Perasaan sakit hati, membuat nafasnya tak lagi stabil, ketika ia sudah ada di lobi hotel, langkah yang tadinya begitu cepat perlahan mulai melambat "Kau memang terlihat sangat serasi dengannya Yohan! Selamat kau benar-benar membuatku menjatuhkan air mata hanya untuk semua kasih sayang palsumu dimasa lalu, aku tidak menyangka hanya bisa menjadi tamu undangan dipernikahanmu! Hufh ini benar-benar menyakitkan tuhan , aku merasa tidak kuat lagi untuk berjalan!" gumamnya Memukul-mukul dada.
"Laura! Ternyata itu kamu? Tadinya aku fikir aku salah lihat, ehh kamu kenapa?" Ujar seseorang yang menghampirinya dan tak lain orang itu adalah Vanno.
Dia melihat wajah pucat Laura, menyadari ada yang salah dengan sahabatnya itu, "Ra... Jawab aku, kamu kenapa?" Tubuh Laura terhuyung kakinya sangat lemas hingga dia tak kuat untuk berdiri tegak, "Tidak apa-apa, Van... Tolong aku! Please antar aku pulang!" pintanya lirih.
"Laura, tunggu!" Panggil seseorang tepat dibelakang mereka, Dia Yohan dan Keyla yang menyusul langkahnya setelah meninggalkan panggung pelaminan.
"Van... Ayo cepat! Aku tidak ingin bertemu mereka!" Imbuhnya mengajak Vanno yang masih bingung akan apa yang sebenarnya terjadi.
Sebelum Vanno memapah Laura, Yohan dengan langkah besar berhasil akhirnya berhasil menyusul, dengan langsung menghalagi.
"Tunggu sebentar Ra... Kenapa kamu buru-buru sekali mau pulang?" tanyanya. "Ohh maksud kamu, kamu ingin aku melihatmu bermesraan dengan istrimu di atas pelaminan sampai acara selesai, Bagitu?" Cetusnya membalas.
"Tidak! Bukan seperti itu maksudku!" ucapnya menyerkah, "Sayang kenapa kamu berjalan sangat cepat! Kamu tau tidak, para tamu undangan mencari kita untuk diberi selamat!" Keyla datang dan Berkata manja kepada Yohan.
"Tunggu! Sayang? Yohan, siapa perempuan yang memanggilmu sayang itu? Apa jangan-jangan kalian benar-benar putus?" Vanno menyela menatap Laura dan Yohan secara bergantian.
"Putus? Jangan bilang kalau Laura pernah berhubungan sama kamu Han!" seru Keyla dianggukkan oleh Yohan, orang yang sudah sah menjadi suaminya.
"Hahah ohh jadi Laura ini mantan kamu? Kenapa tidak bilang sebelumnya sama aku! Uhh ternyata sepupuku sangat malang rupanya, bagaimana rasanya datang ke acara nikahan mantan? Sakit yah? Kasihan... Tapi apa boleh buat, Aku sudah resmi menjadi istrinya dan kamu sudah tidak ada kesempatan lagi!" ejeknya menggandeng tangan Yohan.
Laura berusaha menahan emosinya dia tidak mau terlihat lemah didepan mereka, "Ckckck kamu kasihan sama aku? Haha seharusnya aku yang merasa kasihan sama kamu! Karena apa, karena kamu mengambil bekasku! Aku tidak perduli dia sama siapa, karena di dunia ini ada banyak laki-laki yang tidak pecundang sama seperti suamimu!" sindirnya menyungging sudut bibir.
"Ohohoh Kamu sepertinya sangat iri ya? Sampai-sampai orang yang begitu sempurna seperti Yohan malah kau sebut pecundang! Apalagi aku yang dia pilih pada akhirnya sebagai istri!" balasnya.
"Oke... Aku memang tidak bisa menyela itu, dan aku sarankan kamu menjaga baik-baik apa yang sekarang menjadi milikmu agar nantinya aku bisa menahan diri untuk tidak merebutnya secara paksa!" ancam Laura terdengar dingin dihadapan mereka semua.
Keyla mengepalkan kedua tangan penuh emosi, "Apa maksud kamu?" ujar Keyla malah tak dibalas oleh Laura.
"Vanno ayo pulang!" ajaknya menarik tangan sahabatnya itu, mereka berdua melangkah menuju pintu keluar hotel, namun disela langkah keduanya, Yohan tiba-tiba berteriak, "Laura aku minta maaf!" Mendengar itu Vanno tampaknya sangat kesal, dia melepaskan tangannya dari Laura lalu kembali berjalan cepat kearah Yohan.
Bug....
Pukulan keras mendarat mulus di wajah Yohan, dari pukulan itu Sudut bibir Yohan mengeluarkan darah, "Ahk Yohan! Kau... Berani-beraninya kau memukul suamiku! Security, mana security ? Usir orang gila ini!" Keyla melotot, kemudian berteriak memanggil security hotel.
