
66
Ancaman dari Ayah
67
Bagaimana ini?
68
Undangan?
69
Mimpi Buruk
70
Ke Rumah Vanno
71
Ejekan dari Keyla
72
Reyhan bukan Vanno
73
Karena Payung
74
Mandi!
75
Memakai Pakaian Laura
76
Petir
77
Jelas Laura
78
Tertidur pulas
79
Masuk Kamar Tanpa Izin
80
Minuman
81
Sudah bereaksi
82
Akhirnya Menjadi Miliknya
83
Bukan Mimpi?
84
Mengakhiri Hubungan?
85
Kenapa harus seperti ini!!!
86
Mencurigai
87
Membuang Sesuatu
88
Pernikahan Vanno
89
Alasan Yang Tidak Masuk Akal Itu Lagi
90
Kecelakaan
91
Melihat Yohan
92
Sepi Dalam Ruangan
93
Niat Vanno
94
Kata Dokter
95
Mereka Mau Kemana?
96
Tanpa Ada Keluarga
97
Butik
98
Gaun!
99
Cincin Lamaran
100
Seperti Tak Nyata
101
Pemaksaan
102
Melihat Cincin
103
Tak Ingin Menyembunyikan Apapun Lagi
104
Kepergian Vanno
105
Sayangku?
106
Tinggal Dengan Reyhan
107
Sekamar
108
Tak Bisa lagi Percaya
109
Ada Apa di Lantai 2?
110
Sikap Reyhan yang berubah-ubah
111
Mengusir Pembantunya
112
Surat
113
Alesa, Sepupu Reyhan
114
Ibu?
115
Lolucon?
116
Ruang Kerja
117
Mendengar Semuanya
118
Tunggu Saja
119
Aku Merindukanmu
120
Sangat Menyenangkan
121
Berbicara dengan Yohan
122
Fakta Malam Itu
123
Mengungkap Kebenaran
124
Di Usir
125
Ingin Menceraikan Alesa
126
Apa yang Laura Fikirkan?
127
Kembali Ke Rumah Reyhan
128
Darah!!
129
Kamu Pasti Senang kan?
130
Perceraian
131
Ajakan Vanno
132
Reyhan Datang
133
Penjelasan Maira
134
Ketemu Ayah Vanno
135
Hangatnya Keluarga Vanno
136
Derita Alesa
137
Melahirkan
138
Terprovokasi
139
Akhir Hidupnya
140
Rencana Pernikahan
141
Sangat Gugup
142
Di Tembak
143
Tapi?
144
Kedatangan Maira Dan Revan
145
Cerita Revan
146
Reyhan menanyakan kabar
147
Revan Ternyata....
148
Saudara?
149
Bangun
150
Bahagia -THE END
151
TERIMAKASIH
152
Info Karya Baru "CINTA CEO TAMPAN"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!