"Shuut... Hentikan, jangan membuang-buang waktu untuk berteriak karena itu percuma, asal kamu tau, Ayahku adalah pemilik hotel ini, jadi orang-orang yang bekerja disini tidak ada yang berani melawanku, camkan itu, jadi lebih baik sekarang rawat suami brengs*kmu ini agar aku tidak segan untuk memukulnya sampai tidak bisa bergerak lagi cuih... !"
Vanno berjalan kembali menghampiri Laura yang ternyata sejak tadi menjadi penonton perkelahian mantan kekasih dan sahabatnya itu.
"Good job Van! Kamu memang tau apa yang sangat aku inginkan!" Laura mengedipkan matanya sebelah, mengacungkan jempol atas apa yang baru saja disaksikan Oleh sepasang matanya.
"Yah... Terimakasih atas pujiannya, aku memang ahlinya berkelahi, apalagi ahli dalam menjaga hati!" Goda Vanno disela langkah mereka. "Hm... Kalau begitu cepatlah cari perempuan yang menurutmu baik hati, jangan sampai sama sepertiku yang hanya jadi tamu undangan!" titah Laura.
"Untuk apa aku mencari perempuan lain, kalau yang aku sukai itu sangat dekat denganku!" jawabnya.
"Ohh ya? Siapa? Kenapa kamu tidak pernah memberitahuku sebelumnya? Jangan-jangan kamu mau membuatnya hamil duluan baru menikah?" Seka Laura mengada-ngada.
Vanno menengadah, "Ck... Kamu kira aku ini laki-laki yang seperti itu? Jangan salah Ra... Walaupun aku sangat tampan, aku selalu menolak wanita yang berusaha mendekatiku, dan hanya menunggu wanita yang sangat ku cintai itu menyadari perasaanku!" imbuhnya lirih.
"Dan itu kamu Ra! Yang ku maksud itu kamu, untuk kali ini lagi dan lagi, aku harus menahan diri agar tidak memberitahumu, apalagi melihat kondisimu yang begitu lemah, aku tidak mau hanya menjadi penambal rasa sakitmu, yang aku mau adalah menunggumu benar-benar melupakan Yohan dan hatimu siap menerima kehadiranku." batinnya.
Laura tiba-tiba menghentikan langkah dan menatap serius kearah Vanno, "Jadi cintamu bertepuk sebelah tangan, Serius? Kok bisa, jangan-jangan kamu yang malu mengungkapkan perasaanmu?" Cerocos Laura.
Vanno menggelengkan kepala, "Tidak! Ini bukan soal malu, hanya saja aku merasa waktunya memang kurang pas!" lirihnya, tiba-tiba Laura memegang kedua bahu sahabatnya itu, "Tenang saja, aku yakin suatu hari nanti cewek yang kamu sukai akan menyukaimu juga! Jadi semangatlah, karena aku juga tidak tau bagaimana memberiku motivasi karena hubunganku juga tidak berjalan dengan lancar!".
Kini giliran Laura yang meratapi nasibnya, bahkan ia merasa kisah cintanya lebih hancur dari apa yang terjadi dengan Vanno.
"Hahah sudah-sudah, jangan murung begitu Ra... Aku kan sudah membalaskan rasa sakitmu padanya, sampai-sampai ada darah yang keluar di sudut bibirnya. " Kata Vanno bermaksud kembali ingin mendapatkan pujian.
Namun bukannya kata-kata yang membahagiakan, Laura malah membalasnya dengan melotot, "Darah? Kenapa bisa ada darah? Jadi tadi kamu Memukulnya sangat keras sekali? Vanno kenapa kamu sangat kasar, lalu bagaimana dengan kondisi Yohan apa darahnya ada banyak yang keluar."
Dirinya panik, ia mengira Sahabatnya itu hanya memukulnya dengan pukulan biasa saja, akan tetapi saat mendengar kata 'darah' Laura seperti orang yang berbeda dihadapan Vanno.
"Ra... Kamu kenapa lagi, aku hanya memberinya sedikit pelajaran karena telah menyakitimu dan tadi kamu juga Melihatnya sendiri bukan? Lagian itu tidak seberapa dibanding luka yang dia berikan sama kamu, dan juga kenapa kamu harus panik, air mata yang kamu jatuhkan tak sebanding dengan darahnya yang hanya setetes Ra... " terang Vanno begitu terkejut memandangi Tubuh Laura yang seketika gemetar.
"Kamu tidak mengerti Van! Tadi aku bersikap seperti orang yang begitu kuat, tapi nyatanya setiap kali ada sesuatu yang menyangkut Yohan pasti aku merasa takut padahal hubungan kita sudah tidak mungkin kembali seperti dulu lagi!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Just Rara
udah dong laura move on dari yohan,dia bkn laki2 yg baik buat km😔😔😔
2021-11-27
0
Alya Yuni
Si Laura Katanga kuat tpi msih peduli dng lki mcm si Yohan move on Laura jngn trllu lmah kmu hrs kuat jngn jdi wanita lemah
tunjukn kekuatanmu
2021-11-15
0
Sudi Abil
aneh deh laura ..labil gak jls...sebenarnya authir ini mau buat karakter laura itu gmna sih gak jls ...
2021-03-28
1